Jumat, 30 April 2010

TAUJIHAT LAILATUL KATIBAH

TAUJIHAT LAILATUL KATIBAH

Seri 02/6
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam Irsyadul Mujtama’ dan Ishlahul Hukuma

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:
Allah swt berfirman:
                         
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq. (Q.S. Ali Imran: 110)
Dalam ayat di atas Allah menggandeng amar ma’ruf dan nahi munkar. Bahkan, keduanya menjadi ciri dan karakteristik khairu ummah (Q.S. Ali Imran: 110). Manhaj dakwah yang syamil tidak hanya fokus pada aktivitas dakwah dalam konteks amar ma’ruf an sich, tetapi juga fokus dengan gerakan nahi munkar, baik secara lisan, orasi, ceramah-ceramah, tulisan di media massa, advokasi hukum, bahkan melalui demonstrasi atau unjuk rasa.
Amar ma’ruf nahi munkar yang dipersiapkan secara matang (ihsan) akan membuahkan kesuksesan. Sebaliknya, jika tidak matang hasilnya akan kontra produktif yang menyebabkan langkah dakwah menjadi sempit dan terhambat. Oleh karena itu, aktivis dakwah haruslah mendalami fiqihnya dengan baik melalui keteladanan Rasul, sahabat, tabi’in, dan ulama salafussalih dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Kemaksiatan hingga detik ini masih marak dan bertebaran dimana-mana: di kota, di kampung, di hotel, di taman-taman, di gang-gang, bahkan di rumah kita sendiri. Kemaksiatan sudah tidak lagi dilakukan sembunyi-sembunyi. Pelacur, lonte atau yang dulu biasa disebut wanita tuna susila (WTS) tiba-tiba saja berubah istilahnya menjadi pekerja seks komersial (PSK). Ini tentu saja merupakan pengaburan sekaligus legitimasi terhadap perbuatan laknat.
Kemaksiatan sedemikian canggihnya dikemas dan disajikan. Tayangan-tayangan fasad hampir tiap hari tampil di media elektronik yang bersifat kekerasan, kriminalitas, pornografi, cerita khurafat dan takhayul. Kita dibombardir habis-habisan dari segala penjuru. Apakah Antum akan berdiam diri saja? Aina antum ayyuhal ikhwah? Sementara Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran maka ubahlah ia dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan hati, dan yang demikian itu selemah-lemah iman" (Al-Hadits).

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Jika kita menghendaki perubahan di masyarakat maka hal yang urgen dilakukan adalah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan sungguh-sungguh. Kita berdiam diri saja maka yang akan terjadi adalah bala’ dalam hidup kita.
                     
Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (Q.S. Al-A’raf: 98-99).
Amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh berhenti. Irsyadul mujtama’ harus tetap dilakukan hingga terbentuknya masyarakat yang diridhai Allah SWT. Selain itu, mengubah umat dari kebodohan kepada ilmu pengetahuan (tahwilul jahalati ilal ma'rifah), dari ilmu pengetahuan menuju gerakan (tahwilul ilal harakah). Hanya satu yang ingin dicapai: kemenangan Islam. Dengan kata lain, mengeluarkan mereka dari kegelapan (maksiat) menuju cahaya ketaqwaan.
Seorang Muslim yang mengucapkan kalimat syahadat secara otomatis ia adalah da'i (penyeru). Di mana pun ia berada di pundaknya terpikul tugas dakwah, fii ayyi ardlin taqo' anta mas'uulun an Islamiha, di bumi manapun Anda tinggal, Anda bertanggung jawab membangun komitmen keislaman penduduknya.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Kualitas keimanan tidak sekadar ditentukan dengan kualitas ibadah ritual, akan tetapi sejauh mana semangat dakwah dimilikinya. Bergairah dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar merupakan indikasi kuatnya iman. Dan, tatkala seseorang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk mengubah lingkungan yang didominasi kemunkaran, maka pada saat yang sama terjadi penurunan voltage iman. "Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran maka ubahlah ia dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan hati, dan yang demikian itu selemah-lemah iman" (Al-Hadits).

Ikhwah fillah dan akhwat rahimakumullah,
Amar ma’ruf nahi munkar tidak selesai dengan irsyadul mujtama’ saja. Berapa banyak kemunkaran, kemaksiatan justru akibat regulasi para pemegang kekuasaan. Maka yang juga harus kita lakukan adalah islahul hukumah. Ishlahul hukumah dapat berarti membantu mereka dalam menegakkan kebenaran, mentaati mereka dalam kebenaran, mengingatkan mereka terhadap hak-hak rakyat.
Imam Nawawi berkata bahwa menasihati para pemimpin berarti menolong mereka untuk menjalankan kebenaran, mentaati mereka dalam kebaikan, mengingatkan mereka dengan lemah lembut terhadap kesalahan yang mereka perbuat, memperingatkan kelalaian mereka terhadap hak-hak kaum muslimin, tidak melakukan pemberontakan dan membantu menciptakan stabilitas negara.
Imam Al-Khattaby berkata bahwa termasuk nasihat terhadap pemimpin adalah shalat berjamaah di belakang mereka, jihad bersama mereka, membayar zakat kepada mereka, tidak keluar dari mentaati mereka tatkala terjadi penyelewengan dan kezhaliman, tidak memuji secara dusta, dan selalu mendoakan kebaikan untuk mereka. Dan nasihat yang paling penting adalah mendatangi mereka untuk menyampaikan kekurangan dan kebutuhan umat serta menjelaskan kelemahan para pejabat khususnya hal-hal yang berdampak negatif bagi umat.
Mengingatkan agar takut kepada Allah SWT dan hari akhir, mengajak mereka untuk berbuat kebaikan, dan melarang kemunkaran serta mendorong mereka agar hidup sederhana dan wara'. Pendapat Imam Nawawi dan Imam Al Khattaby, tentu dalam konteks pemerintahan Islam. Maka terhadap pemerintahan sekular, sikap kita adalah menentang kezhaliman mereka sampai mereka menjalankan Islam secara benar.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.
Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.
Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Da’wah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org

TAUJIHAT DUA PEKANAN

TAUJIHAT DUA PEKANAN

Seri 02/67
Ma’iyatullah dan Optimisme Kader Dakwah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:
Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Masih amat membekas di benak kita kisah tentang keteladanan seorang penggembala kambing di zaman Khalifah Umar ra. Inilah sosok pemuda yang akan terus menjadi ‘icon’ dakwah sepanjang masa. Betapa tidak, di tengah himpitan dan kerasnya pergulatan hidup ini tidak sekeping pun dari keimanannya, keyakinannya digadai, ditukar atau bahkan dijual demi mendapatkan kenikmatan hidup yang sesaat ini.
Yang menarik dari kisah ini adalah kata kunci yang menjadi eye catching dari keseluruhan kisah ini yaitu “fa aina Allah?”. Kalimat sederhana itu mengalir dari lidah tegar penuh optimis seorang mukmin sejati. Kalimat “fa aina Allah”’ itu tidak dialamatkan untuk mencuri perhatian Khalifah Umar RA atau sengaja ditujukan untuk mencari muka –carmuk—seperti yang sering dipertontonkan kebanyakan masyarakat di negeri ini saat kunjungan para pejabat ke mereka. Dia tidak lahir begitu saja, akan tetapi kalimat spektakuler ini dilafalkan dari sanubari hati yang paling dalam karena mahabbah kepada Allah SWT.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Demikianlah sikap kita dalam menjalani kehidupan dakwah ini. Sepanjang kultur “fa aina Allah” telah meresap dalam-dalam pada diri kita, inilah modal awal kita membangun optimisme dakwah. Bayangkan, seorang penggembala kambing yang hidup di tengah gurun, jauh dari pantauan siapa pun, tidak tersentuh teknologi tinggi –350 tahun lalu—mampu merekonstruksi ma’iyatullah begitu indah.
Sudah barang tentu tidak sulit bagi kita merekonstruksi dan menghayati nilai-nilai ma’iyatullah di era teknologi informasi sekarang ini. Allah SWT sudah pasti dan selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beramal, bergerak, berjuang, dan berjihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keyakinan ini sudah selayaknya menghujam pada diri kita, “Intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.” (Q.S. 47/Muhammad: 10); “Alladziina jaahadu fiina lanahdiyannahum subuulana wa innalaaha la ma’al muhsinin .”(Q.S. 29/Al-Ankabut: 29).

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Ma’iyatullah harus diartikan bahwa perjuangan menegakkan dien yang hak melalui jalan dakwah dengan ahdaf dan qararat di dalamnya pasti didukung, ditolong, dan dibela Allah SWT beserta bala tentaranya. Inilah fondasi dalam merangkai optimisme untuk memetik kemenangan demi kemenangan di jalan dakwah ilallah. Tidak boleh sedikit pun terbesit keputusasaan, pesimistis dan kehilangan harapan di dalam diri kita. Bahkan, sifat seperti ini dilarang Allah, “...walaa tahinuu fibthigho’il qoum…(Q.S. 4/An-Nisaa’: 104). Ma’iyatullah selalu berbuah ta’yidullah. Artinya, dukungan dan pertolongan berupa apa saja pasti Allah berikan kepada pembela, penolong, dan penegak dienullah ini.

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Tidak boleh ada keraguan bagi kita. Dakwah ini, cepat atau lambat, Allah SWT akan perlihatkan kemenangan itu dengan kita saksikan sendiri atau kita sudah bersaksi di hadapan Allah. Kesertaan dan penyertaan Allah dalam kehidupan ini mesti tercermin dalam setiap gerak-gerik kita.
Untuk itu perlu muhafazhah atau penjagaan ma’iyatullah ini agar tetap berada di sekitar kita. Isyarat-isyarat kemenangan banyak Allah SWT paparkan di dalam Al-Qur’an al-karim, salah satunya adalah dalam surat Al-Anfaal: 45-47.
                                              
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, "Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
Inilah dhawabith yang akan senantiasa menjaga mai’yatullah kita.
1. Bersikap tsabat
Kehadiran, keterlibatan, dan keterikatan kita dalam dakwah ini adalah pilihan sekaligus iradah Allah. Artinya, kita secara sadar dan penuh kesadaran telah memilih jalan ini, untuk kemudian tekad suci ini bertemu dengan kemauan dan kehendak Allah. Jadilah dia sebuah ketegaran, keteguhan, tsabat yang tidak mudah diguncang oleh kekuatan sebesar apapun kecuali oleh sang Pemilik kekuatan itu sendiri. Inilah jamaah dakwah yang kita telah beriltizam di dalamnya. Kita patuhi amarannya, baik dalam susah ataupun senang, baik dalam keadaan lapang atau pun sempit. Bergerak, berputar bersama jamaah ini kemana pun dia bergerak menuju ridha Allah SWT dengan pencapaian ahdaf sebesar-besarnya hingga tegaknya khilafatullah fil ardh.

2. Banyak-banyak dzikrullah
Sikap tsabat mengantarkan seseorang untuk senantiasa dzikrullah, mengingat perintah-Nya, mengingat larangan-Nya, membesarkan asma-Nya, menyucikan dzat-Nya dan memuji kebesaran-Nya. Kesibukan dzikrullah akan mengantarkan kita pada ma’unah Allah SWT. Bahkan, akan menenteramkan jiwa kita sebagai modal dalam menghadapi tantangan, rintangan, dan halangan di jalan dakwah, “...ala bidzkrillahi tathma’innal quluub…. Dzikrullah akan membawa pelakunya menjadi a’dho yang qonaah atas setiap keputusan dan kebijakan jamaah karena dia akan selalu husnudz-zhan dan berpikir positif. Sikap ini tentunya dilanjutkan dengan kreasi-kreasi dalam menjalankan amr jama’ah.

3. Taat kepada Allah SWT dan kepada Rasul SAW.
Faktor kemenangan dakwah ditandai dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ma’rakah Badr menjadi monumen kemenangan tentara kebenaran dalam ketaatannya kepada Allah dan Rasul. Sebaliknya, di perang Uhud inflasi ketaatan telah berakibat kekalahan. Oleh karena itu, jangan pernah kita menganggap remeh, mudah, bahkan meninggalkan ketaatan itu.

4. Tidak Berbantah-bantahan (adamut tanaju)
Prinsipnya, berbeda pendapat adalah biasa. Tapi, menjadi tidak biasa ketika perbedaan pendapat tersebut teraktualisasi menjadi friksi-friksi atau benturan-benturan kepentingan yang tidak lillah yang pada gilirannya akan berakhir dengan terbentuknya faksi-faksi, atau kelompok, atau golongan.
Itulah yang tengah terjadi dalam masyarakat negeri ini. Untuk itu, soliditas struktural dan personal menjadi hal mutlak dalam menjalankan dakwah. Bagaimana mungkin terbentuk wihdatul ummah sementara tidak terjadi wihdatul shufuf di kalangan pejuang Islam sendiri. Alhamdulillah, jama’ah kita diberkahi Allah SWT dengan orang-orang yang sadar akan hal tersebut sehingga matanatut tanzhimiyah terjadi di jamaah kita ini.

5. Bersabar
Allah SWT menyuruh kita agar bersabar dalam segala hal, termasuk dalam dakwah. Akan tetapi, yang jauh lebih penting agar kita tetap sabar dalam menghadapi musibah kehidupan seperti kematian orang yang kita cintai, jatuh ke lembah papa setelah mengalami hidup layak, atau perasaan takut bahwa hal tersebut akan menimpa kita.
Ini diterangkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 155,
         •     
"Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Kabar gembira buat orang yang bersabar,
            
"Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun. (Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.)" (Q.S. 2/Al-Baqarah: 156).
Adapun balasan bagi orang yang sabar adalah keberkahan, kesempurnaan, rahmat dan petunjuk dari Allah.
        
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S. 39/Az-Zumar: 10).
Allah SWT akan mencukupkan pahala bagi orang yang sabar itu tanpa batas. Kemenangan Rasulullah SAW dalam perjuangan menegakkan Islam adalah buah dari kesabaran.

6. Tidak takabur (‘adamul bathr)
Alhamdulillah, patut kita syukuri bahwa jamaah dakwah kita yang telah menjadi institusi formal bernama Partai Keadilan (PK) Sejahtera banyak mendapat sambutan hangat yang luar biasa dari masyarakat. Tidak ketinggalan segudang julukan terhormat disematkan pada partai kita.
Namun, sambutan, julukan, dan gelar tersebut sudah barang tentu tidak sampai menyebabkan kita menjadi besar kepala. Ingat, kekalahan kaum muslimin di perang Hunain justru di saat kaum muslimin berperang dalam jumlah pasukan yang besar.
                  
Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." (Q.S. 9/At-Taubah: 46)
Penyebab kekalahan tersebut dikarenakan sifat ujub berlebihan. Yang terpenting bagi kita adalah menggiring sambutan, julukan dan gelar masyarakat tadi menjadi benar-benar memenangkan partai ini pada pemilu mendatang.

7. Ikhlas (‘adamu riya’)
Ikhlas, titik. Itu mungkin kata kunci yang akan menyelamatkan amal kita di akhirat kelak. Inilah sifat yang amat dikhawatiri para sahabat Rasul SAW. Termasuk kekhawatiran Abu Bakar Ash-Shiddiq tentang hal ini, sehingga beliau senantiasa berdoa dan berlindung dari sifat riya’ ini, “Allahumma inna naudzu bika min annusyrika bika syai’an na’lamuh wa nastaghfiruka lima laa na’lamuh.”

Ikhwah dan akhwat fillah rahimakumullah,
Demikianlah, sejatinya mai’yatullah itu akan menumbuhsuburkan optimisme dalam diri kita dalam menyongsong kemenangan dakwah. Terlebih, ketika ma’iyatullah itu dibingkai dalam akhlak harakiyah yang tercermin dalam Surat Al-Anfal di atas. Akhirul kalam billahi taufiqi wal hidayah. In uriidu illal ishlahi mastatho’tum.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Seri Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.
Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.
Taujihat Ri’ayah Ma’nawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Da’wah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org

MA'RIFATULLAH

MA’RIFATULLAH


Pendahuluan

Mungkin ada di kalangan kita yang bertanya kenapa pada saat ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar dan menyebut namaNya dan kita tahu bahawa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita ?

Saudaraku, jangan sekali kita merasa sudah cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah karena semakin kita memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin hampir denganNya. Kita juga mau agar terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru terhadap Allah dan terhindar juga dari sikap-sikap yang salah dari kita terhadap Allah.

Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala Ilah pula mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat An-Naas : 1-3.

Dengan demikian maka jelaslah bahawa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah merupakan bahagian terpenting di dalam hidup ini. Bagaimanakah jalan atau metod yang harus kita lalui untuk mengenal Allah SWT dan apakah halangan-halangan yang senantiasa menghantui manusia dari pada mengenal dan berdampingan denganNya ? Mungkin boleh kita merujuk kepada satu riwayat yang bermaksud : “Kenalilah dirimu nescaya engkau akan mengenali Tuhanmu”. Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri iaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani.

Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat.

Keyakinan terhadap Allah SWT menjadi mantap apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan Allah lantas melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada Allah sahaja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya.

Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita dibawah bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafussoleh. Kita juga harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah iaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyah. Dengan pemahaman ini kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut.

Kehidupan paling tenang adalah kehidupan yang bersandar terus kecintaannya kepada Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah mengatasi segala-galanya. Apa yang menjadi tuntutan kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktiviti hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul dan perjuangan secara minhaji.

Di dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya memahami bahawasanya Allah adalah merupakan sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah berikan itu adalah menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi iaitu sebagai pedoman hidup dan juga sebagai sarana hidup. Kitab juga sepatutnya menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai tahap taqwa yang lebih cemerlang.


B-1. AHAMMIAH MAKRIFATULLAH


Objektif

1. Memahami pentingnya makrifatullah dalam kehidupan manusia.
2. Memahami bahawa makrifatullah dapat menjadikannya mencapai hasil dari penambahan iman dan taqwa.


Sinopsis

Makrifatullah atau mengenal Allah adalah subyek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad’u yang diajak untuk terlibat sama di dalam dakwah mestilah dipastikan betul mereka memiliki kefahaman dan pengenalan yang sahih terhadap Allah SWT. Mesti terpacak kukuh di dalam hati sanubari bahawa Allah adalah sebagai “Rabb” kepada sekalian alam. Keyakinan ini tentu sekali bersandarkan kepada berbagai dalil dan bukti yang kukuh. Dari keyakinan ini, akan membuahkan peningkatan iman dan taqwa. Personaliti merdeka dan bebas adalah yang lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah. Juga akan lahir ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik sebagai manifestasi dari mengenali Allah. Di akhirat akan dikurniakan pula dengan balasan syurga Allah. Semua ini adalah bergaris penamat di keredhaan Allah SWT.


Hasyiah

1. Kepentingan Ilmu Makrifatullah.

Sarahan :
Riwayat ada menyatakan bahawa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin makrifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, dimanakah kedudukan kita berbanding mahluk-mahluk yang lain, apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini, apakah tanggung jawab kita dan kemanakah kesudahan hidup kita. Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul-betul Allah sebagai Rabb dan Ilah. Yang Mencipta, Yang Menghi-dupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.

Dalil :
• Q.47:19, ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (makrifatullah) adalah wajib.
• Q.3:18, Allah menyatakan bahawa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
• Q.22:72-73, Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah samada ayat qauliyah atau kauniyah dengan api neraka. Janji ini Allah turunkan di dalam surat Al-Hajj ayat 72-73 : Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang kamu dapati pada muka-muka orang kafir kemarahan. Hampir-hampir mereka menendang orang-orang yang membacakan kepada mereka ayat-ayat kami. Katakanlah kepada mereka : Hendaklah aku khabarkan kepada kamu dengan yang lebih buruk daripada itu, iaitulah neraka yang telah dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang kufur dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Wahai manusia, dibawakan satu permisalan maka hendaklah kamu dengar ! Sesungguhnya orang-orang (berhala-berhala) yang engkau sembah selain Allah tidak akan mampu mencipta seekor nyamuk sekalipun seluruh mereka berkumpul untuk tujuan itu. Dan jika mereka dihinggapi oleh seekor lalat, mereka tidak mampu untuk menyelamatkan diri. Lemahlah orang yang menuntut dan orang yang dituntut (sembah). Oleh yang demikian makrifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka.
• Q.39:67, mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan. Orang-orang kafir tidak mentaqdirkan Allah dengan taqdir yang sebenarnya karena mereka tidak betul-betul makrifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah taqdir terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh itu memerlukan makrifatullah yang sahih dan tepat.


2. Tema Perbicaraan Makrifatullah – Allah Rabbul Alamin.

Sarahan :
Ketika kita membicarakan tentang makrifatullah, bermakna kita berbicara tentang Rabb, Malik dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Manakala ilah pula mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti dan juga sebagai sumber pengharapan. Kita boleh lihat hal ini di dalam surat An-Naas : 1-3. Inilah tema di dalam makrifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.

Dalil :
• Q.13:16, “Katakanlah, siapakah Rabb segala langit dan bumi ? Katakanlah Allah. Katakanlah, adakah kamu mengambil wali selain daripada Nya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat ? Katakanlah, adakah bersamaan orang yang buta dengan orang yang melihat ? Bahkan adakah bersamaan gelap dan nur (cahaya) ? Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa mahluk atas mereka ? Katakanlah, Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa”.
• Q.6:12, “Katakanlah, baqi siapakah apa apa yang di langit dan bumi ? Katakanlah, bagi Allah. Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat. Demi sesungguhnya Dia akan menghimpunkan kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman”.
• Q.6:19, “Katakanlah, apakah saksi yang paling besar ? Katakanlah, Allah lah saksi diantara aku dan kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Qur’an ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Qur’an. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain ? Katakanlah, aku tidak menyaksikan demikian. Katakanlah, hanya Dialah tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan”.
• Q.27:59, “Katakanlah, segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan”.
• Q.24:35, “Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi”.
• Q.2:255, “Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit”.

3. Didukung Dengan Dalil Yang Kuat (Q.75:14-15).

Sarahan :
Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berfikir dan membuat penilaian. Oleh karena itu banyak fenomena alam yang disentuh oleh Al-Qur‘an diakhirkan dengan persoalan tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu mendengar dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu boleh mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua alam cakrawala ini adalah dibawah milik dan pentadbiran Allah SWT.

Dalil :
• Naqli, Q.6:19. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul sebagai bahan peringatan untuk manusia.
• Aqli, Q.3:190, Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berfikir.
• Fitri, Q.7:172, Pertanyaan Allah kepada anak adam di alam fitrah, bukan Aku tuhanmu ? Lalu diakuri.


4. Dapat Menghasilkan : peningkatan iman dan taqwa.

Sarahan :
Apabila kita betul-betul mengenal Allah menerusi dalil-dalil yang kuat dan kukuh, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita hampir dengan Allah, Allah lebih lagi hampir kepada kita. Setiap ayat Allah semada dalam bentuk qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berfikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menatijahkan personaliti hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diredhaiNya.


5. Kemerdekaan.

Dalil :
• Q.6:82, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman, untuk merekalah keamanan sedang mereka itu mendapat petunjuk”.


6. Ketenangan.

Dalil :
• Q.13:28, “Orang-orang yang beriman dan tenteram hatinya dengan mengingati Allah. Ingat lah bahawa dengan mengingat Allah itu, tenteramlah segala hati”.


7. Barakah.

Dalil :
• Q.7:96, “Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi tetapi mereka itu mendustakan sebab itu Kami siksa mereka dengan sebab usahanya itu”.


8. Kehidupan Yang Baik.

Dalil :
• Q.16:97, “Sesiapa yang melakukan kebaikan baik lelaki maupun perempuan sedang dia beriman niscaya Kami siapkan dia dengan kehidupan yang baik”.


9. Syurga.

Dalil :
• Q.10:25-26, Mereka yang melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan dan tambahan dari Allah dan merek akan menjadi penduduk tetap surga Allah.


10. Mardhotillah.

Dalil :
• Q.98:8, “Balasan untuk mereka di sisi tuhannya ialah surga Adne yang mengalir sungai dibawahnya sedang mereka kekal selama-lama di dalamnya. Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah. Surga itu untuk orang-orang yang takut kepada Allah”.


B-2. AT-THORIQ ILA MAKRIFATILLAH


Objektif

1. Memahami bahawa jalan mengenal Allah adalah melalui ayat-ayatNya.
2. Memahami pendekatan Islam dan non Islam terhadap ayat-ayat Allah.
3. Mengikuti sifat mukminin dalam pengenalan terhadap Allah dan menjauhi sikap orang-orang kafir.


Sinopsis

Apabila kita ingin mencapai sesuatu sasaran, pastinya kita mesti tahu apakah dan bagaimanakah jalan yang akan menyampaikan kita kepada sasaran itu. Begitu juga dengan sasaran untuk mengenal Allah bukan sembarangan cara boleh digunakan karena jalan yang tidak betul akan membawa kepada pengenalan yang salah. Jalan menuju kepada makrifatullah adalah menerusi ayat-ayat yang terang dan jelas sebagai satu pernyataan dari Allah (ayat qauliyah). Ayat ini adalah pernyataan-pernyataan pengenalan yang difirmankan oleh Allah sendiri di dalam Al-Qur’an. Selain itu, ada juga ayat-ayat kauniyah yang menjadi bahan berfikir manusia terhadap kejadian alam yang begitu unik ini. Dari dua jalan ini Islam mengajak manusia menggunakan akan dan juga naql untuk menuju makrifatullah. Kedua-dua metod ini akan melahirkan keyakinan, langsung mencetuskan pembenaran (tasdiq) dalam hati kecil manusia yang akhirnya membuahkan keimanan yang mantap terhadap Allah SWT.

Selain metod ini, ada juga manusia yang menggunakan metod duga-dugaan dan hawa nafsu untuk mengenal Allah. Paling pasti adalah mereka tidak akan bertemu sasarannya yang sebenar malah dia boleh dipermainkan oleh syaitan seperti yang berlaku kepada penganut hindu, budha dan lain-lain lagi yang menggambarkan tuhan ini mengikut apa yang mereka khayalkan. Metod ini akan berakhir dengan kekufuran.


Hasyiah

1. Jalan Menuju Pengenalan Terhadap Allah SWT.

Sarahan :
Allah SWT tidak menampilkan kewujudan Zatnya Yang Maha Hebat di hadapan mahluk-mahluknya secara langsung dan dapat dilihat seperti kita melihat sesama mahluk bahkan selagi kita boleh nampak dengan mata kepala kita, maka itu bukanlah tuhan. Allah juga menganjurkan kepada manusia menerusi Nabi SAW supaya berfikirlah pada mahluk-mahluk Allah tetapi jangan sekali anda berfikir tentang zat Allah. Mahluk-mahluk yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam banyak ayat Al-Qur’an agar menjadi bahan berfikir tentang kebesaran Allah.


2. Ayat Qauliyah.

Sarahan :
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini boleh menyentuh pelbagai aspek termasuklah jalan-jalan kepada makrifatullah.

Dalil :
• Q.95:1-5, Allah mengajak kita berfikir tentang kejadian mahluknya termasuk buah-buahan, bukit-bukit bahkan diri manusia itu sendiri sehingga akhirnya manusia dapat menyimpulkan satu keyakinan bahawa penciptanya adalah Allah.

3. Ayat Kauniyah.

Sarahan :
Ayat Kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.

Dalil :
• Q.41:53, Allah menjelaskan bahawa Dia akan tunjukkan ayat-ayat kauniyahNya di ufuq dan juga pada diri manusia sendiri sehingga menjadi terang dan jelas akan kekuasaan Allah.
• Q.3:190, Pada kejadian langit dan bumi serta pertukaran siang dan malam juga adalah ayat kauniyah kepada kekuasaan Allah bagi sesiapa yang berakal.


4. Metod Islam Dengan Naqli dan Akal.

Sarahan :
Islam menghargai nilai akal yang dimiliki manusia karena dengan sarana akal ini manusia mampu berfikir dan memilih antara yang benar atau salah. Walau bagaimanapun, dengan akal semata-mata tanpa panduan dari Pencipta akal pencapai pemikiran cukup terbatas. Apa lagi jika dicampurkan dengan anasir hawa nafsu dan zhan. Gabungan antara kemampuan akan dan panduan dari Penciptanya akan menghasilkan pengenalan yang tepat dan mantap terhadap Allah SWT menjadi satu kesalahan apabila manusia tidak menggunakan akalnya untuk berfikir.

Dalil :
• Q.10:100-101, Tiadalah seseorang itu beriman melainkan dengan izin Allah. Dia menjadikan siksaan atas orang-orang yang tidak berfikir. Katakanlah, perhatikanlah apa-apa yang dilangit dan di bumi. Tetapi tidak bermanfaat keterangan dan peringatan bagi kaum yang tidak beriman.
• Q.65:10, Ancaman Allah dengan siksaan bagi mereka yang berakal tapi tidak berfikir.
• Q.67:10, Penyesalan yang pasti bagi mereka yang tidak berfikir.


5. Tasdiq (membenarkan).

Sarahan :
Hasil dari berfikir dan meneliti secara terus menurut pedoman-pedoman yang sewajarnya, akan mencetuskan rasa kebenaran, kehebatan dan keagungan Allah. Boleh jadi ia berbetulan dengan firman Allah 53:11 (Tiadalah hatinya mendustakan (mengingkari) apa-apa yang dilihatnya). Hati mula membenarkan dan akur kepada kebujaksanaan Tuhan.

Dalil :
• Q.3:191, Orang-orang yang mengingat Allah setiap ketika akan terungkap pada lisannya ucapan Maha Suci Engkau ya Allah.
• Q.50:37, Yang demikian itu menjadi peringatan bagi orang yang mempunyai hati atau mendengarkan sedang hatinya hadir.


6. Menghasilkan Iman.

Sarahan :
Metod pengenalan kepada Allah yang dibawa oleh Islam ini cukup efektif secara berurutan sehingga akhirnya menghasilkan keimanan sejati kepada Allah azzawajalla.


7. Metod Selain Islam.

Sarahan :
Pemikiran berkenaan theologi dan ketuhanan banyak juga dibawa oleh pemikir-pemikir dari serata dunia tetapi tidak berlandaskan kepada metod yang sebenarnya. Kebanyakannya berlandaskan duga-dugaan, sangka-sangkaan dan hawa nafsu. Pastinya metod cacamerba ini tidak akan sampai kepada natijah yang sebenar karena bayang-bayang khayalan tetap menghantui pemikiran mereka. Ada tuhan angin, tuhan api, tuhan air yang berasingan dengan rupa-rupa yang berbeda seperti yang digambarkan oleh Hindu, Budha dan seumpamanya.


8. Dugaan dan Hawa Nafsu.

Sarahan :
Dua unsur utama dalam metod mengenal tuhan yang tidak berlandaskan disiplin yang sebenar adalah sangka-sangkaan dan juga hawa nafsu. Campur tangan dua unsur ini sangat tidak mungkin untuk mencapai natijah yang tepat dan sahih.

Dalil :
• Q.2:55, Kaum nabi Musa mengambil anak lembu sebagai tuhan dan cabar untuk tidak beriman dengan Musa kecuali setelah melihat Allah secara terang, lalu mereka disambar oleh halilintar.
• Q.10:36, Kebanyakan mereka tidak mengikut kecuali duga-dugaan semata-mata. Sesungguh nya dugaan itu tidak cukup untuk mendapat kebenaran sedikitpun.
• Q.6:115, Telah tamatlah kalimah Tuhanmu dengan kebenaran dan keadilan.


9. Ragu-Ragu.

Sarahan :
Apabila jalan yang dilalui tidak jelas dan tidak tepat, maka hasil yang didapati juga sangat tidak meyakinkan. Mungkin ada hasil yang didapati, tetapi bukan hasil yang sebenarnya. Bagaimanakah kita ingin mengenal Allah tetapi kaedah pengenalan yang kita gunakan tidak menurut neraca dan panduan yang telah ditetapkan oleh Allah. Kadangkala sayyidina Umar tersenyum sendirian mengenangkan kebodohannya menyembah patung yang dibuatnya sendiri dari gandum sewaktu jahiliyah, apabila terasa lapar dimakannya pujaan itu.

Dalil :
• Q.22:55, Orang-orang kafir senantiasa dalam keraguan.
• Q.24:50, Apakah ada dalam hati mereka penyakit, atau mereka masih ragu-ragu atau takut.


10. Berakibat Kufur.

Sarahan :
Semua metod pengenalan yang tidak berasaskan cara yang dianjurkan oleh Islam iaitu menerusi aqli dan naqli akan menemui jalan serabut iaitu kekufuran terhadap Allah SWT.




B-3. MAWANI’ MAKRIFATULLAH


Objektif

1. Mengerti sifat-sifat pribadi yang menjadi penghalang dari mengenal Allah.
2. Menyadari bahawa sifat-sifat itu dapat membawanya kepada kekufuran karena itu ia berusaha menjauhi sifat-sifat itu.
3. Menumbuhkan motivasi untuk mewujudkan sifat-sifat yang memudahkan mengenal Allah.


Sinopsis

Walaupun ayat-ayat Allah sama ada ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah adalah terbuka kepada siapa sahaja yang ingin membaca dan menelitinya, namun terdapat berbagai halangan yang akan berhenti di hadapan kita yang didukung oleh iblis dan hawa nafsu bagi memastikan anak cucu adam terus berada di dalam kesesatan dan jauh dari petunjuk Allah SWT. Halangan-halangan ini muncul dalam bentuk sifat-sifat pribadi yang kontradik berpunca dari syahwat seperti nifaq, takabbur, zalim, dusta dan sifat-sifat yang berpunca dari salah faham atau syubhat seperti jahil, ragu-ragu, menyimpang. Kesemua ini menatijahkan kekufuran terhadap Allah SWT.


Hasyiah

Sifat yang berasal dari penyakit syahwat.

1. Fasiq.

Sarahan :
Iaitu orang-orang yang melanggar janji Allah, memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah menghubungkannya dan mereka melakukan bencana di atas muka bumi.

Dalil :
• Q.2:26-27, Sesungguhnya Allah tidak malu menjadikan nyamuk untuk menjadi perumpamaan atau benda yang lebih hina daripadanya. Adapun orang-orang yang beriman mengetahui bahawa yang demikian itu suatu kebenaran dari Tuhan tetapi orang-orang yang kafir berkata : Apakah maksud Allah dengan perumpamaan ini ?
• Q.59:19, Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq.


2. Sombong.

Sarahan :
Adalah orang yang hatinya ingkar dan membantah terhadap ayat-ayat Allah dan mereka tidak beriman dengan Allah.

Dalil :
• Q.16:22, Orang-orang yang tidak beriman kepada Hari Akhirat, hati mereka ingkar dan mereka itu orang-orang yang sombong.
• Q.40:35, Orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa keterangan yang sampai kepada mereka. Amat besarlah kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman (terhadap mereka). Demikianlah Allah mengecap/menutup tiap-tiap hati orang yang sombong lagi ganas.
• Q.40:56, Orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah tanpa keterangan.
• Q.7:12, Allah telah menghalau Iblis dari syurga karena bersikap sombong dan tidak mau tunduk kepada arahan Allah.


3. Zalim.

Dalil :
• Q.32:22, Siapakah yang terlebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diseru kepada Islam ? Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
• Q.32:22, Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang diberikan peringatan dengan ayat-ayat tuhannya kemudian dia berpaling daripadanya …


4. Dusta.

Dalil :
• Q.2:10, Dalam hati mereka ada penyakit (syak wasangka) lalu ditambah Allah penyakit itu dan untuk mereka itu siksa yang pedih karena mereka berdusta.
• Q.77:9-19, Kecelakaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah.


5. Banyak Dosa.

Dalil :
• Q.83:14, Berkarat hati mereka karena dosa yang mereka lakukan.

Semua sifat-sifat yang disebutkan di atas tadi akan berakhir dengan kemurkaan dari Allah SWT. Walau bagaimanapun sifat-sifat ini boleh dirawati dan diobati dengan usaha yang penuh mujahadah. Manakala kelompok kedua adalah sifat-sifat yang berasal dari penyakit syubhat yang ada pada personaliti seseorang.


6. Jahil.

Dalil :
• Q.39:65, Orang-orang yang tidak mengambil ikhtibar dari wahyu.


7. Ragu-Ragu.

Dalil :
• Q.22:55, Orang-orang kafir senantiasa di dalam keraguan.


8. Menyimpang.

Dalil :
• Q.5:13, Oleh karena mereka melanggar perjanjian, Allah kutuk mereka dan menjadikan hati mereka keras sehingga mereka mengubah kalimat Allah.


9. Lalai.

Dalil :
• Q.7:179, Mereka memiliki hati, mata dan telinga tetapi semuanya tidak difungsikan dan mereka menjadi seumpama binatang lalu disediakan kepada mereka jahannam.



B-4. ADILLAH ALA WUJUDILLAH


Objektif

1. Mengenal betapa pentingnya menyadari kewujudan Allah di dalam kehidupan.
2. Mengerti dalil-dalil yang diaplikasikan untuk menyadari kewujudan Allah.
3. Bermotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran Allah.


Sinopsis

Kewujudan Allah SWT adalah sesuatu yang cukup terang sehingga setengah pihak yang ekstrem berpendapat kewujudan Allah tidak perlu kepada dalil lantaran terlalu jalas. Walau bagaimanapun dalil-dalil yang membuktikan kewujudan Allah ini boleh kita lihat dari berbagai aspek, antaranya dari aspek fitrah, aspek panca indera, dari aspek logik/aqal, dari aspek nash/naql dan juga dari aspek sejarah. Bila kita membicarakan dalil-dalil kewujudan Allah, kita tidak bermaksud perbincangan-perbincangan falsafi yang merumitkan tetapi bagaimana dalil-dalil itu dapat difahami dengan mudah dan menunjangkan keyakinan terhadap Allah SWT.


Hasyiah

1. Dalil Fitrah.

Sarahan :
Adalah dalil yang lahir dari fitrah asal manusia itu sendiri. Hal ini banyak dirakamkan di dalam Al-Qur’an, bagaimanapun manusia umumnya mengakui kewujudan Allah.

Dalil :
• Q.7:172, Allah bertanya : Bukankah Aku Tuhan kamu ? Sahutnya : Ya, Kami menjadi saksi.
• Q.29:61, Demi kalau engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, niscaya mereka menjawab : Allah.
• Q.43:9, Demi jika engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab : yang menciptakan semuanya adalah (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
• Q.75:14-15, Bahkan manusia jadi saksi atas dirinya sendiri meskipun ia menerangkan beberapa keuzuran.


2. Dalil Indera.

Sarahan :
• Adalah dalil-dalil yang dapat dinikmati, dilihat, dirasai atau disentuhi oleh indera.

Dalil :
• Q.54:1, Telah hampir saat kiamat dan bulan pun terbelah.
• Q.17:1, Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjidil Haram.
• Q.8:9, Sesungguhnya Aku menolong kamu dengan seribu malaikat yang beriringan.
• Q.3:125, Ya, jika kamu sabar dan taqwa dan datang orang-orang kafir itu bersegera kepadamu tuhanmu menolongmu dengan lima ribu malaikat.


3. Dalil Aqli.

Sarahan :
Adalah dalil-dalil yang berasaskan akal.

Dalil :
• Q.41:53, Nanti akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami di ufuk-ufuk dan pada diri mereka sendiri.
• Q.27:88, Engkau lihat gunung-gunung, engkau kira ia tetap padahal ia lari seperti larinya awan.
• Q.87:1-4, Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi yang menciptakan semua alam lalu menyempurnakan kejadiannya, dan yang menentukan dan memberi petunjuk dan yang menumbuhkan padang rumput (tanam-tanaman).


4. Dalil Naqli.

Sarahan :
Adalah dalil-dalil yang bersandarkan kepada nash-nash.

Dalil :
• Q.4:82, Tidakkah mereka mentadabbur Al-Qur’an ? Sekiranya Al-Qur’an itu dari sisi Allah niscaya mereka mendapati banyak perselisihan di dalamnya.
• Q.17:88, Katakanlah, demi jika berhimpun manusia dan jin hendak memperbuat seumpama Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak dapat memperbuat seumpamanya.
• Q.15:9, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami memeliharanya.


5. Dalil Sejarah.

Sarahan :
Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang telah berlaku di atas muka bumi.

Dalil :
• Q.3:137, Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka berjalan lah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.
• Q.7:176, Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berfikir.
• Q.12:111, Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi orang-orang yang berakal.
• Q.11:120, Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para rasul supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya.


6. Mengagungkan Allah dan Mentauhidkan Allah.

Sarahan :
Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan pandangan kita betapa keagungan Allah SWT begitu luar biasa dan menundukkan kita sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan tauhidullah yang luar biasa.

Dalil :
• Q.21:92, Sesungguhnya ini, ummat kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.


B-5.1. TAUHIDULLAH


Objektif

1. Memahami konsep tauhid rububiyah mulkiyah dan uluhiyah serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menyadari wujudnya kerajaan Allah di alam semesta.
3. Menyadari wajibnya menolak kepemimpinan, hukum dan autoriti selain Allah dan menjadikan Allah sahaja sebagai pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup.


Sinopsis

Mentauhidkan Allah SWT adalah inti kepada akidah Islam. Di dalam konsep tauhid ini kita mengesakan Allah dari segi rububiyah, mulkiyah dan juga uluhiyahnya. Dari segi rububiyahnya, kita mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telah mencipta segala sesuatu dari sekecil-kecil sehingga sebesarnya. Allahlah yang mengurniakan rizki dan Allah lah sebagai Raja yang menguasai seluruh alam ini. Pengesaan ini diaplikasikan dalam setiap gerak kerja seharian. Bukan sekedar Rububiyah, malah Mulkiyah Allah itu adalah milik mutlak Allah SWT yang perlu kita esakan. Mulkiyah Allah ini bermakna Allahlah sebagai wali yang sah sebagaimana yang tersebut di dalam firmanNya : “Allah Wali kepada orang-orang yang beriman”. Allahlah sebagai Penguasa (Hakim) dan Allah juga Pemerintah (Amir). Dengan tauhid mulkiyah ini sepatutnya kita menyadari kewujudan kerajaan Allah diatas muka bumi ini. Dengan itu sewajibnya kita menolak kepemimpinan, hukum dan autoriti selain Allah dan menjadikan Allah sahaja sebagai pemimpin, pembuat hukum dan tujuan hidup.


Hasyiah

1. Rububiyatullah.

Sarahan :
Sifat Rububiyah adalah sifat sebagai pencipta, pemilik dan pengatur susunan peraturan. Sifat ini diakui oleh semua manusia secara fitrahnya.

Dalil :
• Q.1:2, Allah SWT telah menyatakan pujian hanya bagi dirinya dan menyifatkan DiriNya sebagai Rabb Alamin. “Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam”.
• Q.7:54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam diatas Arasy, Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.

1.1. Sebagai Pencipta.
Sarahan :
Pencipta ( Al-Khaliq) segala sesuatu adalah salah satu dari sifat Rabb.
Dalil :
• Q.25:2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi, dan yang tidak mempunyai anak, serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dia lah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna.

1.2. Pemberi Rezki.
Sarahan :
Pemberi Rizki (Ar-Raaziq) juga merupakan sifat Rububiyah Allah. Dengan sifat ini muslim meyakini bahwa rizki semuanya ketentuan dari Allah. Dengan ini menjadikan pergantungan kita dengan Allah adalah mutlak bukan lagi kepada mahluk yang memiliki segala sifat kelemahan.
Dalil :
• Q.51:57-58, Aku tidak sekali-kali menghendaki sembarang rizki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah sahaja Yang Memberi Rizki (kepada sekalian mahlukNya, dan Dia lah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya.


1.3. Pemilik.
Sarahan :
Allah SWT Pencipta sekalian mahluk, Dia jugalah yang memilikinya. Hatta diri kita juga dimiliki oleh Allah.
Dalil :
• Q.2:284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peranturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

1.4. Raja.
Sarahan :
• Allah adalah raja mutlak kepada segala mahluk. Sifat ini hanya berhak pada sisi Allah sahaja. Kehebatan ini seharusnya menjadikan kita senantiasa tunduk kepada titah perintahNya sekali pun berlawanan dengan tuntutan diri dan nafsu sendiri.
Dalil :
• Q.1:4, Malik (raja) kepada hari pembalasan.
• Q.114:2, Raja manusia.


2. Mulkiyatullah.

Sarahan :
Mentauhidkan Allah dalam mulkiyahnya bermakna kita mengesakan Allah terhadap pemilikan, pemerintahan dan penguasaanNya terhadap alam ini. Dialah Pemimpin, Pembuat hukum dan Pemerintah kepada alam ini. Hanya landasan kepemimpinan yang dituntut oleh Allah sahaja yang menjadi ikutan kita. Hanya hukuman yang diturunkan oleh Allah sahaja menjadi pakaian kita dan hanya perintah dari Allah sahaja menjadi junjungan kita.

Dalil :
• Q.3:26, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan, Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkaulah yang mencabut kuasa pemerintahan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina siapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah sahaja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.


2.1. Pemimpin (wali).
Sarahan :
Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.
Dalil :
• Q.7:196, Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an), dan Dia lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan.


2.2. Pembuat Hukum.
Sarahan :
Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan olehNya sahaja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.
Dalil :
• Q.12:40, Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.


2.3. Pemerintah.
Sarahan :
Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang dikehendakiNya.
Dalil :
• Q.7:54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.


3. Yang Dituju.

Sarahan :
Apabila kita mengikhtiraf dan mengakui keesaan Allah dengan segala bentuk rububiyah dan mulkiyahnya, maka seluruh hidup kita adalah tertumpu kepada kehendak dan tujuan kita dijadikan olehNya. Maka Allahlah menjadi matlamat hidup kita seluruhnya, selari dengan mahluk-mahluk lain yang sepenuhnya tunduk kepada kehendak Allah.

Dalil :
• Q.6:162, Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.


4. Ilah Yang Diabdikan.

Sarahan :
Pengikhtirafan ini juga membawa manusia tunduk mengabdikan diri semata-mata kepada Allah SWT.

Dalil :
• Q.114:3, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia.
• Q.109:1-6, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak mau menyembah (Allah) yang aku sembah. Dan aku tidak akan beribadat secara kamu beribadat. Dan kamu pula tidak mau beribadat secara aku beribadat. Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku”.


B-5.2. TAUHIDUL IBADAH


Objektif

1. Menyadari bahawa ikhlas dalam ibadah hanya semata-mata kepada Allah.
2. Menyadari bahawa dalam beribadah segala thagut dikufuri, dijauhi dan tidak syirik.
3. Menyadari tauhid dalam ibadah adalah berasaskan keimanan yang hakiki.


Sinopsis

Pengabdian diri manusia boleh berlaku kepada siapa sahaja berasaskan kefahaman dan keyakinan seseorang. Bagi muslim, pengabdian tidak sekali-kali boleh berlaku melainkan hanya kepada Allah penuh ikhlas. Keikhlasan dalam beribadah ini dapat dicapai menerusi dua perkara yang saling berkait antara satu sama lain. Pertama dengan mengkufuri segala thogut, menjauhkan diri dari thagut dan tidak pula berlaku syirik kepada Allah. Dalam masa yang sama mestilah tertahqiq juga keimanan kepada Allah langsung mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata. Apabila tauhidullah tercapai dengan sempurna maka disitulah tercapainya tauhidul ibadah karena asas tauhidul ibadah adalah tauhidullah yang mantap.


Hasyiah

Tauhidullah - Ikhlas.

Sarahan :
Mentauhidkan Allah secara ikhlas dalam segala pengertian rububiyah, mulkiyah dan uluhiyahnya menjadi kan kita seorang yang betul-betul beriman kepada Allah secara sahih.

Dalil :
• Q.112:1-3, Katakanlah Muhammad, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat pergantungan. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
• Q.38:83, Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas diantara mereka.


1. Mengingkari Thagut.

Sarahan :
Unsur pertama di dalam mentauhidkan Allah secara ikhlas adalah unsur penolakan iaitu tercetus dalam hati rasa keingkaran terhadap thagut. Hati tidak dapat menerima kehadiran thagut lantaran iman kepada Allah.

Dalil :
• Q.2:256, Sesiapa yang mengkufuri thagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya dia telah berpegang dengan tali yang teguh.
• Q.4:60, Mereka hendak meminta hukum kepada thagut sedang mereka disuruh kufur terhadap thagut. Syaitan menghendaki supaya dia dapat menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh.

1.1. Menjauhi Thagut.
Sarahan :
Bukan sekedar perasaan dalaman sahaja mengingkari thagut bahkan secara lahiriahnya juga berusaha sedaya mungkin menepati tuntutan tersebut dalam apa juga hal.
Dalil :
• Q.16:36, Hendaklah kamu sembah Allah dan jauhilah thagut.
• Q.39:16-18, Orang-orang yang menjauhi dari menyembah thagut dan kembali kepada Allah untuk mereka itu kabar gembira. Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaKu.

1.2. Tidak Adanya Syirik.
Sarahan :
Apabila kita telah melengkapi ciri-ciri ini, dimana hati kita menolak thagut dan amal perbuatan kita juga tidak selari dengan jalan thagut bahkan menyisih diri darinya maka pergantungan kita hanyalah semata-mata kepada Allah azzawajalla. Kita tidak lagi mensyirik kan Allah dengan sesuatu yang lain.
Dalil :
• Q.39:3, Ingatlah, (Hak yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala ibadat dan bawaan yang suci bersih (dari segala rupa syirik). Dan orang-orang musyrik yang mengambil selain dari Allah untuk menjadi pelindung dan penolong (sambil berkata) : “Kami tidak menyembah atau memujanya melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sehampir-hampirnya”, sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta (mengatakan yang bukan-bukan), lagi senantiasa kufur (dengan melakukan syirik).
• Q.39:11, Katakanlah lagi (wahai Muhammad) : “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya”.
• Q.39:14, Katakanlah lagi : “Allah jualah yang aku sembah dengan mengikhlaskan amalan agamaku kepadaNya”.


2. Iman Terhadap Allah.

Sarahan :
Unsur kedua di dalam mentauhidkan Allah secara ikhlas adalah unsur penerimaan iaitu unsur menerima keimanan kepada Allah sepenuh hati. Keimanan yang jitu tidak akan menempati dihati jika unsur pembersihan dari karat-karat keyakinan kepada thagut tidak dibasmikan.

Dalil :
• Q.2:256, Tidak ada paksaan dalam agama (Islam), karena sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu sesiapa yang tidak percayakan thogut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


2.1. Mengabdikan Diri Hanya Kepada Allah.
Sarahan :
Bukti kepada penerimaan hati terhadap keimanan kepada Allah tidak akan dapat dilihat kecuali dengan pengabdian diri yang sepenuhnya kepada Allah SWT. Tidak tunduk atau taat melainkan apa yang bersesuaian dengan tuntutan keimanan kepada Allah SWT.
Dalil :
• Q.16:36, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap ummat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka) : “Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah Thagut”. Maka di antara mereka (yang menerima seruan Rasul itu), ada yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah dan ada pula yang berhak ditimpa kesesatan. Oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian lihatlah bagaimana buruknya kesudahan ummat-ummat yang mendustakan Rasul-Rasulnya.


2.2. Mengesakan Allah dalam Beribadah.
Sarahan :
Dalam ibadah-ibadah yang dilakukan senantiasa mengesakan Allah. Tidak mencampur-aduk kan dengan perihal-perihal lain yang boleh membawa arti syirik, riya’ dan sebagainya seperti beribadah supaya dipuji orang dan seterusnya.
Dalil :
• Q.98:5, Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka mendiri kan sembahyang serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah agama yang benar.


B-5.3. AKHTAR SYIRIK


Objektif

1. Dapat mengenali jenis-jenis thagut sehingga dapat menjauhkan diri darinya.
2. Dapat mengenali bahaya-bahaya akibat dari syirik serta janji-janji dari Allah terhadap mereka yang syirik.


Sinopsis

Pengenalan kepada bentuk-bentuk thagut akan dapat menghindarkan diri dari bahayanya karena fenomena syirik berkait rapat antara satu sama lain. Jahil terhadap thagut-thagut ini membuka kemungkinan yang cukup besar kepada semua orang untuk menjadi syirik kepada Allah. Dalam keadaan tahupun ramai manusia boleh menjadi syirik, apalagi jahil. Fenomena ini perlu sekali disadari karena hakikat syirik ini amat besar bahaya kepada manusia baik kesannya sewaktu di dunia maupun pada hari pembalasan yang sebenar.


Hasyiah

1. Definisi Thagut.

Sarahan :
Segala sesuatu yang diabdikan selain Allah dan dia redha diibadahi.

Dalil :
• Q.96:6-8, Ingatlah, Sesungguhnya jenis manusia tetap melampaui batas (yang sepatutnya atau yang sewajibnya). Dengan sebab ia melihat dirinya sudah cukup apa yang dihajatinya. (Ingat lah) sesungguhnya kepada Tuhanmu lah tempat kembali (untuk menerima balasan).
• Q.79:17, (Lalu diperintahkan kepadanya) : “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas (dalam kekufuran dan kezalimannya)”.


1.1. Syaitan.
Sarahan :
Syaitan adalah musuh manusia. Ia mempunyai jalan-jalan menuju jiwa setiap mahluk dan memberikan kesan yang besar kecuali mereka yang dilindungi oleh Allah. Jalan-jalan yang dimiliki itu adalah ruang-ruang kelemahan yang ada pada manusia itu sendiri dalam bentuk keinginan dan juga syahwat (hissi) maupun maknawi iaitu jalan yang tidak dapat dirasakan.
Dalil :
• Q.36:60, “Bukankah Aku telah perintahkan kamu wahai anak-anak Adam, supaya kamu jangan menyembah syaitan ? Sesungguhnya ia musuh yang nyata terhadap kamu”.

1.2. Pemerintah Zalim.
Sarahan :
Antara bentuk thagut juga adalah penguasa-penguasa yang zalim tidak merujuk kepada hukum-hukum dan panduan daripada Allah di dalam pemerintahannya.

Dalil :
• Q.5:44, Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi, dengan Kitab itu nabi-nabi yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan (dengannya juga) ulama mereka dan pendeta-pendetanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya (dari sembarang perubahan). Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu), dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (karena mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia), dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (karena mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir.
• Q.5:45, Dan Kami telah tetapkan atas mereka di dalam kitab Taurat itu, bahawa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya, dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
• Q.5:47, Dan hendaklah Ahli Kitab Injil menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah di dalamnya, dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.


1.3. Hukum Jahiliyah.
Sarahan :
Diantara bentuk thagut juga adalah hukum-hukum yang melampaui batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Dalil :
• Q.4:60, Tidakkah engkau (heran) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-Kitab) yang telah diturunkan duhulu daripadamu ? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
• Q.5:50, Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah ? Padahal kepada orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih daripada Allah.

1.4. Dukun dan Tukang Sihir.
Sarahan :
Amalan-amalan sihir adalah amalan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an karena pergantungan di dalam amalan sihir adalah kepada selain Allah seumpama hantu raya, polong, ilmu hitam dan sebagainya. Amalan sihir ini dipelopori oleh Iblis laknatullah. Ia merupakan sebahagian bentuk thagut.
Dalil :
• Q.72:6, Dan bahwa sesungguhnya adalah (amat salah perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan melindungi dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan jin, karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin bertambah sombong dan jahat,
• Q.2:102, Mereka (membelakangkan Kitab Allah) dan mengikut ajaran-ajaran sihir yang dibacakan oleh puak-puak Syaitan dalam masa pemerintahan Nabi Sulaiman, padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak-puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya), karena merekalah yang mengajarkan manusia ilmu sihir dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat : Harut dan Marut, di negeri Babil (Babylon), sedang mereka berdua tidak mengajar seseorangpun melainkan setelah mereka menasihatinya dengan berkata : “Sesungguhnya kami ini hanyalah cobaan (untuk menguji imanmu), oleh itu janganlah engkau menjadi kafir (dengan mempelajarinya)”. Dalam pada itu ada juga orang-orang mempelajari dari mereka berdua ilmu sihir yang boleh menceraikan antara seorang suami dengan isterinya, padahal mereka tidak akan dapat sama sekali memberi mudarat (atau membahayakan) dengan sihir itu seseorangpun melainkan dengan izin Allah. Dan sebenarnya mereka mempelajari perkara yang hanya membahayakan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan demi sesungguhnya mereka (kaum Yahudi itu) telahpun mengetahui bahawa sesiapa yang memilih ilmu sihir itu tidaklah lagi mendapat bahagian yang baik di akhirat. Demi sesungguhnya amat buruknya apa yang mereka pilih untuk diri mereka, kalaulah mereka mengetahui.


1.5. Berhala.
Sarahan :
Disebut di dalam Al-Qur’an sebagai “awthaanan” atau “ashnaman” iaitu setiap sesuatu yang mati tidak memiliki ruh samada dalam bentuk ketulan kayu maupun batu-batu yang dibentuk.
Dalil :
• Q.4:117, Apa yang mereka sembah yang lain dari Allah itu, hanyalah berhala-berhala (mahluk mahluk yang lemah), dan mereka (dengan yang demikian) tidak menyembah melainkan Syaitan yang durhaka.
• Q.14:35-36, Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah negeri Mekkah ini negeri yang aman, dan jauhkanlah daku dan anak-anakku dari perbuatan menyembah berhala. Wahai Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyebabkan sesat banyak diantara manusia. Oleh itu, siapa yang menurutku (dalam Islam yang menjadi peganganku) maka ia adalah dari golonganku; dan siapa yang mendurhaka kepadaku (dengan menyalahi agamaku), maka sesungguhnya engkau Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihi (kiranya ia insaf dan bertaubat).


2. Bahaya Syirik.

Sarahan :
Risalah Rasulullah SAW adalah supaya manusia menyambah Allah dan menjauhkan taghut. Kedua prinsip ini adalah tetap dari dahulu hingga sekarang karena ia merupakan perkara asasi dalam kehidupan manusia sebagai hamba Allah. Sembarangan perlanggaran terhadap prinsip ini mempunyai amaran-amaran dan peringatan yang keras dari Allah SWT.

2.1. Kezaliman yang besar.
Sarahan :
Allah SWT telah memberikan peringatan kepada manusia bahwa apa yang mereka kerjakan daripada amalan-amalan syirik, itu merupakan perbuatan zalim yang besar tidak ada keampunan daripada Allah SWT. Oleh itu insan perlu menjauni bahaya syirik ini untuk mendapatkan keridhoanNya.
Dalil :
• Q.31:13, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya : “Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar”.

2.2. Tidak Mendapat Keampunan.
Sarahan :
Manusia bersifat pelupa senantiasa dibukakan pintu keampunan oleh Allah yang bersifat Maha Pengampun dan Maha Pemurah. Tetapi di dalam masalah syirik ini, Allah tidak memberikan pengampunan kepada sesiapa yang mensyirikkan Allah.
Dalil :
• Q.4:48, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.
• Q.4:116, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutukan Nya dengan sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh.


2.3. Dosa Yang Besar.
Sarahan :
Amalan syirik adalah tergolong di dalam dosa-dosa besar yang telah ditegaskan dengan jelas oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW.
Dalil :
• Q.4:48, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukanNya (dengan sesuatu apajua) dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). Dan sesiapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.

2.4. Kesesatan Yang Jauh.
Sarahan :
Apabila manusia mensyirikkan Allah dengan sesuatu yang lain, maka manusia itu telah berada jauh dari petunjuk yang sebenar dan suasana itu adalah kesesatan yang amat jauh. Bila berterusan dalam suasana itu semakin jauh mereka diseret oleh syaitan dan semakin gelas mereka dari panduan yang sebenar.
Dalil :
• Q.4:60, Tidakkah engkau (harian) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu ? Mereka suka hendak berhakim kepada Thagut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Thagut itu. Dan Syaitan pula senantiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
• Q.4:116, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa orang yang mempersekutui Nya dengan sesuatu (apajua), dan akan mengampunkan yang lain daripada kesalahan (syirik) itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan hukum-hukumNya), dan sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu (apajua), maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh.

2.5. Diharamkan Syurga.
Sarahan :
Allah SWT telah berjanji bahawa sesiapa yang mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain maka diharamkan untuknya syurga Allah.
Dalil :
• Q.5:72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata : “Wahai Bani Israil ! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahawasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi orang-orang yang berlaku zalim”.

2.6. Masuk Neraka.
Sarahan :
Bukan sahaja diharamkan syurga bagi mereka yang mempersekutukan Allah, bahkan pastinya mereka ditempatkan oleh Allah di dalam neraka jahanam.
Dalil :
• Q.5:72, Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : “Bahwasanya Allah ialah Al Masih Ibni Maryam”. Padahal Al Masih sendiri berkata : “Wahai Bani Israil ! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu, bahawasanya sesiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka sesungguhnya Allah haramkan kepadanya Syurga dan tempat kembalinya ialah neraka, dan tiadalah seorang penolongpun bagi orang-orang yang berlaku zalim”.

2.7. Dihapuskan Amal.
Sarahan :
Mereka yang mempersekutukan Allah berada di dalam kerugian karena hitungan amal-amal kebaikan yang mereka kerjakan selama ini akan terhapus dengan karena mereka mensyirikkan Allah.
Dalil :
• Q.39:65, Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada Nabi-nabi yang terdahulu daripadamu : “Demi sesungguhnya, jika engkau (dan pengikut-pengikutmu) mempersekutukan (sesuatu yang lain dengan Allah) tentulah akan gugur amalmu dan engkau akan tetap menjadi dari orang-orang yang rugi”.
• Q.6:88, Yang demikian itu ialah petunjuk Allah, yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dikehendakiNya dari hamba-hambaNya, dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain) niscaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal yang baik).


B-6. AL HAYAT FI ZILALI TAUHID


Objektif

1. Memahami ruang pembahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafus soleh.
2. Memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.
3. Memahami dan termotivasi untuk melaksanakan sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut.


Sinopsis

Kehidupan di bawah bayangan tauhid merupakan kehidupan yang dilalui oleh generasi pertama dibawah bimbingan Rasulullah SAW. Untuk kita memastikan generasi ini mempunyai kekuatan bermodelkan pimpinan Rasulullah, maka perkara pertama mestilah dipastikan persoalan tauhid ini cukup jelas dan serasi dengan manhaj yang dipakai oleh salafus soleh. Jelas tentang zat Allah, sifat-sifatNya, Asma’Nya dan juga Af’alNya. Dari kejelasan ini membentuk tauhid yang jelas terhadap Allah dari segi asma dan sifat, rububiyah, mulukiyah dan juga uluhiyah Allah. Kesemua ini dirangkumkan di dalam kata syahadat Laa ilaha illa Allah. Dari sini terbentuk hubungan yang murni dan penuh kecintaan dengan Allah, Allah sebagai Rabb yang dijadikan pergantungan, Allah sebagai raja yang ditaati sepenuhnya dan akhirnya sebagai Ilah yang diabdikan diri kepadanya. Dalam konsep-konsep seperti inilah terbentuknya kehidupan yang baik seperti yang digarapkan oleh Rasulullah SAW.


Hasyiah

1. Allah.

Sarahan :
Perbahasan tentang ketuhanan Allah SWT terbahagi kepada beberapa bahagian diantaranya ialah zat, sifat, asma’ dan af’al Allah. Disamping itu bagaimana hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

1.1. Zat.
Sarahan :
Zat Allah SWT adalah lebih besar dari apa yang dapat ditanggapi oleh pemikiran manusia karena akal dan pemikiran manusia amat terhad dan terbatas. Banyak contoh yang manusia dapat memanfaatkan sesuatu tetapi tidak tahu bagaimanakah hakikat sesuatu bahkan mengetahuinya tidak membawa apa-apa faedah itu seperti hakikat aliran elektrik dan magnet. Cukup hanya kita mengetahui ciri-ciri khususnya yang boleh memberikan manfaat kepada kita. Kalau kita perbahaskan sesuatu yang tidak kita ketahui, kalam dan ungkapan kita boleh membawa fitnah kepada diri kita sendiri. Oleh itu Rasulullah SAW menegah daripada kita berfikir tentang zat Allah.
Dalil :
• Q.42:11, Dia lah yang menciptakan langit dan bumi, Ia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan menjadikan dari jenis binatang-binatang ternak pasangan-pasangan (bagi binatang-binatang itu), dengan jalan yang demikian dikembangkan Nya (zuriat keturunan) kamu semua. Tiada sesuatupun yang sebanding dengan (ZatNya, sifat-sifatNya dan pentadbiranNya) dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.
• Q.6:103, Ia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya.


1.2. Sifat.
Sarahan :
Apabila kita memerhati mahluk-mahluk yang ada di sekeliling kita termasuk diri kita sendiri, kita dapati ia merupakan ciptaan yang begitu unik dengan susunan dan sistem-sistem yang berjalan dengan teratur, ikatan antara satu sama lain begitu efektif dan sebagainya itu semua akan membawa kepada kita isyarat bahawa Pencipta dan Pentadbir alam ini pastinya dengan yakin memiliki seluruh sifat-sifat kekurangan. Al-Qur’an menyebut sesetengah sifat yang wajib bagi Allah yang menyempurnakan uluhiyahnya.
Dalil :
• Q.7:180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.
• Q.17:110, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Serulah nama “Allah” atau nama “Ar Rahman”, yang mana sahaja kamu serukan (dari kedua-dua itu adalah baik belaka), karena Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia”. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah sahaja satu cara yang sederhana antara itu.


1.3. Asma.
Sarahan :
Allah SWT telah memperkenalkan dirinya kepada mahluk-mahluknya dengan beberapa nama dan sifat yang layak dengan Keagungan dan KehebatanNya. Sebaik-baiknya seorang mukmin itu menghafalnya karena padanya ada keberkatan, baik untuk diingati dan membesarkan kedudukanNya.
Dalil :
• Hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA katanya, sabda Rasulullah SAW : Bagi Allah itu sembilan puluh sembilan nama, seratus kecuali satu, tidaklah seseorang itu menghafalnya melainkan masuk syurga. Allah itu witir sukakan yang witir.
• Q.7:180, Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang mereka telah kerjakan.


1.4. Af’al.
Sarahan :
Allah SWT berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki dan tidak ada sesiapapun yang berhak bertanya dan persoalkan apa yang Allah kehendaki bahkan perbuatan manusia yang akan dipersoalkan oleh Allah. Jika Allah menghendaki kebaikan maka tidak siapa yang boleh menghalang dan begitu juga jika Allah menghendaki kemudaratan tidak ada siapa yang boleh menghalangnya.

Dalil :
• Q.85:16, Yang berkuasa melakukan segala yang dikehendakinya.
• Q.21:23, Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak.


2. Macam-Macam Tauhid.

Sarahan :
Perbahasan tentang Allah SWT adalah perbahasan untuk mentauhidkan Allah pada asma, sifat, af’al, rububiyah dan uluhiyahNya.

2.1. Asma dan Sifat.
Sarahan :
Mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan mutlak. Tidak ada sembarang kekurangan dan kecacatan pada Allah.
Dalil :
• Q.1:1, Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.


2.2. Rububiyah.
Sarahan :
Kalimah Rabb itu membawa beberapa makna antaranya ialah Tuan, Pemilik sesuatu, yang Mengadakan sesuatu, yang Mengurus sesuatu, yang Mendidik yang lain, yang Menjamin kepentingan manusia. Kesemua pengertian ini tidak dimiliki secara hakikat dan sempurnanya melainkan Allah SWT. Adapun yang lain itu adalah marbub dan mahluk.
Dalil :
• Q.1:2, Segala puji tertentu pagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
• Q.114:1, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Aku berlindung kepada (Allah) pemelihara sekalian manusia”.
• Q.7:54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Ia bersemayam diatas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.


2.3. Mulkiyah.
Sarahan :
Tauhid mulkiyah adalah mengesakan hanya kepada Allah yang memiliki kuasa pemerintahan yang sebenarnya di langit dan di bumi dan atas setiap segala sesuatu.
Dalil :
• Q.3:26, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Wahai Tuhan yang mempunyai kuasa pemerintahan. Engkaulah yang memberi kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah juga yang memuliakan sesiapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang menghina sesiapa yang Engkau kehendaki. Dalam kekuasaan Engkaulah sahaja adanya segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
• Q.3:189, Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
• Q.62:2, Dia lah yang telah mengutuskan dalam kalangan orang-orang (Arab) yang Ummiyyin, seorang Rasul (Nabi Muhammad SAW) dari bangsa mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah (yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya), dan membersihkan mereka (dari iktiqad yang sesat), serta mengajarkan mereka Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Hikmah (pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum syarak). Dan sesungguhnya mereka sebelum (kedatangan Nabi Muhammad) itu adalah dalam kesesatan yang nyata.


2.4. Uluhiyah.
Sarahan :
Kalimah Ilah berarti yang disembah samada secara haq maupun batil. Maka tauhid uluhiyah membawa arti memberikan hak penyembahan dan pengabdian diri semata-mata kepada Allah SWT. Ibadah kepada Allah ini berasaskan kasih sayang sepenuhnya kepada Allah dan ketundukan mutlak hanya kepada Allah.
Dalil :
• Q.1:5, Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.
• Q.114:3, Tuhan yang berhak disembah oleh sekalian manusia.


3. Terangkum Dalam Kalimat Laa Ilaha illa Allah.

Sarahan :
Keempat-empat tauhid tersebut (asma wa sifat, rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah) adalah merupakan inti kepada tuntutan yang terkandung di dalam syahadah Laa ilaha illa Allah. Dengan tauhid ini, maka terbentuk hubungan yang khusus di antara manusia dengan Allah SWT.

3.1. Allah sebagai Kecintaan.
Sarahan :
Hubungan orang-orang yang beriman dengan Allah adalah hubungan kecintaan karena Allah memiliki sifat penyayang dan pengasih yang sempurna. Allah memiliki segala kesempurnaan maka paling layaklah Allah dicintai dan dikasihi.
Dalil :
• Q.2:165, (Walaupun demikian), ada juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahawa sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu).
• Q.8:2, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.


3.2. Rabb yang Dimaksudkan.
Sarahan :
Allah menjadikan manusia adalah supaya manusia mengabdikan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu seluruh hidup adalah untuk Allah. Allah menjadi matlamat dan pengharapan kita.
Dalil :
• Q.6:162, Katakanlah : “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.


3.3. Raja yang Ditaati.
Sarahan :
Mukmin yang memahami tuntutan Laa ilaha illa Allah dan mencapai tauhid ini senantiasa merasakan bahawa Allah adalah penguasa hakiki yang wajib ditaati sepenuhnya.
Dalil :
• Q.4:59, Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisih) dalam suatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Qur’an) dan (Sunnah) RasulNya, jika kamu benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya.


3.4. Ilah yang Diabdi.
Sarahan :
Mukmin yang memahami tuntutan tauhid ini juga meyakini bahawasanya tidak ada lagi dalam alam ini suatu ilah yang lain selain Allah karena Dialah yang memiliki seluruh kesempurnaan dan kehebatan.
Dalil :
• Q.51:56, Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu.


4. Tercapai Kehidupan Yang Baik.

Sarahan :
Bersandarkan tauhid kepada Allah dalam semua aspek-aspek yang telah disebutkan di atas maka seorang mukmin itu berada di atas landasan yang benar dan sebenar serasi dengan tuntutan aturan semula jadi alam yang telah ditentukan oleh Allah. Hidupnya membawa kebaikan kepada alam sejagat dan mahluk-mahluk yang lain bahkan Allah sendiri menjanjikan balasan kepada mereka dengan kehidupan yang baik dan ganjaran yang tinggi.

Dalil :
• Q.16:97, Sesiapa yang beramal soleh dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya kami akan membalas mereka dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.


B-7. MAANI LAA ILAHA ILLA ALLAH


Objektif

1. Memahami pengertian Laa ilaha illa Allah secara benar, jelas dan menyeluruh.
2. Tertanamnya keyakinan yang kuat terhadap Allah sehingga terlepas dari ketergantungan kepada selainNya.
3. Termotivasi untuk mewujudkan akhlak yang sesuai dengan pemahaman ini.


Sinopsis

Dalam ucapan syahadah yang kita ungkapkan terkandung beberapa pasal yang sering dibincangkan. Antaranya ialah kalimah (Laa) yang menafikan langsung ketuhanan dan ciri-ciri ketuhanan segala sesuatu yang wujud di atas alam ini dalam apa juga rupa melainkan ketuhanan Allah SWT dengan segala kesempurnaannya. Penafian yang melibatkan segala sifat-sifat ini adalah sebagai membersihkan tapak kesempurnaannya. Penafian yang melibatkan segala sifat-sifat ini adalah sebagai membersihkan tapak akidah dari segala syubhat ketuhanan selain dari Allah. Tujuannya ialah menta’kidkan bahawa segala-gala arti dan hakikat ketuhanan itu hanyalah ada pada Allah. Dari sini binaan akidah menjadi jelas kepada mukmin.


Hasyiah

1. Tiada Ilah selain Allah.

Sarahan :
Menafikan seluruh ketuhanan pada yang lain selain Allah. Menafikan kesempurnaan mereka dan menafikan hak pengabdian selain dari Allah. Mengitsbatkan keesaan dan kesempurnaan semata-mata.


2. Tiada Khalik selain Allah.

Dalil :
• Q.25:2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi dan yang tidak mempunyai anak, serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dia lah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna.


3. Tiada Pemberi Rizki selain Allah.

Dalil :
• Q.51:57-58, Aku tidak sekali-kali menghendaki sembarang rizki pemberian dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah Dia lah sahaja Yang Memberi Rizki (kepada sekalian mahlukNya, dan Dia lah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaanNya.


4. Tiada Pemilik selain Allah.

Dalil :
• Q.4:131-132, Dan bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan demi sesungguhnya, Kami telah perintahkan orang-orang yang diberi Kitab dahulu daripada kamu, dan juga (perintahkan) kamu, iaitu hendaklah bertakwa kepada Allah, dan jika kamu kufur ingkar, maka (ketahuilah) sesungguhnya Allah jualah yang memiliki segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan (ingatlah) adalah Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. Dan bagi Allah jualah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan cukuplah Allah sebagai Pengawal (yang mentadbirkan dan menguasai segala-galanya).


5. Tiada Raja/Tiada Kerajaan selain untuk Allah.

Dalil :
• Q.62:1, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi senantiasa mengucap tasbih kepada Allah Yang Menguasai (sekalian alam), Yang Maha Suci, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.
• Q.36:83, Oleh itu akuilah kesucian Allah (dengan mengucap subhaanallah), Tuhan yang memiliki dan menguasai tiap-tiap sesuatu, dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.
• Q.67:1, Maha Berkat (serta Maha Tinggilah kelebihan) Tuhan yang menguasai pemerintahan (dunia dan akhirat), dan memanglah Ia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
• Q.3:189, Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.


6. Tiada Pembuat Hukum selain Allah.

Dalil :
• Q.12:40, Apa yang kamu sembah, yang selain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
• Q.6:114, (Katakanlah wahai Muhammad) : “Patutkah aku (terpedaya dengan kata-kata dusta syaitan-syaitan itu sehingga aku) hendak mencari hakim selain dari Allah, padahal Dia lah yang menurunkan kepada kamu kitab Al-Qur’an yang jelas nyata kandungannya satu-persatu (tentang yang benar dan yang salah) ?”. Dan orang-orang yang Kami berikan kitab, mengetahui bahawa Al-Qur’an itu adalah diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenar-benarnya. Oleh itu, janganlah sekali-kali engkau menjadi (salah seorang) dari golongan yang ragu-ragu.
• Q.33:36, Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata.
• Q.28:68, Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dia lah juga yang memilih (satu-satu dari mahlukNya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan), tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi sesiapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaanNya dari apa yang mereka sekutukan denganNya.
• Q.45:18, Kesudahannya Kami jadikan engkau (wahai Muhammad dan utuskan engkau) menjalankan satu Syariat (yang cukup lengkap) dari hukum-hukum agama, maka turutlah Syariat itu, dan janganlah engkau menurut hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (perkara yang benar).
• Q.42:20, Sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) mendapat faedah di akhirat, Kami akan memberinya mendapat tambahan pada faedah yang dikehendakinya, dan sesiapa yang menghendaki (dengan amal usahanya) kebaikan di dunia semata-mata, Kami beri kepadanya dari kebaikan dunia itu (sekedar yang Kami tentukan), dan ia tidak akan beroleh sesuatu bahagianpun di akhirat kelak.
• Q.6:137, Dan demikianlah juga (jahatnya) ketua-ketua yang orang-orang musyrik itu jadikan sekutu bagi Allah, menghasut kebanyakan dari mereka dengan kata-kata indah yang memperlihatkan eloknya perbuatan membunuh anak-anak mereka, untuk membinasakan mereka, dan untuk mengelirukan mereka mengenai agama mereka. Dan kalau Allah kehendaki, niscaya mereka tidak melakukannya. Oleh itu biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan itu.


7. Tiada Pemerintah selain Allah.

Dalil :
• Q.7:54, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy, Ia melindungi malam dengan siang yang mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.


8. Tiada Pemimpin selain Allah.

Dalil :
• Q.2:257, Allah pelindung (yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka ialah thagut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.


9. Tiada Yang Dicintai selain Allah.

Dalil :
• Q.2:165, (Walaupun demikian), dan juga diantara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah, sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan bahawa sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu).


10. Tiada Yang Ditakuti selain Allah.

Dalil :
• Q.2:40, Wahai Bani Israil. Kenangkanlah kamu akan segala nikmat yang telah Kuberikan kepada kamu, dan sempurnakanlah perjanjian (kamu) denganKu, supaya Aku sempurnakan perjanjianKu dengan kamu, dan kepada Akulah sahaja hendaklah kamu merasa gerun takut (bukan kepada sesuatu yang lain).
• Q.9:18, Hanyasanya yang layak memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah itu ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan tidak takut melainkan kepada Allah, (dengan adanya sifat-sifat yang tersebut) maka adalah diharapkan mereka menjadi dari golongan yang mendapat petunjuk.


11. Tiada Yang Diharapkan selain Allah.

Dalil :
• Q.94:8, Dan kepada Tuhanmu sahaja hendaklah engkau memohon (apa yang engkau gemar dan ingini).
• Q.18:110, (Ingatkanlah peristiwa) ketika serombongan orang-orang muda pergi ke gua, lalu mereka berdoa : “Wahai Tuhan kami. Kurniakanlah kami rahmat dari sisiMu, dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami”.


12. Tiada Yang Memberi Manfaat atau Mudhorat selain Allah.

Dalil :
• Q.6:17, Dan jika Allah mengenakan (menimpakan) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghapuskannya melainkan Dia sendiri, dan jika Ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka Ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
• Hadits.


13. Tiada Yang Menghidupkan atau Mematikan selain Allah.

Dalil :
• Q.2:258, Tidakkah engkau (pelik) memikirkan (wahai Muhammad) tentang orang yang berhujah membantah Nabi Ibrahim (dengan sombongnya) mengenai Tuhannya, karena Allah memberikan orang itu kuasa pemerintahan ? Ketika Nabi Ibrahim berkata : “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan”. Ia menjawab : “Aku juga boleh menghidupkan dan mematikan”. Nabi Ibrahim berkata lagi : “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, oleh itu terbitkanlah dia dari barat ?”. Maka tercenganglah orang kafir itu (lalu diam membisu). Dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.


14. Tiada Yang Mengabulkan Permohonan selain Allah.

Dalil :
• Q.2:186, Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka), sesungguhnya Aku (Allah) senantiasa hampir (kepada mereka). Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul.
• Q.40:60, Dan Tuhan kamu berfirman : “Berdoalah kamu kepadaKu niscaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takabur dari pada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina.


15. Tiada Yang Melindungi selain Allah.

Dalil :
• Q.16:98, Oleh itu apabila engkau membaca Al-Qur’an, maka hendaklah engkau terlebih dahulu memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan Syaitan yang kena rejam.
• Q.72:6, Dan bahawa sesungguhnya adalah (amat salah perbuatan) beberapa orang dari manusia, menjaga dan melindungi dirinya dengan meminta pertolongan kepada ketua-ketua golongan jin, karena dengan permintaan itu mereka menjadikan golongan jin bertambah sombong dan jahat.


16. Tiada Yang Wakil selain Allah.

Dalil :
• Q.3:159, Maka dengan sebab rahmat (yang melimpah-limpah) dari Allah (kepadamu wahai Muhammad), engkau telah bersikap lemah lembut kepada mereka (sahabat-sahabat dan pengikutmu), dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu. Oleh itu maafkanlah mereka (mengenai kesalahan yang mereka lakukan terhadap mu), dan mohonkanlah ampun bagi mereka, dan juga bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (peperangan dan hal-hal keduniaan) itu, kemudian apabila engkau telah berazam (sesudah bermusyawarat untuk membuat sesuatu) maka bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepadaNya.
• Q.9:52, Katakanlah : “(Sebenarnya) tidak ada yang kamu tunggu-tunggu untuk kami melainkan salah satu dari dua perkara yang sebaik-baiknya (iaitu kemenangan atau mati syahid), dan kami menunggu-nunggu pula untuk kamu bahawa Allah akan menimpakan kamu dengan azab dari sisiNya, atau dengan perantaraan tangan kami. Oleh itu tunggulah, sesungguhnya kami juga menunggu-nunggu bersama-sama kamu”.


17. Tiada Daya dan Kekuatan selain Allah.

Dalil :
• Q.6:17, Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hambaNya (dengan tadbir dan takdir) dan Dialah Yang Maha Bijaksana serta Amat Mendalam PengetahuanNya.


18. Tiada Yang Agung selain Allah.


19. Tiada Yang Dimohonkan Pertolongannya selain Allah.

Dalil :
• Q.1:5, Engkaulah sahaja (ya Allah) yang kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.



B-8.1. MAHABBATULLAH


Objektif

1. Mengerti perbedaan cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah diatas segala-galanya.
2. Menyadari pentingnya melandasi seluruh aktiviti hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul dan perjuangan.
3. Merasakan kecintaan Allah pada orang-orang mukmin dan wajibnya mencintai sesuatu secara minhaji.


Sinopsis

1. Hakikat Cinta.

1.1. Cinta Yang Syarie Dasarnya Iman.
Sarahan :
Cinta seorang mukmin itu lahir dari ketulusan imannya kepada Allah SWT, bukan semata-mata memenuhi runtunan nafsu dan iblis karena iblis membawa manusia kepada kehancuran sedang Allah mengajak manusia kepada Syurga dan jalan yang lurus.
Dalil :
• Q.3:15, Katakanlah (wahai Muhammad) : “Maukah supaya aku kabarkan kepad kamu akan yang lebih baik daripada semuanya itu ? Iaitu bagi orang-orang yang bertakwa disediakan disisi Tuhan mereka beberapa Syurga, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Disediakan juga pasangan-pasangan/isteri-isteri yang suci bersih, serta (beroleh pula) keredhaan dari Allah”. Dan (ingatlah), Allah senantiasa Melihat akan hamba-hambaNya.
• Q.52:21, Dan orang-orang yang beriman yang diturut oleh zuriat keturunannya dengan keadaan beriman, Kami hubungkan (himpunkan) zuriat keturunannya itu dengan mereka (di dalam Syurga), dan Kami (dengan itu) tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka, tiap-tiap seorang manusia terikat dengan amal yang dikerjakannya.
• Q.3:170, (Dan juga) mereka bersuka cita dengan kurniaan Allah (balasan mati syahid) yang telah dilimpahkan kepada mereka, dan mereka bergembira dengan berita baik mengenai (saudara-saudaranya) orang-orang (Islam yang sedang berjuang), yang masih tinggal di belakang, yang belum (mati dan belum) sampai kepada mereka, (iaitu) bahawa tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berduka cita.


1.2. Cinta Yang Tidak Syarie Dasarnya Syahwat.
Sarahan :
Tanpa sandaran kepada iman dan kecintaan kepada Allah, manusia akan melakukan sesuatu berdasarkan tuntutan nafsu semata-mata. Oleh itu cinta tanpa iman adalah memenuhi tuntutan syahwat semata-mata. Ini bukanlah ciri-ciri peribadatan mukmin yang yakinkan pembalasan Hari Akhirat.
Dalil :
• Q.3:14, Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia, kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak, harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak, kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih, dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia. Dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga).
• Q.80:34-37, Pada hari seseorang itu lari dari saudaranya, dan ibu serta bapaknya, dan isterinya serta anak-anaknya, karena tiap-tiap seorang dari mereka pada hari itu ada perkara-perkara yang cukup untuk menjadikannya sibuk dengan hal dirinya sahaja.
• Q.43:67, Pada hari itu sahabat-sahabat karib setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan takwa (iman dan amal soleh).


2. Ciri-Ciri Cinta.

2.1. Selalu Teringat-ingat.
Sarahan :
Antara alamat cinta sebenar ialah seseorang itu senantiasa mengingati orang yang dicintainya. Apa juga yang dilakukan mesti dipikirkan apakah manfaat kepada yang dicintai, apakah pandangan yang dicintai dan seterusnya sehingga apa pendirian yang hendak diambil, mesti mengambil kira orang yang dicintai.
Dalil :
• Q.8:2, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.


2.2. Mengkagumi.
Sarahan :
Mencintai sesuatu adalah karena ada aspek-aspek yang dikagumi pada orang yang dicintai. Sama ada karena pemurah atau cantik atau penyayang atau sebagainya. Begitulah dalam hubungan cinta dengan Allah, kita senantiasa mengkagumi kehebatan yang Allah miliki.
Dalil :
• Q.1:1, Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.


2.3. Redha/Rela.
Sarahan :
Ciri cinta juga ialah hati kecil kita meredhai kepada orang yang dicintai.
Dalil :
• Q.9:61, Dan diantara mereka (yang munafik itu) ada orang-orang yang menyakiti Nabi sambil mereka berkata : “Bahawa dia (Nabi Muhammad) orang yang suka mendengar (dan percaya pada apa yang didengarnya)”. Katakanlah : “Dia mendengar (dan percaya) apa yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan percaya kepada orang mukmin, dan ia pula menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab siksa yang tidak terperi sakitnya.


2.4. Siap Berkorban.
Dalil :
• Q.2:207, Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keredhaan Allah semata-mata dan Allah pula amat belas kasihan akan hamba-hambanya.


2.5. Takut.
Dalil :
• Q.21:90, Maka Kami perkenankan doanya, dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya dan Kami perelokkan keadaan isterinya yang mandul (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada Rasul-rasul itu ialah karena) sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan senantiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta gerun takut dan mereka pula senantiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami.


2.6. Mengharap.
Dalil :
• Q.21:90, Maka Kami perkenankan doanya dan Kami kurniakan kepadanya (anaknya) Yahya dan Kami perelokkan keadaan isterinya yang mandul (untuk melahirkan anak) baginya. (Kami limpahkan berbagai ihsan kepada Rasul-rasul itu ialah karena) sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan senantiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan serta gerun takut, dan mereka pula senantiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami.


2.7. Mentaati.
Dalil :
• Q.4:80, Sesiapa yang taat kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia telah taat kepada Allah dan sesiapa yang berpaling ingkar, maka (janganlah engkau berduka cita wahai Muhammad), karena Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pengawal (yang memelihara mereka dari melakukan kesalahan).


3. Hal ini Didapati Pada Manusia Dalam Mencintai Allah atau Mencintai Selain Allah.


B-8.2. MARATIBUL MAHABBAH


Sinopsis

1. Hubungan hati - hanya dengan benda-benda - utk memanfaatkan

2. Rasa simpati - pada masa umumnya - utk didakwahi

3. Curahan hati - untuk kaum muslimin umumnya - utk persaudaraan Islam

4. Rasa rindu - dgn mukminin (keluarga/jamaah) - utk saling kasih berkasih/cinta

5. Mesra - dgn Rasulullah dan Islam - utk diikuti

6. Tatayyum (cinta menghamba) - hanya dengan Allah - utk menyembah/mengabdi diri


B-8.3. LAWAZIM AL-MAHABBAH


Sinopsis

1. Peringkat Cinta

2. Mencintai siapa-siapa yang dicintai kekasih

3. Mencintai apa sahaja yang dicintai kekasih

4. Menghasilkan wala’

5. Membenci siapa sahaja yang dibenci kekasih

6. Membenci apa sahaja yang dibenci kekasih


B-9. MA’IYYATULLAH


Objektif

1. Menyadari adanya pengawasan dan kesertaan Allah dalam seluruh aktiviti hidupnya.
2. Termotivasi untuk meningkatkan iman dan amal soleh karena mengharapkan dukungan Allah.
3. Menyadari bahawa perjuangan tidak akan mencapai kejayaan tanpa dukungan Allah.


Sinopsis

1. Kesertaan Allah Umum (mutlak) Baik Kepada Mukminin Maupun Kafir.

Sarahan :
Kita meyakini bahawa Allah SWT senantiasa melihat dan tahu segala perkara yang terang maupun yang tersembunyi. Kesertaan Allah secara umum ini meliputi semua mahluk baik yang beriman maupun yang kafir.

Dalil :
• Q.57:4, Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Ia bersemayam di atas Arasy. Ia mengetahui apa yang masuk ke bumi serta apa yang keluar dari padanya, dan apa yang diturunkan dari langir serta apa yang naik padanya. Dan Ia tetap bersama-sama kamu dimana sahaja kamu berada, dan Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.
• Q.58:7, Tidakkah engkau memikirkan bahawa sesungguhnya Allah mengetahui segala yang ada di langit dan yang ada di bumi ? Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya dan tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya, dan tiada yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Ia ada bersama-sama mereka dimana sahaja mereka berada. Kemudian Ia akan memberitahu kepada mereka pada hari kiamat apa yang mereka telah kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
• Q.58:11, Wahai orang-orang yang beriman. Apabila diminta kepada kamu memberi lapang dari tempat duduk kamu (untuk orang lain) maka lapangkanlah seboleh-bolehnya supaya Allah melapangkan (segala halnya) untuk kamu. Dan apabila diminta kamu bangun maka bangunlah, supaya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa derajat. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang kamu lakukan.


2. Mukmin.

1.6. Pengawasan Allah.
Dalil :
• Q.50:16-18, Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepada nya daripada urat lehernya. Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya, yang satu duduk disebelah kanannya, dan yang satu lagi disebelah kirinya. Tidak ada sembarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang senantiasa sedia (menerima dan menulisnya).
• Q.89:14, Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas (terutama balasan akhirat).
• Q.2:284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.


1.7. Kebaikan Allah.
Dalil :
• Q.28:77, Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia, dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah), dan janganlah engkau melakukan kerusakan dimuka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan.
• Q.31:20, Dan datanglah seorang lelaki dari hujung bandar itu dengan berlari, (lalu menyampai kan berita) dengan berkata : “Wahai Musa, sesungguhnya pegawai-pegawai Fir’aun sedang mengadakan pakatan terhadapmu, mereka hendak membunuhmu, oleh itu pergilah dari sini, sesungguhnya aku adalah pemberi nasihat secara ikhlas kepadamu”.


3. Kesertaan Allah Khusus (bersyarat).

Dalil :
• Q.26:62, Nabi Musa menjawab: “Tidak ! Jangan fikir (akan berlaku yang demikian). Sesungguhnya aku senantiasa disertai oleh Tuhanku (dengan pemeliharaan dan pertolongan Nya), Ia akan menunjuk jalan kepadaku”.
• Q.9:40, Kalau kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad) maka sesungguhnya Allah telahpun menolongnya, iaitu ketika kaum kafir (di Mekah) mengeluarkannya (dari negerinya Makkah) sedang ia salah seorang dari dua (sahabat) semasa mereka berlindung di dalam gua, ketika ia berkata kepada sahabatnya : “Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan semangat tenang tenteram kepada (Nabi Muhammad) dan menguatkannya dengan bantuan tentara (malaikat) yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah menjadikan (syirik) orang-orang kafir terkebawah (kalah dengan sehina-hinanya), dan kalimah Allah (Islam) ialah yang tertinggi (selama-lamanya), karena Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.


3.1. Iman.
Dalil :
• Q.16:128, Maha Suci Allah yang telah menjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid Al-Haraam (di Makkah) ke Masjid Al Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


3.2. Amal Soleh.
Dalil :
• Q.47:7, Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah niscaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu.
• Q.8:10, Dan Allah tidak menjadikan (bantuan malaikat) itu melainkan sebagai berita gembira dan supaya hati kamu tenang tenteram dengannya. Dan kemenangan itu pula hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.


3.3. Dukungan Allah.
Dalil :
• Q.8:9, (Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhan kamu, lalu Ia perkenankan permohonan kamu (dengan firmanNya) : “Sesungguhnya Aku akan membantu kamu dengan seribu (bala tentara) dari malaikat yang datang berturut-turut.
• Q.3:125, Bahkan (mencukupi. Dalam pada itu) jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka (musuh) datang menyerang kamu dengan serta merta, niscaya Allah membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang bertanda masing-masing.
• Q.3:168, Merekalah juga yang mengatakan tentang hal saudara-saudaranya (yang telah terbunuh di medan perang Uhud), sedang mereka sendiri tidak turut berperang : “Kalaulah mereka taatkan kami (turut menarik diri) tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah (wahai Muhammad) : “Jika demikian, hindarkanlah maut dari diri kamu, jika betul kamu orang-orang yang benar”.


3.4. Mencapai Kejayaan.
Dalil :
• Q.3:185, Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati, dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga maka sesungguhnya ia telah berjaya. Dan (ingatlah bahawa) kehidupan di dunia ini (meliputi segala kemewahannya dan pangkat kebesarannya) tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya.


4. Kafir.

4.1. Mengingkari Nikmat Allah.
Dalil :
• Q.16:83, Mereka mengetahui nikmat Allah (yang melimpah-limpah itu), kemudian mereka tergamak mengingkarinya dan kebanyakan mereka pula ialah orang-orang yang kufur ingkar.


4.2. Lalai.
Dalil :
• Q.7:179, Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Allah) dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mau melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mau mendengar dengannya (ajaran dan nasihat), mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.
• Q.18:28, (Iaitu) mereka yang diambil nyawanya oleh malaikat dalam keadaan mereka menganiaya diri sendiri (dengan kekufurannya). Lalu mereka tunduk menyerah (ketika melihat azab sambil berkata) : “Kami tiada melakukan sesuatu kejahatan”. (Malaikat menjawab) : “Bahkan (kamu ada melakukannya), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu telah kerjakan”.


4.3. Akibatnya Bermaksiat Kepada Allah.



B-10. AL-IHSAN


Objektif

1. Memahami komitmen moral, operasional dan kualiti operasional dalam Islam.
2. Termotivasi untuk berniat dan beramal secara ihsan berdasarkan keyakinan adanya kesertaan Allah dan pengawasannya.
3. Menyadari nilai kasih sayang, pahala dan pertolongan Allah yang dituju oleh setiap muslim dalam berjihad.


Sinopsis

1. Pengawasan Allah.

Dalil :
• Q.50:16-18, Dan demi sesungguhnya, Kami telah mencipta manusia dan Kami sedia mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, sedang (pengetahuan) Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Semasa dua malaikat (yang mengawal dan menjaganya) menerima dan menulis segala perkataan dan perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan nya, dan yang satu lagi disebelah kirinya. Tidak ada sembarang perkataan yang dilafazkannya (atau perbuatan yang dilakukannya) melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang senantiasa sedia (menerima dan menulisnya).
• Q.80:14, Yang tinggi derajatnya lagi suci (dari segala gangguan).
• Q.2:284, Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati kamu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan menghitung dan menyatakannya kepada kamu. Kemudian Ia mengampunkan bagi sesiapa yang dikehendakiNya dan menyiksa sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan (ingatlah), Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.


2. Kebaikan Allah.

Dalil :
• Q.28:77, Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah) dan janganlah engkau melakukan kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan.
• Q.1:3, Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.
• Q.2:29, Dialah (Allah) yang menjadikan untuk kamu segala yang ada di bumi, kemudian Ia menuju dengan kehendakNya kearah (bahan-bahan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit dengan sempurna dan Ia Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
• Q.31:20, Tidakkah kamu memperhatikan bahawa Allah telah memudahkan untuk kegunaan kamu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan telah melimpahkan kepada kami nikmat-nikmatNya yang zahir dan yang bathin. Dalam pada itu ada diantara manusia orang yang membantah mengenai (sifat-sifat) Allah dengan tidak berdasarkan sembarang pengetahuan atau sembarang petunjuk dan tidak juga berdasarkan nama-nama Kitab Allah yang menerangi kebenaran.


3. Niat Yang Ihsan.

Dalil :
• Q.2:207, Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keredhaan Allah semata-mata dan Allah pula amat belas kasihan akan hamba-hambanya.


4. Niat Yang Ikhlas.

Dalil :
• Q.98:5, Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, lagi tetap teguh diatas tauhid dan supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat. Dan demikian itulah agama yang benar.


5. Pekerjaan Yang Tertib dan Penyelesaian Yang Baik.

6. Amal Yang Ihsan.

7. Kecintaan Dari Allah.

Dalil :
• Q.2:195, Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) karena (menegakkan) agama Allah, dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil), dan baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu, karena sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.
• Q.3:134, Iaitu orang-orang yang mendermakan hartanya pada masa senang dan susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang. Dan (ingatlah) Allah mengasihi orang-orang yang berbuat perkara-perkara yang baik.
• Q.3:148, Oleh itu, Allah memberikan mereka pahala dunia (kemenangan dan nama yang harum) dan pahala akhirat yang sebaik-baiknya (nikmat Surga yang tidak ada bandingannya). Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang berbuat kebaikan.


8. Pahala Dari Allah.

Dalil :
• Q.3:148, Oleh itu Allah memberikan mereka pahala dunia (kemenangan dan nama yang harum) dan pahala akhirat yang sebaik-baiknya (nikmat Surga yang tidak ada bandingannya). Dan (ingatlah) Allah senantiasa mengasihi orang-orang yang berbuat kebaikan.
• Q.16:97, Sesiapa yang beramal soleh dari lelaki atau perempuan sedang ia beriman, maka sesungguhnya Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya Kami akan membalas mereka, dengan memberikan pahala yang lebih dari apa yang mereka telah kerjakan.


9. Pertolongan Allah.

Dalil :
• Q.16:128, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.
• Q.29:69, Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keredhaan), dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.


B-11. ILMU ALLAH


Objektif

1. Memahami bahawa Allah adalah sumber ilmu dan pengetahuan.
2. Menyadari bahawa Allah memberikan ilmu tersebut melalui dua jalan yang membentuk dua fungsi : pedoman hidup dan juga sarana hidup.
3. Menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai takwa.


Sinopsis

Allah SWT telah mencipta dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perkaitan dan manfaatnya yang tersendiri. Allah yang menjadikan semua isi alam ini dan Dialah Yang Maha Mengetahui segala perkara dari sekecil-kecil sehinggalah ke sebesar-besarnya. Oleh itu Allah menjadi sumber ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya. Allah mengajar manusia dengan ilmu-ilmunya menerusi secara formal iaitu wahyu dan tidak formal iaitu menerusi ilham. Secara formal menerusi wahyu diturunkan kepada Rasul secara ayat qauliyah yang menjadi panduan dan manhaj kepada kehidupan manusia. Itu merupakan kebenaran yang mutlak dari Allah untuk manusia. Manakala secara tidak formal dilakukan menerusi ilham secara langsung menerusi tafakkur, tadabbur dan penelitian terhadap alam. Ini adalah dalam rangka bagaimana manusia mempergunakan sarana alam untuk kemudahan kehidupan mereka. Ia merupakan kebenaran dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh manusia. Kedua-dua cara ini penting bagi manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah dan bertakwa.


1. Allah.

1.1. Yang Maha Pencipta.
Dalil :
• Q.25:2, Tuhan yang menguasai pemerintahan langit dan bumi, dan yang tidak mempunyai anak serta tidak mempunyai sembarang sekutu dalam pemerintahanNya, dan Dialah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan mahluk-mahluk itu dengan ketentuan takdir yang sempurna.


2.2. Yang Maha Bijaksana.
Dalil :
• Q.67:14, Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian mahluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan pentadbiranNya lagi Maha Mendalam Pengetahuan Nya.


2. Jalan Formal.

2.1. Dengan Wahyu.
Sarahan :
• Secara resminya ilmu Allah kepada mahluk adalah menerusi wahyu kepada para Rasul alaihissalam.
Dalil :
• Q.3:38, Ketika itu Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya, katanya : “Wahai Tuhanku. Kuniakanlah kepadaku dari sisiMu zuriat keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau senantiasa Mendengar (menerima) doa permohonan”.


2.2. Memerlukan Rasul.
Sarahan :
Penurunan wahyu ini bukanlah kepada sembarang orang, bahkan kepada mereka yang dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tujuan demikian. Para Rasul adalah mereka yang terpilih untuk menerima wahyu-wahyu yang telah diturunkan itu.
Dalil :
• Q.42:53, Iaitu jalan Allah yang memiliki dan menguasai segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Ingatlah ! Kepada Allah jualah kembali segala urusan.


2.3. Ayat Qauliyah.
Sarahan :
Wahyu yang diturunkan itu merupakan kitab langsung dari Allah berkenaan sesuatu perkara yang kita namakan dia sebagai ayat qauliyah.
Dalil :
• Q.55:1-2, (Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya. Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur’an.
• Q.96:1, Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian mahluk).


2.4. Berfungsi sebagai Pedoman Hidup.
Sarahan :
Ilmu-ilmu dari wahyu ini berfungsi sebagai pedoman hidup kepad manusia atau manhajul hayat.
Dalil :
• Q.3:19, Sesungguhnya agama (yang benar dan diredhai) di sisi Allah ialah Islam. Dan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih (mengenai agama Islam dan enggan menerimanya) melainkan setelah sampai kepada mereka pengetahuan yang sah tentang kebenarannya, perselisihan itu pula) semata-mata karena hasad dengki yang ada dalam kalangan mereka. Dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, maka sesungguhnya Allah amat segera hitungan hisabNya.
• Q.3:85, Dan sesiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima daripadanya dan ia pada hari akhirat kelak dari orang-orang yang rugi.


2.5. Kebenarannya Mutlak.
Dalil :
• Q.2:147, Kebenaran (yang datangnya kepadamu dan disembunyikan oleh kaum Yahudi dan Nasrani) itu (wahai Muhammad) adalah datangnya dari Tuhanmu, oleh itu jangan sekali-kali engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang ragu-ragu.
• Q.41:53, Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahawa Al-Qur’an adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu ?


3. Jalan Non Formal.

3.1. Dengan Ilham.

Dalil :
• Q.90:5, Patutkah manusia yang demikian keadaannya (terpedaya dengan kekuasaan yang ada padanya dan) menyangka bahawa tidak ada sesiapapun yang dapat mengatasi kekuasaannya (dan menyeksakannya) ?

3.2. Langsung.
Dalil :
• Q.2:31, Dan ia telah mengajarkan Nabi Adam akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Ia berfirman : “Terangkanlah kepadaKu nama benda-benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar”.
• Q.55:4, Dialah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan.

3.3. Ayat Kauniyah.
Dalil :
• Q.3:190, Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal.
• Q.41:53, Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka bahawa Al-Qur’an adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan menyaksikan tiap-tiap sesuatu ?

3.4. Berfungsi sebagai Sarana Hidup.
Dalil :
• Q.11:61, Dan kepada kaum Tsamud, Kami utuskan saudara mereka : Nabi Soleh. Ia berkata : “Wahai kaumku ! Sembahlah kamu akan Allah. Sebenarnya tiada Tuhan bagi kamu selain daripadaNya. Dialah yang menjadikan kamu dari bahan-bahan bumi, serta menghendaki kamu memakmurkannya. Oleh itu mintalah ampun kepada Allah dari perbuatan syirik, kemudian kembalilah kepadaNya dengan taat dan tauhid. Sesungguhnya Tuhanku senantiasa dekat, lagi senantiasa memperkenankan permohonan hambaNya”.

3.5. Kebenaran Eksperimen.
Dalil :
• Q.10:36, Dan kebanyakan mereka, tidak menurut melainkan sesuatu sangkaan sahaja, (padahal) sesungguhnya sangkaan itu tidak dapat memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran (iktiqad). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan.

3.6. Untuk Manusia agar Beribadah.
Dalil :
• Q.51:56, Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu.