Minggu, 14 Agustus 2011

BUKAN CINTA BIASA (Penulis Kusrin)

-----TENTANG PENULIS-----
Penulis lahir disebuah desa kecil Tanjung Pangkal Kec. Pasaman Kab. Pasaman-Barat Sumatera Barat. Tepatnya hari Minggu tanggal 18 November 1984, dengan nama “Kusrin” merupakan anak ke-7 dari sembilan bersaudara pasangan Miawal (ayah) dan Zulkaini (Ibu). Terlahir dari anak petani yang penuh berkah.
Pendidikan: Pendidikan Dasar ditempuh di SD Negeri 27 Kartini Muara-Kiawai tamat tahun 1998. Lalu melanjutkan ke MTs Nurul-Huda tamat pada tahun 2001. Setelah itu melanjutkan ke MAN 1 Lubuksikaping tepatnya di Ibu Kota Kab. Pasaman-Timur tamat pada tahun 2004. Setelah selesai dari MAN penulis mengabdikan diri (mengajar) di almamaternya MTs dan MA Nurul-Huda (Agustus 2004-Maret 2005). Pada bulan Mei 2005 berangkat menuju tanah Jawa (Yogyakarta) dengan maksud melanjutkan pendidikan (Kuliah). Tapi karena satu dan lain hal, pada pertengahan bulan Juli 2005 hijrah ke kota kembang Bandung. Pada tahun yang sama penulis nyantri di Pon-Pes Daarut Tauhiid (Pimpinan Aa Gym) pada tahun 2005-2007. Diwaktu yang bersamaan penulis juga tercatat sebagai mahasiswa Ma’had Al-Imarat Jurusan Bahasa Arab (2005-2006). Pada bulan September 2006 penulis melanjutkan kuliah ke UIN Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) tamat tahun 2011 dengan gelar Kusrin. S.Pd.I. Pada pertengahan tahun 2008 beliau berangkat ke Kediri tepatnya di Kota Pare untuk belajar Bahasa Asing (B. Inggris) Pada Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA).
Selama kuliah penulis juga aktif di berbagai Organisasi dan LSM yang ada di kota Bandung, Seperti: Santri Siap Guna (SSG) Daarut Tauhiid, Pemuda P.U.I, HMJ PAI, KAMMI, LDM UIN Bandung, KARISMA Salman ITB, Percikan Iman, PKPU dan DKM Al-Amanah.
Serta mengisi Training dan pelatihan dibeberapa tempat: LDM UIN, Rohis IPDN, SLTP Salman Al-Farisi Bandung, SLTP 26 Bandung, SMAN 12 Bandung, SMAN 8 Bandung, SMK Dirgantara Bandung, SMKN 4 Bandung, SMK Luar Biasa Kasih Ibu Bandung, SMA Terpadu Ciparay, SMAN 3 Bandung, SMAN 5 Bandung, Pementor di SMA Plus Al-Ghifari Bandung, Masjid Agung Jabar, mengisi Khutbah (Jumat, idul fitri, idul adha) dan beberapa majelis ta’lim. dll.



BUKAN CINTA BIASA:
Bagian Pertama:
1. Makna cinta
2. Hakekat Cinta
3. Cinta Allah pada hambanya
4. Cinta rosul pada ummatnya
5. Cinta Orang tua pada anak
6. Cinta anak pada orang tua
7. Cinta suami pada istri
8. Cinta istri pada suami
9. Cinta guru pada murid
10. Cinta murid pada guru
11. Cinta ayah pada anak
12. Cinta ibu pada anak
a. :Ibumu,ibumu,ibumu, bapakmu
b. :Kegelisahan seorang ibu
c. :Kesepian seorang ibu
d. :Kesedihan seorang ibu
Bagian Kedua
1. Kado buat ibu
2. Cinta alam pada makhluk
3. Cintai yang dibumi maka yang di langit akan mencintaimu
4. Cinta Murobbi pada mutarobbinya
5. Cinta apa cinta
6. Cinta atau nafsu
Bagian ketiga:
1. Risalah cinta
2. Cinta Sejati
3. Ketika Cinta Berbuah Syurga
4. Cinta itu di jemput bukan menunggu
5. Merajut cinta yang hilang
6. Memberi lebih akan dapat lebih
7. Jauh dimata dekat dihati
8. Kalau cinta maka ungkapkan
9. Katakan cinta padaku
10. Cintaku hanya untuk-Mu
11. Cintamu sebesar apa
12. Pesan Cinta Untukmu
13. Bukan SMS biasa
Insyaallah….
Tentang Penulis














Bukan kata Cinta Biasa
Satu kata cinta Bilal:
“Ahad”
Dua kata cinta Sang Nabi:
“Selimuti aku”
Tiga kata cinta Ummu Sulaim:
“Islammu, adalah maharku”
Empat kata cinta Abu Bakar:
“Ya Rasulullah, saya percaya”
Empat kata Nabi Yusuf:
“Penjara lebih aku sukai”
Lima kata cinta ‘Umar:
“Ya Rasullullah, ijinkan kupenggal lehernya!”
Inilah Cinta “Bukan Cinta Biasa”.









***Bukan Pantas dan Tidak Pantas***
Sebentar! Ada yang perlu saya sampaikan di sini. Tulisan ini lahir karena sebuah kegelisahan melihat kondisi ummat hari ini, risih melihat acara di TV yang sudah melampaui batas. Ada sebuah yang hilang dalam diri manusia. Seiring dengan tuntut zaman, perkembangan teknologi, mahalnya biaya hidup, kerasnya persaingan, mencoloknya life stile (gaya hidup), di tambah dengan rorngrongan barat yang senantiasa merusak moral dan menyibukkan ummat ini pada hal-hal yang melenakan.
Kata “Cinta”,,,ya itu yang terbesit dalam pikiran penulis. Ketika suatu malam merenung menjelang tidur dalam sebuah kamar mungil yang berukuran 1 x 2,5 meter, tepatnya di masjid jami’ Al-Amanah. Ya cinta, itu yang hilang dalam diri kebanyakan orang. Hari ini kita melihat. Banyaknya perselingkuhan, perceraian semakin meningkat, anak jalanan semakin mewarnai di perempatan jalan, lampu-lampu merah. Banyak para orang tua yang terabaikan. Banyak bayi-bayi yang tidak berdosa harus di tinggal orang tuanya Banyak bayi lahir dari ibu yang belum halal statusnya. Dan seabrek permasalahn lainnya. Ada sesuatu yang hilang, pudar, rapuh, terkikis dan bahkan hampir terlupakan…Ya hakekat Cinta….
Malu! Itulah yang terbersit dibenak saya ketika mau menuliskan kegelisahan tersebut, apalagi di terbitkan. Belum pantas dan layak rasanya untuk menulis hal yang demikian. Apalagi menyangkut Cinta, sesuatu hal yang sensitif. Sempat berfikir beberapa kali, pantas gak ya saya menulis yang beginian. Nanti gimana tangapan orang. Apalagi dilihat kepribadiannku. Ah! Masih jauh dari apa yang dituliskan.
Jujur! Saya merasa sangat malu. Malu sekali. Malu karena masih dini dan belum banyak pengalaman dalam hal yang dibicarakan. Punya istri belum (mudah-mudahan secepatnya), punya anak belum (paling juga anak didik). Rasanya terlalu dini bagi saya untuk berbicara soal ini. Apalagi menuangkannya lewat tulisan. Apakah pantas?. Tapi ada rasa malu yang lebih besar dari itu semua, malu pada Allah karena belum bisa berkarya apa-apa.
“Bukan soal pantas dan tidak pantas, Akh! Ini soal tanggung jawab, Kata seorang sahabat. Soal dakwah dan kewajiban seorang Muslim.” Mengutip kata-kata dari para penulis terdahulu. Begitu bersitan yang muncul kala itu, dan saya menjadi sadar karenanya. Memang betul bahwa ini soal tanggungjawab, soal kewajiban seorang Muslim. Apakah kita hanya bisa mengelus dada melihat kondisi. Hanya bisa mengutuk dan bilang ‘wah kasian ya”. Bukankah dalam hadits, Rasulullah mengatakan: “Jika kamu melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu. Jika kamu belum sanggup, maka cegahlah dengan lisanmu, jika kamu juag belum sanggup, maka cegahlah dengan hatimu. Dan itu adalah selemah-lemahnya Iman”.
Kalau kita bisa, sementara ada orang lain yang membutuhkan apa yang kita miliki; Apakah kita akan menolak dan menyembunyikannya? jiwa, sungguh malang jika demikian. “Orang yang menyembunyikan ilmunya dilaknat oleh segala sesuatu, bahkan oleh ikan di laut dan burung di angkasa” (H.R. Ibnu al-Jawzi).
Orang-orang bijak pernah berpesan "Ma halaka ‘amru-un arafa Qadra nafsihi" (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah menghargai dirinya – dengan waham ‘tawadhu’ atau perasaan tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.
Agar tak tergolong hamba yang merugi dan menyembunyikan ilmu, maka saya pun memberanikan diri untuk menulis buku ini. Bismillah. Semoga menjadi amal saleh untuk bekal di akhirat nanti. Amîin. Namun isi buku ini bukan semuanya utuh hasil dari tulisan penulis sendiri tapi di ambil dari berbagai sumber sebagai bahan referensi.
Memang masih banyak orang shalih. Tetapi tak banyak di antara mereka yang memikirkan dan memperjuangkan keshalihan menjadi jamak dan jamaah. Banyak yang apatis. Banyak yang sekedar mencukupkan diri bershalih sendiri dan tanpa merasa terganggu dan prihatin terhadap tingkah pongah orang lain. Lalu siapa yang menjadi golongan yang terselamatkan, sementara apatisme telah banyak menjangkiti orang-orang.
Sulit mungkin bagi jiwa-jiwa kerdil memahami mereka, apa yang dirasakan saudara-saudara kita. Tetapi saya tetap akan menuliskannya. Apa pun kata orang, karena saya yakin, demi Allah, masih banyak akal-akal sehat yang siap menerima kebenaran. Saya yakin para pembaca tentu juga ingin berbuat sama, tapi belum kesampaian, kalau kita bisa kenapa harus menunggu.
Manfaat dan manfaat, kata itulah yang menguatkan dan menjadi kekuatan yang dapat diandalkan dalam penulisan ini. Sekali lagi, bukan pantas dan tak pantas, tapi soal tanggung jawab. Kalau kita menunggu menjadi pantas, lalau sampai kapan ummat, saudara kita terabaikan dan terlupakan. Sementara semakin hari semakin bertambah...Bismillah, bersama-Mu ya Allah.
Saya jadi ingat kepada Sean Covey, penulis buku The Seven Habits. Beliau mengatakan, ”Untuk tahu nilai satu tahun, tanyakan pada siswa yang gagal dalam ujian kenaikan. Untuk tahu nilai satu bulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur. Untuk tahu nilai satu minggu, tanyakan pada editor majalah mingguan. Untuk tahu nilai satu hari, tanyakan pada buruh harian yang mempunyai enam anak untuk diberi makan. Untuk mengetahui nilai satu jam, tanyakan pada kekasih yang menanti saat bertemu. Untuk mengetahui nilai satu menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta. Untuk mengetahui waktu satu detik, tanyakan pada orang yang selamat dari kecelakaan. Untuk mengetahui waktu satu milidetik, tanyakan pada peraih medali olimpiade.”
Ah, rasanya malu mengingat banyak waktu yang berlalu sia-sia, hampa tanpa makna dan tanpa karya. Oleh karena itu mari gunakan waktu untuk melahirkan karya dan membangun peradaban dunia. Menulislah. ”Semoga Allah bangkitkan kebaikan dan kekuatan, melalui setiap kata yang mengalir dari ujung jari kita. Sungguh sebuah buku dapat mengubah jiwa manusia dan nasib dunia”, begitu Ustaz Mohammad Fauzil ‘Adhim mengatakan
Istajib du’ana ya Allah
Bandung, 10 juli 2010
Kusrin al-fadangie

DO'A

Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya
Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang
tua
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran
terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan
kedengkian
Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya
Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami
Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada
kami
"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala
kasih"
Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu
Adil pasti atas kami keputusan-Mu
Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan duka kami
Pencerah mata kami
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang
menenggelamkan dunia
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang
marak menyala
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan
laut yang mengancam nyawa
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan
oleh kafir durjana
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu
wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik
khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam,
dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara
Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan
dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-
Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya
Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan
yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal
usaha kami sendiri
Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu
Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang
memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis
dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati,
ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua
kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan
kekayaan
Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami
da'i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
(KH. Rahmat Abdullah)

Ada beberapa Indikator yang menjadi seseorang dalam hal mencintai:
-Pertama, selalu mengingat dan tidak pernah melupakan, makan, minum, berjalan, bekerja, duduk, tidur, senang, susah, dan dalam kondisi apapun.
-Kedua, orang yang mencintai akan selalu mengikuti seluruh perintah.
-Ketiga, perasaan rindu.
-Keempat, ada sikap cemburu.
-----Hakekat cinta----
Cintailah cinta (bukan ngutip lirik lagu), cinta ruh yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar, jernih, dan ceria…Cinta, ruh yang mengalir lembut, menyesakkan, berderai, jerih, dan badai…Sulitkah mencintainya.!
Dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir. Mereka yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai Dien, dan Muhammad sebagai Nabinya telah berangkat ke ufuk makna cinta yang mempesona. Mereka belajar mencintai cinta, mahkluk yang dikaruniakan Allah sebagai warna-warni yang ceria namun tak norak, yang merasuk tanpa memabukkan, yang hidup tanpa membinasakan, dan harus dipelihara.
Kita berhimpum dalam cinta-Nya, kita senandungkan nasyid Robithah berikut ini;
Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini telah berpadu
Berhimpun dalam naungan cinta-Mu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan.
( Nasyid; Rabithoh)
Masih adakah cinta yang salah dalam diri kita, begitu mulia cinta itu, maka jangan pernah kita kotori dan nodai kesuciaannya.
-----Cinta Orang Tua pada Anak-----
Orang tua selaku, siapa yang tidak menginginkan anak-tumbuh dengan sehat, orang tua mana yang tidak ingin melihat anak-anaknya sukses, orang tua mana yang tidak menginginkan anak-anak patuh dan taat. Kalau ditanya orang tua mana yang tidak menginginkan doa dari anak yang shaleh dan shalehah.
Ketika dalam sebuah pengajian ibuk-ibuk, penulis waktu itu sebagai pemateri. Lalu penulis meajukan pertanyaan ke ibuk-ibuk jamaah, Ibuk-Ibuk jawab serius pertanyaan berikut ini ya, “Ibuk pilih mana, dikasih uang sama anak yang kaya atau di kasih doa sama anak yang shaleh?”. Jawaban Ibunya beragam. Ada yang jawab “Dikasih uang yang banyak dari anak yang kaya, Pak Ustd. Ada lagi yang jawab, kalau abdi mah mendingan di doain oleh anak yang shaleh. Ada lagi dari ibuk-ibuk yang celetuk, kalau abdi pak Ustad milih dua-duanya (dasar serakah) Dikasih uang ma anak yang kaya dan di doin ma anak yang shaleh”. Ya itu lah jawaban dari para ibuk jamaah. Mungkin kalau kita disodorkan pertanyaan yang sama, kemungkinan besar kita akan menjawab sama dengan jawaban ibu yang terakhir, tapi kalau boleh kita memilih “Di doakan anak yang shaleh” itulah jawaban yang tepat.
“Anak kandung sibiran tulang, obat rusuh pelerai demam, penyejuk hati mata memandang, rumah indah keluarga sakinah”.



-----Cinta ibu pada anak-----
:Ibumu,ibumu,ibumu, bapakmu
Disini saya mengajak pembaca yang budiman untuk sedikit menongok sosok ibu kita, mungkin tulisan ini agak panjang, tapi jangan ada yang terlewatkan…pasti setujukan. Bismillah.
Coba kita ikuti kisah berikut ini;
Ibuku hanya punya satu mata, Aku membenci dia…Dia begitu memalukanku. Dia memasak untuk murid dan guru guna mencukupi hidup keluargaku. Suatu hari saat aku di sekolah Dasar (SD), ibu mendatangiku dan mengucapkan salam padaku. Aku begitu malu saat itu. Bagaiamana ia bisa melakukan itu padaku di depan teman-temanku. Aku abaikan dia dan melemparkan pandangan benci padanya sambil lari meninggalkannya. Esok harinya, salah seorang teman sekelasku mengejekku dengan mengatakan, eei…ibumu hanya punya satu matanya ya. Aku malu sekali dan ingin mati rasanya. Aku juga ingin ibuku pergi dari kehidupanku. Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan mengatakan padanya. Kalau ibu hanya jadi sumber bahan tertawaan teman-temanku, mengapa ibu tak mati saja. (astagfirullah summa na’uzubillah).
Ibuku tak menjawab…!!!
Aku sama sekali tak mau berfikir tentang apa yang kukatakan, karena aku sangat marah padanya. Aku tak pedulikan apapun perasaan dia. Aku ingin keluar dari rumah itu. Jadi aku belajar dengan keras agar aku mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri, kemudian aku menikah. Aku punya anak, dan aku pun bahagia.
Suatu waktu ibu menjengukku. Dia bertahun-tahun tak melihatku dan bahkan belum pernah melihat dan bahkan belum pernah bertemu cucunya. Ketika ibu berdiri di depan pintu, anak-anakku kaget dan menertawakan. Aku berteriak “betapa beraninya kamu datang kerumahku dan menakut-nakuti anakku, pergi dari sini sekarang”. Ibuku menjawab perlahan, maaf, ibu salah alamat, dan diapun pergi.
Suatu waktu, ada undangan resmi dikirimkan kerumahku, jadi aku berbohong pada istriku. Kukatakan bahwa aku ada tugas ke luar kota. Usai reuni, aku mampir kekampungku untuk sekedar rasa ingin tahu. Salah seorang tetanggaku mengatakan bahwa ibuku telah meninggal dunia. Aku tak terharu ataupun meneteskan air mata. Tetanggaku itu menyerahkan sepucuk surat dari ibu untukku…
Lalu kubuka surat itu dan ku baca…
“Anakku tersayang, aku memikirkanmu setiap waktu, maafkan ibu datang kerumahmu dan membuat anak-anakmu takut. Aku sangat gembira ketika kudengar kau akan datang reuni, tapi sayang aku tak kuasa bangkit dari tempat tidurku untuk melihatmu.Maafkan aku yang membuat malu kamu saat kita masih bersama. Ketahuilah anakku…Ketika kau masih kecil kau mengalami kecelakaan yang membuat kehilangan matamu. Sebagai ibu, aku tak bisa berdiam diri membiarkanmu tumbuh dengan satu mata saja. Jadi kuberikan satu mataku padamu. Aku sangat bangga pada anakku yang telah memperlihatkanku dunia baru untukku di tempatku, dengan mata itu,
Bersama cintaku……………..IBUMU……maafkan ibu nak…!
Kisah lain…
Disebuah rumah hiduplah seorang ibu dan seorang anak wanita yang baru duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Suatu pagi terjadilah pertengkaran kecil antara ibu dan anak. Yang akhirnya anak ini mangkir meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan ibunya. Belum sarapan pagi, gak membawa uang. Dia pergi keluar rumah tanpa tahu arah dan tujuan mau kemana, hanya sekedar menghilangkan kekecewaan pada ibunya. Hati menggerutu, langkahnya lunglai karena belum sempat sarapan pagi.
Setiap warung nasi atau tempat jualan makanan yang ia lewati, sejenak ia berhenti dan memperhatikan orang yang sedang melalap makanannya. Sambil memegang perutnya, dalam hatinya dia berharap ada orang yang kasihan tuk memberi makanan. Dia terus berjalan hingga sampai ia di sebuah warung nasi, yang mana ibu punya warung itu menghampirinya. “Nak kamu mau kemana”, tanya ibu separoh baya itu. “Gak tau buk”, jawabnya. “Sudah makan belum, hayu masuk”. Makasih buk. Lalu dia masuk dan duduk disalah satu kursi makan ibu itu. “Tunggu sebentar ya, jangan kemana-mana”. “Ya buk”, jawabnya lagi, dalam hatinya ia berkata “subhanallah ibu ini baik banget sama aku, baru ketemu saja sudah di ajak makan, aku kagum dan tidak akan melupakan kebaikan ibu ini”. Tak lama kemudian ibu itu membawa makanan dan menyuguhkannya, “ni ibu bawakan makanan buat kamu silahkan di makan, kamu pasti lapar ya?. Tanpa di jawab anak itu langsung melalap makanan itu yang sudah lama diharapkannya.
Ibu ini terus menemani, sambil sesekali tersenyum melihat anak ini. Sejenak makanan itu habis. Lalu ibu bertanya, “Neng cantik kalau ibu boleh tau, neng dari mana ya, rumahnya dimana?. Anak itu menjawab, “Dari kampung sebelah buk”. Oh..! kok sendirian neng…. Iya buk, tadi pagi aku bertengkar sama ibuku, karena aku kecewa maka aku kabur dari rumah tanpa sepengetahuan. Ibu itu hanya senyum, sekarang kamu harus langsung pulang ya, pasti ibumu khwatir. Lalu anak ini pamitan sambil mengatakan sesuatu, “Ibu makasih banyak atas kebaikan ibuk, telah memberikan aku makan siang ini, aku tak kan pernah melupakan kebaikan ibu, aku akan mendoakan ibu”. Sambil memegang kedua pundak anak ini, ibu itu menjawab. Neng cantik, makasih telah mau mendoakan ibu, tapi ingat pesan ibu neng, Ibu baru pertama kali bertemu dengan mu dan baru kali ini memberikanmu sepiring nasi. Ingat nak yang pantas dan layak kau berikan itu semua, Ibumu dirumah nak…ya ingat ibumu. Yang telah dari bayi menyayangimu, bahkan dari dalam kandungan. Setelah kau lahir ia senantiasa menemanimu, setiap pagi mempersiapkan sarapan buat kamu, menghidangkan makanan siang dan malammu, menemanimu dimalam hari, gelisah di saat kau sakit, khawatir keselamatanmu di kala kau keluar. Sekarang kau pulang nak, ibumu sedang mengkhawatirkan mu, sedang menunggumu. Ibu tidak ada apa-apanya dibandingkan ibumu. Segera minta maaf nak…ya?.
Anak ini baru tersadar dari kesalahan yang ia lakukan. Ternyata ia lupa selama ini atas kebaikan ibunya. Dalam hatinya ia akan segera pulang dan meminta maaf pada ibunya.
Saudaraku, sahabat-sahabat. Dari dua kisah di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita, betapa seringnya kita melupakan kebaikan orang tua kita, Ibu-Bapak kita. Kita sering kagum dan berterimakasih pada orang lain, sementara orang tua terlupakan……..Ya Ibu, ibumu, ibumu kawan yang layak dan pantas dimuliakan sebelum yang lainnya. Apapun kondisinya, apapun kekurangannya menurut saudara…Namun dia tak kan pernah tergantikan oleh siapapun posisinya,,, dia yang pernah melahirkan kita, dan tak akan ada lagi yang bisa melahirkan kita. Dari rahimnya yang suci kita mengenal dunia ini. Lalu alasan apalagi yang membuat kita kecewa pada dirinya, nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan.
Cintamu Ibu-BUKAN CINTA BIASA.



-----Mari Sejenak Bicara Tentang Rasa Sepi Seorang Ibu-----
Bagian ini adalah spesial,
spesial penulis persembahkan buat para ibu tercinta,
ibu saudara dan ibu kita semua.
“Hidup ini terus berjalan, maka muliakan orangtuamu dengannya. Terlebih ibu yang telah mengandung dan menyusui.
(Abu A’la Al-Ma’rry).
Sepi adalah jenak waktu yang tentu saja tak memberi rasa nyaman. Apalagi kita tak bisa tahu kapan ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah sosok yang mungkin sangat sering itu dalam hidupnya, meski mungkin kita sebagai anaknya kadang tak menyadari.
Harus kita akui, bahwa kita sering kali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, perhatian kita padanya lebih banyak dan lebih serius. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, khawatir apakah dia sudah makan apa belum, takut apakah dia bahagia bila berada di samping kita.
Tapi, apakah kita juga pernah merisaukan kabar dari orang tua kita?. Risau, apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Khawatir, apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang ya. Padahal boleh jadi dia sedang dalam dekapan rasa sepi.
Disini, saya mengajak mari kita sejenak mencoba merenungkan lagi. Bicara soal keadaan orang tua. Soal rasa sepi seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih punya kesempatan untuk membalas budi mereka, melakukan yang terbaik untuknya. Untuk ibu yang pengorbanannya tak terhingga. Agar jangan sampai ada kata ‘menyesal” di kemudian hari.
Rasa Sepi Ketika Sendiri Membesarkan Anak-Anaknya.
Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah cinta yang tak terbatas, bukan sekedar cinta, dan bukan cinta biasa. Meskipun cinta itu terkadang tak terbalas. Atas nama cinta, apa pun akan dia jalani asal kebutuhan anaknya terpenuhi. Apapun akan ia usahakan, asal keinginan anaknya terwujud. Apapun akan ia lakukan asal anaknya bisa dan berhasil. Itulah energi cinta dari seorang ibu.
Energi itu begitu kuat. Tak jarang, seorang ibu kemudian harus melakukan semua itu sendirian. Tanpa kehadiran suami yang menemani, karena dipisahkan oleh ajal, misalnya, oleh sebab yang lain. Berat itu pasti. Tapi cintanya yang besar akan mengalahkan semua kesulitan dan rintangan. Tekadnya yang demikian besar terbangun, sehingga lahirlah anak-anak yang sukses dalam hidup dan kariernya, berkat sentuhan cinta dan pengorbanannya, meski semua dilakukannya berselimut derita dan rasa sepi. (subhanallah)
Ibu kita mungkin menjadi salah satu perempuan yang merasakan kesepian itu dalam mendidik anak-anaknya. Kita dan beberapa saudara kita barangkali hari ini semua telah menjadi orang-orang berhasil; punya pendidikan yang tinggi, menduduki sebuah jabatan penting, atau mengelola sebuah bisnis besar.
Mari kita kenang sejenak rasa sepi ibu waktu itu, dimana terkadang ia harus menutupinya dengan sebuah “kebohongan” untuk mengalihkan perhatian kita. Agar ia tak tampak lelah dan capek mengurus dan membesarkan kita.
Seorang anak yang telah dewasa menuliskan kisah masa kecilnya kala bersama ibunya, yang tak pernah kenal lelah bekerja untuk dirinya dan adik-adiknya. Saat itu mereka hidup dalam keadaan amat sederhana. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika sedang makan, ibu-nya seringkali memberikan bagian nasinya untuknya. Sambil memindahkan nasi kepiring anaknya, si ibu berkata, “makanlah nak, ibu tidak lapar.” Setelah dewasa, dia baru tersadar bahwa saat itu ibunya telah “berbohong”.
Ketika saya mulai menginjak remaja, ibu sangat menyayangi anak-anaknya selalu gigih dalam membantu ayah mencari nafkah. Berusaha apa saja ia lakoni demi mendapatkan sejumlah uang. Namun pernah satu kali ia tak mendapatkan bayaran atas usahanya, ia hanya mendapatkan upah dengan beberapa ekor ikan segar yang di masaknya menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera.
Sewaktu memakan makanan itu, ibu duduk di samping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa makanan kami. Melihat itu tentu saja aku tak tega dan menyodorkan ikan bagianku kepadanya. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. “Makanlah nak, ibu tidak begitu suka dengan daging ikan,” tuturnya. Dan aku kembali menyadari bahwa ibu telah kembali ‘berbohong’, lanjut lelaki itu. “Saat aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, demi membiayai uang sekolah itu, ibu rela mengerjakan sulaman barang-barang kerajinan yang didapatkan dari tetangga sebelah rumah. Sedikit demi sedikit ia selesaikan pekerjaannya itu.
Saat itu aku terenyuh menyaksikan kegigihan ibu, hingga jam menunjukkan pukul satu malam ibu juga belum berhenti. Saat aku memintanya untuk istirahat dan tidur, ia malah menyuruhku untuk terlebih dahulu tidur, sementara ia beralasan belum ngantuk.
Hari-hari terus berjalan, hingga pada waktu yang telah digariskan, ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Setelah kepergian ayah, ibu yang malang harus merangkap menjadi ayah, membiayai keperluan hidup kami sendiri dan tiada hari tanpa penderitaan. Hingga banyak keluarga ibu yang menasehati ibu untuk kembali menikah, tetapi ibu menolaknya dengan mengatakan bahwa ia tak butuh cinta, dan aku tahu saat itu ibu ‘berbohong’, “ tulisnya, meneruskan ceritanya.
Perjuangan membesarkan anak adalah hari-hari yang penuh rasa sepi, dengan kesulitan yang terkadang belum kita bisa cerna saat itu, atau mungkin hinga hari ini. Namun kita tak pernah mencoba untuk mengingatnya, untuk sekedar mengenang jasa manusia agung itu, yang telah memberikan segalanya untuk kita. (Allahu Akbar, maafkan kami anakmu ibu…?)
Rasa Sepi Ketika Ditinggal Anak-anaknya merantau.
Saudaraku, ikhwafillah…
Setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing-masing. Dan karena itu, maka terkadang kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua untuk mencoba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau kemana saja, untuk tujuan apapun; menuntut ilmu, menjemput rezeki, mengadu nasib, dan sebagainya.
Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul di relung hati seorang ibu. Anak yang sedari kecil diasuh penuh cinta, ditimang-timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, karena hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi meranatau.
Mungkin kita adalah salah seorang anak yang membuat ibu merasa sepi, karena meninggalkannya untuk sementara karena mengejar cita-cita di negeri rantau orang. Saudaraku, hari ini entah dimanapun kita berada, di desa maupun di kota, dalam negeri maupun di luar. Mari sejenak bicara tentang rasa sepi seorang ibu yang terus menyimpan rasa cinta dan kasihnya pada kita sampai kapan pun. Mari sejenak kita merenungkan keadaannya, dikala kita sedang jauh disisinya. Apakah yang sedang ia lakukan? Mungkinkah saat ini, ia duduk sambil menghabiskan waktu sambil memandang kali di depan rumah, yang dahulu selalu menjadi tempat bagi anak-anaknya menghabiskan waktu, berenang dan bermain hujan. Atau dia sedang duduk di depan rumah menunggu kedatangan kita. Atau melihat mainan-mainan kita dulu waktu kecil yang sudah disimpan dalam gudang? Atau entah apa lagi yang dilakukan ibu kita untuk mengusir dan menghilangkan kesendiriannya dan rasa sepi yang tak kunjung berakhir?.
Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa-masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.
Tapi sayangnya, kita tak pernah menyadari dan membiarkan waktu terus berlalu tanpa mencoba mencari tahu. Karena itu, mari sejenak kita bicara disini, tentang kesendirian ibu. Tentu agar kita teringat dan tersadar, serta kemudian mau sesekali mau mengobati rasa sepinya dengan rela meninggalkan kesibukan untuk sesaat pulang menemuinya, mencium tangannya, dan mengecup keningnya.
Rasa sepi Ketika Anak-anaknya telah sukses dan mandiri
Merantau mungkin awalnya hanya untuk menimba ilmu dan pengalaman. Tapi serigkali di negeri orang, kita akhirnya menemukan kehidupan baru yang membuat kita harus bertahan. Di sana kita temukan pekerjaan, profesi, atau jabatan yang menjadikan kita tidak lagi bergantung kepada orang tua secara ekonomi. Atau mungkin kita menemukan pasangan hidup dan lalu membina rumah tangga sendiri, sehingga tidak lagi merasa perlu untuk kembali dan hidup bersama orang tua di kampung halaman.
Keberhasilan dan kesuksesan tentu selalu memberi perubahan, seperti perubahan pada keadaan kita yang sudah mampu hidup mandiri. Namun ibu yang mengantarkan kita pada keberhasilan itu tetap dalam keadaan yang dulu. Tak ada perubahan, kecuali fisiknya yang kian lemah dan kulitnya yang semakin keriput. Sepi yang dulu ia rasakan, kini pun tak jauh beda. Mungkin bahkan semakin bertambah, karena kita semakin jarang pulang mengunjunginya.
Kalaupun kita punya niat baik untuk merawatnya dengan tinggal bersama kita, terkadang dia lebih memilih untuk tetap tinggal di rumahnya sendiri, tempatnya merajut kenangan, meski terus berbalut dengan rasa sepi. Seorang anak yang merasa prihatin melihat kondisi ibunya hidup sendiri, lalu mengajak ibunya untuk tinggal bersama. Namun sang ibu menjawab, “Ibu tak akan tinggalkan rumah ini, meski rumah ini makin terlihat semakin rapuh dari hari ke hari, apalagi menjualnya. Bagi ibu, rumah ini kenangan sekaligus keringat dari almarhum bapakmu.”
Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spritual
Sukses seorang anak tentu memberi rasa bangga dan puas di hati seorang ibu. Kelelahan selama bartahun-tahun yang dia alami, akan berakhir tanpa bekas manakala dia melihat anak-anak yang di besarkannya dengan penuh cinta, hidup dalam kemudahan dan keadaan yang lebih baik dari kehidupannya sendiri.
Tapi tentu bukan hal itu yang paling membahagiakan ibu. Selain kesuksesan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang shaleh, berbakti, dan berakhlak mulia, hidup rukun satu sama lain. Itulah yang paling membagiakan orang tua. Tak ada yang paling menyenangkan hatinya dan menentramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih ketika mereka telah berada di usia yang semakin senja, selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap mengenangnya setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.
Rasa sepi yang paling dasyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan keshalihan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yang menemani. Ketika berdoa tak ada yang mengamini. Di kala sakit tak ada yang mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak-anaknya.
Sebuah kisah. Seorang ibu dengan kerja keras dan berhasil mengantar seorang anak perempuannya menyelesaikan pendidikan di sebuah perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat.. Rasa bangga tentu memenuhi relung hatinya, apalagi si anak juga cerdas dan pandai. Namun disisi lain ternyata anaknya sangat jauh dari perintah-perintah agama, seketika kebanggaan itu menjadi hilang, berganti kekhawatiran yang sangat, yang fisiknya tiba-tiba rapuh, renyuh.
Ternyata anak miskin spiritual. Bahkan membaca Al-Quranpun tak mampu. Di akhir hanyat sang ibu, si anak memang selalu hadir di sampingnya. Namun tidak untuk mendoakannya, atau untuk melantunkan ayat-ayat Al-Quran, atau membimbingnya melafazkan kalimat tauhid, melainkan sibuk membaca novel-novel yang dibawanya. Si ibu akhirnya menutup kisah hidupnya dengan rasa sepi, ditinggal oleh anaknya yang tak tahu cara mendekatkan dirinya dengan ibunya melalui nilai-nilai spritual.
Mari sejenak kita merenung di sini, apakah perempuan yang telah melahirkan kita itu, juga hidup dalam rasa sepi karena oreintasi dan tujuan kita yang berbeda. Jangan merasa puas dengan hanya melihat senyumnya ketika kita menghadiahkannya sebuah barag mahal, sebab boleh jadi ia merindukan sesuatu yang lebih sederhana tapi lebih berharga dari hadiah mahal yang kita berikan. Smoga kita bisa membahagiakan ibu dengan amal-amal terbaik kita.
Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu.
Karena kita dan orang tua ditakdirkan lahir di generasi yang berbeda, menghuni zaman yang tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yang tak sama, terkadang memunculkan perbedaan yang membuat komunikasi orang tua dan anak tak sepaham, kehendak yang tak seiring, dan pikiran yang tak sejalan.
Kondisi seperti ini seringkali mewariskan rasa sepi di kehidupan orang tua. Bukan karena mereka ditinggalkan, tapi karena ada keinginan yang tak dapat dipahami oleh anaknya. Ibu kita umumnya lebih banyak menghabiskan hari-harinya di rumah, memang kadang gagal menangkap dan memahami perubahan yang terjadi pada pribadi dan lingkungan anaknya, Perubahan yang tidak disertai kedewasaan dan kemampuan menghormati sebagaimana seharusnya. Perasaan seorang ibu tak mampu diterjemahkan oleh anak yang dibesarkan dalam budaya yang tak mengutamakan tatakrama dan sopan santun.
Sebuah kisah. Seorang mahasiswi hendak berangkat ke luar negeri untuk meneruskan pendidikannya. Kedua orang tuanya, yang dicintainya dalam jarak yang jauh dan dalam waktu yang lama, tentu ingin meluapkan perhatian dan kasih sayangnyan dengan mengantar si anak ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu, memang selalu ingin menyertai anaknya pada saat-saat penting seperti itu, entah untuk sekedar memberi nasehat, mendoakan, atau melepas rasa haru pada darah dagingnya.
Yaaa…ibu, begitu banyak kesalahan kami, namun Cintamu BUKAN CINTA BIASA.
Tapi anak yang sudah merasa besar dan dewasa, tanpa rasa bersalah menolak niat baik orang tuanya. Dia justru menganggap keinginan baik mereka, seperti perlakuan orang dewasa kepada anak kecil yang harus selalu ditemani kemana pun akan pergi. Si anak kemudian meminta orang tuanya tetap di rumah dan membiarkannya berangkat sendiri.
Mungkin saja maksud si anak baik untuk tidak merepotkan orang tuanya, namun ia gagal menangkap perasaan hati seorang ibu. Ia tak memahami gemuruh hati orang yang begitu berat melepas anaknya untuk pergi jauh dan waktu yang lama. Sehingga yang terjadi kemudian, sang ibu merasakan sepi yang sangat di hatinya. Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, ketika dewasa serasa begitu jauh dan tak tersentuh. Dan tinggallah ia dengan kondisi kesehatan yang terus menurun, karena selalu memikirkan anak yang tak pernah bisa mengerti keinginannya.
Sejenak, mari kita bicara tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yang ia derita karena kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari-harinya yang tersisa hanya diisi dengan lamunan diri kita. Jangan persingkat usianya dengan membiarkannya memendam rasa rindu yang tak kunjung terobati. Sekali lagi, mari bicara tentang keadaan ini, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita; ketika rasa sepi telah merengut segalanya.
Ibumu, ibumu, ibumu,dan bapakmu
Ya Ibu pantaslah Syurga itu berada di bawah telapak kakimu Ibu…CINTAMU yang tak akan terbalas dengan apapun…CINTAMU bukan CINTA BIASA, cinta mu ibu sepanjang masa.
-----Kado Untukmu Ibu….----
Ibu...
Aku terlahir dari rahimmu yang mulia
Dan tumbuh dalam dekapanmu Menjadi seorang pemuda seperti yang engkau lihat sekarang ini
Izinkan aku menyampaikan terima kasihku padamu
Untuk semua cinta yang tercurah padaku
Untuk segala kasih yang terlimpah bagiku
Untuk waktu yang penuh dalam mendidikku

Ibu...
Kusadari, betapa banyak goresan luka hatimu karenaku
Betapa banyak derita menimpamu ketika membesarkanku
Namun aku.... anakmu
Masih terus menggores luka itu dengan kata-kata pahit
Aku...
Masih saja membuatmu menangis dengan tingkahku yang kasar dan angkuh
Masih memberimu luka, sebab banyak inginmu yang tak kuturuti
Aku…
Masih meminta-minta padamu, yang membuat pikiranmu semakin berat
Masih.... dan masih saja
Menumpuk beban di usiamu yang tak lagi muda

Ibu...
Dalam dekapan lembutmu
Aku menemukan kasih sayang
Dalam teduhnya senyumanmu
Aku menemukan kesejukan
Dalam hangatnya dekapanmu
Indahnya dunia mampu kurasakan
Dengan cintamu, hatiku yang galau menjadi tenang
Risauku terobati dengan perhatianmu
Kerinduanku yang memuncak terobati dengan suarumu yang lembut

Ibu...
Tak pernah engkau keluhkan lelah dan payahmu
Sejak mengandungku, engkau telah menderita
Namun engkau senantiasa bersabar
Selalu menjaga kesehatanmu demi pertumbuhanku
Engkau berjuang mempertaruhkan nyawa
Merasakan sakit yang begitu sangat demi aku
Merasakan lelah yang tak terperih
Agar aku dapat hadir menyapa dunia

Aku tahu, kini saat kudewasa
Apa yang kau lihat pada diriku,
mungkin tak sesuai di matamu
Pakaianku, kain penutup wajahku, penampilanku, sikap dan tingkah laku-ku dan balasan yang ku berikan
Dan hal itu sering membuatmu sakit dan kecewa

Ibu...
Tahukah engkau bahwa aku teramat ingin
membalas jasa yang engkau ukir dalam hidupku
Meski tak ada materi yang dapat membalas pengorbananmu
Tak ada kata-kata yang mampu mewakili rasa terima kasihku untukmu
Tak ada pena yang dapat menulis syair seindah kasih sayangmu
Tak ada ibu...
Tak ada...

Tapi, dengan segala kelemahan dan keterbatasanku
Aku ingin mempersembahkan sebuah kebahagiaan untukmu
Aku ingin memberikan semua hal terindah bagimu
Aku ingin memberimu balasan terbaik yang mampu kulakukan
Meski mungkin tak kau pahami
Tapi... ibu... sungguh, aku hanya ingin memberimu sebuah rumah di surga
yang kekal tanpa keletihan dan kesedihan di dalamnya

Ibu...
Ketika aku ingin meraih surga
Ternyata jalannya begitu sukar dan berliku
Sering aku merasa lelah dan tak berdaya

Ingin rasanya aku berteriak pada kehidupan
Ingin rasanya ku berhenti dan tak kembali
Lalu aku berhenti sejenak dan berfikir
Haruskah kuhentikan perjalanan ini?
Haruskah aku berhenti meraih syurga yang kekal
berpaling darinya demi dunia yang fana?
Atau... haruskah aku berhenti untuk esok yang mungkin tak lagi kutemui?
Karena aku tak pernah tau, kapan, dimana dan bagaimana hidupku berakhir

Ibu...
Kurasakan jalan menuju syurga itu begitu berat
Hingga kaki-ku tak mampu melangkah sendiri
Aku membutuhkanmu ibu
Tuk memberiku semangat ketika asaku putus
Tuk memberi nasehat ketika aku salah
Memberiku sudut pelarian tatkala semua orang tak menerimaku
Karena aku tahu
Pelukanmu tak pernah tertutup untuk aku anakmu...

Ibu...
Ingatkah engkau di kala tangisku membangunkanmu di tengah malam-malammu
Diantara mimpi indah tentang aku yang tumbuh menjadi anak yang berbakti
Dari wajahmu, terlukis harapmu pada aku...anakmu
Doamulah yang dapat menjadikanku anak yang sholeh dan berbakti
Ibu...
Izinkan aku menjadi anak yang beruntung karena do'amu yang terkabul...untukku

Ibu...
Terlalu lama kutinggalkan dirimu untuk menuntut ilmu
Belum habis rindumu padaku
Kini, aku harus meninggalkanmu
Mungkin, selama ini engkau bertanya-tanya
Apa yang dilakukan anakku di luar sana? Makan dimana, tinggal sama siapa, dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang melintas dipikiranmu
Sibuk dari pagi hingga senja
Ketahuilah ibuku sayang...
Sesungguhnya aku tengah menempuh perjalanan ke syurga
Perjalanan ini kulewati agar kita bersama di Jannah-Nya

Ibu...
Aku tinggalkan dirimu bukan karena tak sayang
Aku pergi merantau bukan karena tak ingin dekat denganmu
Tetapi ibu...
Ku ingin menggapai ridho Ilahi
Beserta ridhomu di jalan ini
Yang dengannya hakikat hidup kudapatkan

Di sini, di jalan dakwah ini, ku semai cintaku padamu
Hingga ia akan berbuah surga untukmu
Dan akan ingin terus berada di dalamnya
berjuang... hingga akhirnya Allah memanggil untuk hari tanpa akhir

Aku membutuhkanmu ibu...
Aku membutuhkanmu ibu...
Membutuhkan dukunganmu
Ibu...
Izinkan aku mengajakmu ke Istana Surga milik-Nya
Ibu...
Mari bersama menggapai surgaNya
Smoga Allah lapangkan langkah kita untuk meraihnya dan berkumpul di syurga-Nya. Amiin
(Teruntuk Ibuku tercinta, smoga Allah bahagiakan disisa usiamu, dan bertemu dengan kekasimu Allah SWT).

-----Kasih Ibu Tak Terbatas-----
Seorang ibu tak pernah mengharapkan
balasan dari anaknya atas segala
pengorbanannya
Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sangat luar biasa, susah untuk membuktikannya dengan kata-kata, tapi kita bisa melihat, merasakan. Ia rela bekerja keras demi sang buah hati. Walaupun panas dan hujan menghadang, ia tak akan mempedulikannya. Yang penting, ia bisa pulang membawa sesuatu untuk anak-anak tercinta. Bahkan, segala halangan dan rintangan tak dipedulikan demi menyelamatkan anak-anak.
Itulah contoh perjuangan dan pengorbanan seorang ibu untuk anaknya. Bahkan, saat anak belum lahir, si ibu dengan susah payah merawat dan menjaga kehamilannya dengan penuh perhatian dan hati-hati sampai waktunya untuk lahir. Kemudian ketika lahir, ia menyusukannya hingga dua tahun lamanya. Ketika sudah mulai bisa berbicara dan makan, si ibu dengan telaten dan penuh kesabaran mengajari dan mendidiknya. Ketika kita mulai belajar berjalan dia membimbing kita untuk berdiri dan berjalan langkah demi langkah.
Lalu, ketika sakit, ia dengan cermat merawatnya. Terkadang, jika panas tubuh sang anak hingga menyebabkan tidak bisa tidur, sang ibu pun gelisah memikirkannya. Bahkan, ia juga ikut-ikutan tidak tidur. Si ibu bersedih, mengapa anaknya yang sakit, bukan dia saja sehingga tidak menyusahkan.
Maka, ketika sudah besar dan berumah tangga, si ibu pun ikut senang merasakan kebahagiaan yang dialami anaknya di pelaminan. Dia merasa senang karena anaknya bisa mendapatkan jodoh gadis yang cantik atau suami yang tampan, kaya, pemurah, shalehah dan shaleh. Inilah pengorbanan ibu untuk sang anak.
Eeeemm...tapi, apa balasan anak kepada orang tuanya?. Ada suatu ilustrasi menarik, yang bisa dijadikan pelajaran, mungkin kita sudah sering mendengar cerita ini;
Suatu hari, sang ibu sedang memasak di dapur. Sementara itu, sang anak yang berusia 10 tahun sedang asyik menulis sesuatu di atas kertas. Belum selesai ibu memasak, si anak mendatangi ibunya dan menyerahkan selembar kertas yang sudah berisi tulisan. Si ibu pun tersenyum geli membacanya. Isinya kurang lebih begini:
Ongkos atau upah membantu ibu:
-Membantu ibu ke warung Rp 2000,-
-Menjaga adik Rp 5000,-
-Membuang sampah Rp 2000,-
-Merapikan tempat tidur Rp 5000,-
-Menyiram bunga Rp 3000,-
-Menyapu rumah Rp 5000,-
-Lain-lain Rp 5000,-
Total semua upah 32000,-
Selesai membaca tulisan si anak, sang ibu tersenyum. Lalu, dia mengambil pena dan menuliskan sesuatu di balik kertas tersebut:
-Mengandung selama sembilan bulan (Gratis)
-Melahirkan (Gratis)
-Menyusui (Gratis)
-Jaga malam karena sakit (Garatis)
-Cucuran air mata karenamu (Gratis)
-Khawatir memikirkanmu (Gratis)
-Menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu (Gratis)
Jumlah keseluruhan nilai kasih ibu adalah GRATIS alias tidak usah bayar.

Kertas itu lalu diberikan kepada anaknya. Sang anak membacanya dengan seksama, lalu menangis. Ia pun memeluk ibunya. Ia menyesal karena telah meminta dan mengharapkan sesuatu atas segala jerih payah yang dilakukannya untuk membantu sang ibu. Sementara itu, dia tidak berterima kasih atas usaha dan perjuangan ibu atas dirinya.
Sang anak lalu memohon maaf atas segala perbuatan buruknya. Ia pun berkata, “Aku sayang ibu.” Si ibu pun lagi-lagi hanya tersenyum dan memeluknya dengan erat. “Ibu juga sayang dengan ananda. Doa ibu selalu menyertaimu”.
...............................................................................................................................
Ilustrasi di atas menggambarkan kepada kita betapa besarnya pengorbanan, perjuangan, perhatian, dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Dia tidak pernah mengharapkan imbalan atau balasan dari anaknya atas segala apa yang di berikannya. Namun tampa kita sadari justru sang anaklah yang sering mengharapkan balasan dari orang tua. Terkadang, demi kasih sayangnya terhadap sang anak, ibu terkadang terpaksa berbohong. Ketika sedang kekurangan makanan, ibu memberikan bagiannya untuk anaknya. Lalu, ibu pun bilang, “Makanlah nak, ibu sudah kenyang.”
Ketika malam telah larut, si anak terbangun dan menyaksikan ibunya sedang menjahit pakaian. Si anak mengajaknya tidur, lagi-lagi ibu berbohong. “Tidurlah duluan nak, ibu belum ngantuk.”
Semua itu dilakukannya demi kasih sayang kepada sang anak agar bisa makan, bisa istirahat, dan bisa menikmati kebahagian serta kesenangan. Dia berani melupakan dirinya demi membahagiakan anak-anaknya. Dia rela menderita asal anak bahagia.
Dari Abdillah bin Amr bin Ash RA, Rasul SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad [2], Ibnu Hibban [2026-Mawarid], Tirmizi [1900], Hakim [14/151-152].
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya jangan menyembah selain Dia. Dan, hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu mengatakan perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka. Ucapkanlah perkataan yang mulia kepada mereka.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).
Ya ini sebuah ilustrasi cinta seorang ibu kepada anaknya, tentunya masih banyak lagi pengorbanan ibu buat kita anaknya. Kalau coba untuk menghitungnya, hampir tidak mungkin kita mampu untuk menghitungnya.
Namun renungan bagi kita, apa balasan yang telah kita berikan atas cintanya pada kita, sudah berapa banyak doa yang kita panjatkan buar mereka, atau jangan-jangan kita lupa untuk mendoakan mereka, Mungkin kita beralasan sibuk mencari nafkah, sibuk kuliah, sibuk mengurus keluarga, dan alasan kesibukan-kesibukan lainnya.

------Cinta Anak pada Orang Tua------
Coba kita bacakan lirik nasyid berikut ini
Umam
Wahai ayah dan Ibu
Dengarlah rintihan anakmu
Pimpinlah diriku ini
Dijalan penuh berduri
Berilah ilmu mengenai Tuhan
Pencipta diri ini
Selamatkan dari tiupan dunia
Menuju alam yang abadi
Ilmu akhirat wajib di pelajari
Bekalan untuk bertemu Ilahi
Ilmu dunia boleh dicari
Panduan hidup untyk berbakti
Ayah dan Ibu impianku
Ingin menjadi anak shaleh
Menolong ayah membantu Ibu
Terus berbakti di negeri abadi
Ya…itulah curhat seorang anak tuk ayah dan bundanya… Begitu indah impian seorang anak.

-----Cinta Murid pada Guru-----
Saudaraku mungkin anda sudah lupa, siapa nama guru SD anda yang pertama kali masuk kekelas anda dulu, siap guru TK anda dulu, siapa yang mengajarkan huruf A pertama kali. Ya itulah kondisi kita hari ini. Dikarenakan kesibukan kita hari ini. Banyak hal yang terlupakan pada orang-orang yang telah berperan dalam kehidupan kita, yang pernah mengisi perjalanan hidup kita, orang-orang yang telah menjadi wasilah pengantar diri kita hingga menjadi diri kita hari ini. Ya itula para guru-guru kita “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
Saudaraku apapun posisi dan propesi anda hari ini. Status saudara dari seorang murid SD tidak akan pernah lekang. Apakah adik-adik masih duduk di bangku SD, SLTP, SLTA, atau teman-teman yang berstatus Mahasiswa. Saudara tetap seorang murid. Murid dari seorang guru SD, murid dari seorang guru SMP, murid dari seorang guru SMA, mahasiswa dari dosen saudara. Karena mereka pernah mendidik saudara, kerana melalui jasa merekalah dapat mengantarkan saudara pada posisi dan propesi saudara hari ini. Lalu kenapa orang-orang seperrti mereka terlupakan dalam kehidupan kita. Pernahkah terbesit dalam hati besit dalam hati kita untuk mendoakan mereka, memberikan hadiah, atau sekedar modal SMS, nanya kabar.
Kalau tidak istigfar saudaraku, betapa sombongnya diri kita, melupakan jasa mereka.
Bukan Cinta Biasa……Sekarang ambil Hp mu cari nama-nama gurumu, lalu telapon atau SMS, hanyo, kenapa bingung….? Udah. Kalau udah baru lanjutkan bacanya…Karena biasanya kalau di tunda-tunda suka lupa (sifat manusia).

-----Kalau Cinta Maka Ungkapkan-----
Waw…jangan salah persepsi dulu… Kalau kamu cinta ya ungkapkan. Jangan ditahan-tahan dalam hati, bisa jadi penyakit… wah udah siap…
Ada teman yang bilang, kalau kamu cinta maka buktikan dengan perbuatanmu atau sikapmu. Dengan memberikan perhatian lebih. Tapi bagi saya kalau cinta lebih baik di ungkapkan. Beda jauh kalau kita ungkapkan dengan hanya sekedar perhatiaan saja. Eps stop dulu, maksudnya ungkapkan disini adalah dengan orang yang halal. Bukan ungkapan cinta dua remaja yang lagi kasmaran, itu ma gak boleh. Kalau sahabat sedang mengalami hal itu sekarang, mendingan baca dulu bukunya kang Jauhar al-Janki “Agar Jatuh Cinta tak Jadi bencana”. Oke.
Sekarang kita lanjutkan ya…
Kalau sahabat seorang suami, maka ungkapkan pada istri sahabat kata cinta….karena ada lho,,,orang yang sudah suami istri sekian tahun tapi si istrinya belum pernah mendengar kata cinta dari suaminya…Hanyo sekarang lakukan…kalau istri saudara ada disamping saudara,,, atau nunggu waktu yang tepat. Lakukan cara ini,,,lalu perhatikan perubahan pada wajah pasangan saudara…Satu,,,dua,,,tiga,,,lho kok ragu-ragu,,,jangan deg-degkan…hanyo tarik nafas…buang pelan-pelan,,,pegang kedua pundak istri saudara, lalu tataplah tepat pada bola matanya…kira-kira 5-10 detik lalu ucapkan kata ini… “ummi, abi mencintai ummi…”. Lalu perhatikan perubahan apa yang terjadi pada istri saudara…bisa jadi dia akan senyum merekah dan tertunduk malu, bisa jadi wajahnya berubah menjadi merah merona, …..bisa jadi dia akan memeluk saudara erat-erat, bisa jadi dia akan membalas kata-kata yang sama, atau dari matanya yang jelita keluar bintik-bintik tetesan air matanya yang bening. Itu semua mungkin karena istri saudara terharu, boleh jadi selama pernikahannya dengan saudara baru kali ini dia mendengarkan kata cinta Tulus dari bibir saudara…Selamat, Saudara telah menemukan cinta itu..,Bukan lagi Cinta Biasa.
Boleh jadi kata-kata yang paling diingat dari pasangan anda, dari sekian banyak kata yang anada ucapkan pada pasangan anda, boleh jadi kata Cinta dari anda yang paling diingatnya sampai akhir hanyatnya.


-----Cinta Istri pada Suami-----
Eee....pss…jangan di lewat, jangan dulu kecewa bagi ukhti/antum yang belum menikah melihat judul ini. Walaupun belum punya pasangan gak pa-pa tuk dibaca sebagai persiapan, oke setuju…
Bagi yang sudah menikah kita simak cintanya istri pada suami, tentunya cinta di barengi cintanya pada ilahi, seperti curhat Umar bin Abdul Aziz pada Fatimah, sang istri. “Fatimah, aku telah diuji dengan urusan yang besar. Jika engkau ingin, engkau bisa memilih bersamaku tanpa jaminan apapun, atau jika engkau mau, engkau bisa meninggalkanku sedangkan keadaan dan urusanmu terserah padamu”, kata Umar yang mendapat amanah besar sebagai khalifah. “Aku akan tetap tinggal bersamamu tanpa jaminan apa pun. Barangkali itulah pintu pahala bagiku atau bisa membantumu”, jawab Fatimah istri shalihah sang khalifah.
Ya itulah istri yang shalihah. Suami mana yang tidak bangga dengan jawaban setia dari seorang istri.
Fatimah istri Umar mendampingi suami dengan taat, cintanya bukan cinta biasa. Beda banget dengan istri yang mendampingi suami untuk menerima suap. Fatimah mengawal suaminya agar tidak tersesat. Lain halnya dengan istri berambisi kursi untuk gantikan suami yang masuk bui karena korupsi. Nauzdubillah
Wahai para ummahat, ukhtifillah, saudariku yang mengemban amanah mulia. Beruntunglah enkau jadi pendamping para mujahid dakwah. Rumahmu adalah istanamu. Bangunlah dan mulailah syurga di dunia dengan konsep “Baiti Jannati” Rumahku adalah syurgaku. Ya engakaulah para ummahat, ukhtifillahlah arsitekturnya rumah itu. Yang menaburkan cinta disetiap relung sudut rumahmu. Yang menebar kasih dan sayang di setiap relung waktu.
Ya ukhtifillah, muliakan suamimu, hantarkan dia menjadi lelaki sejati, sang pejuang hakiki. Jangan kau matikan langkahnya di jalan Allah. Jangan kau cegat perjuangannya. Jadikan dirimu insprirasi bagi dirinya, motifasi baginya, penyemangat baginya, buatlah dia rindu pulang kerumah. Jangan kau biarkan pejuangmu berpindah hati kepada yang lain karena kelalaian dan kesibukkanmu.
Sebenar saya malu untuk menyampaikan ini, tidak pantas rasanya tuk masuk keranah ini, ukhti lebih paham dan tahu dalam hal ini, tapi tidak mengapa saya mencoba untuk sekedar mengingatkan kembali bagi jiwa-jiwa yang terlelap.
Kalau bisa jadikan diri ummi satu istri 4 rasa, ha..a..a! gimana caranya ya, ah pokoknya bikin suami naksir pada ukhti untuk kedua kalinya. Buktikan Cinta ukhti bukan cinta Biasa, harus beda dan luar biasa. Mantaplah!.
Berikut beberapa tips tuk membuat suami rindu pulang kerumah. Ketika sang suami mau berangkat kerja, dakwah pokoknya keluar rumah dalam rangka bepergian, maka hantarkan beliau minimal sampai pintu depan. Upss Jangan lupa mengucapkan salam, ciumlah tangangnya, lalu lepaslah beliau dengan salam dan iringi dengan senyuman tulusmu. Maka saya yakin bagi para suami, senyum ukhti itu akan teringat sepanjang jalan dan selama bekerja. Dan dia merindukan senyuman bunda kembali.
Kedua kalau udah mendekati jam pulang. Persiapkan diri bunda/ukhti, kalau perlu berdandanlah.Pakai pakain yang bersih, harum dan wangi. Dan jangan lupa kondisikan rumah sudah tertata rapi, makanan sudah disiapkan, anak-anak sudah terkondisikan. Terakhir kalau sang pejuangmu sudah sampai rumah, maka segeralah menuju pintu, dan sambut pejuangmu dengan senyuman terindahmu dan ucapkan kata-kata romantis. Ciumlah tangannya dan ucapakan salam mesra Bawakan tas atau sepatunya. Saya yakin suami mana yang tidak senang disambut oleh istri tercintanya bagaikan raja. Boleh ditanya ke para suami, pasti kepenatan, macet, panasnya udara di luar, seketika akan hilang dengan senyuman sang istri bidadari yang merona. Uhh sungguh indah.
Jangan sampai suami pulang, sementara sang istri lagi asyik ngerumpi di rumah tetangga. Jangan sampai suami pulang masih pake baju daster kucel, bau bawang, bau asin, lusuh, badan bau. Anak-anak belum dikondisikan, anak-anak belum mandi. Suami datang lalu anak-anak berlarian meminta jajan. Saya yakin akan membuat suami pusing, menambah capek dan akan malas pulang kerumah…Ahhh terlalu jauh, kembali keawal.
Bunda, ukhti, saudariku, tunaikanlah kewajiban dengan tulus dan suci, dan kurangilah menuntut hak. Ketahuilah hak dan kewajiban. Bina diri, jadilah pribadi yang kokoh agar jadi istri “Be the BEST…Bidadari Edisi Spesial Tenan, begitu kata Ust. Solikhin Abu Izzuddin. Didik diri agar Bidadari Cemburu Padamu, begitu kata mas Salim A. Fillah.
Janganlah kau campakkan dirimu kedalam golongan istri-istri yang tidak mensyuki dan pandai berterimakasih atas pemberian suami, jangan kau biarkan dirimu termasuk istri yang dilaknat malaikat.
Berikut ini penulis sajikan beberapa kisah para ummahat, istri-istri shalehah pada zaman terdahulu. Maaf bukan maksud menggurui ya bunda, tapi sekadar jadi referensi dan rujukan. Bagaimana mereka mencintai suaminya bukan dengan cinta biasa, tapi cinta luar biasa. Yang cintanya membuahkan cintanya pada Ilahi. Ya mari kita berkunjung kerumah-rumah Cinta.
.....Istri Nuh dan Istri Luth, Dua titik umpama
Ternyata, dibalik kebesaran manusia-manusia agung, ada kisah tersendiri tentang istri-istri mereka. Adakalanya, mereka benar-benar musuh dalam selimut bagi suami-suaminya. Mereka bukan menjadi charger energi keshalihan dan da’wah. Mereka adalah unsur terdekat, kekutan terdepan, dan rongrongan terdasyat bagi perjuangan para suami.
Kita masih ingat ada ungkapan, “Di balik pemimpin besar ada wanita kuat di belakangnya, dan dibalik kehancuran lelaki ada wanita di belakangnya. Ada juga ungkapan lain, jika suatu negeri rusak wanitanyam, maka rusak pula laj negeri itu. Jika suatu negeri itu baik wanitanya, baik negeri itu. Begitu pengaruhnya dalam kehidupan.
Sahabat kenal dengan Nuh? Tentu ya, kalau belum kisahnya bertebaran dalam ayat-ayat Al-Quran. Dalam pengaduannya kepada Allah SWt, dalam tekanan-tekanan berat yang di alami keduan manusia agung ini, Nuh dan Luth, istri-istri mereka justru bukan menjadi pelipur duka. Mereka tidak bisa menjadi shabat perjuangan, tidak bisa di ajak berbagi beban. Tidak ada dukungan, tidak ada support semangat, tidak ada kegembiraan yang mereka persembahkan. Inilah dia istri Nabi Nuh dan Luth, dua titik umpama tentang istri yang lebih memilih kehinaan bersama kaumnya, meninggalkan kemuliaan bersama suaminya.
.......Bersama Khadijah, Ia ukir Prasasti Risalah
“Tidaklah demikian…Dengarlah! Demi Allah, bergembiralah. Ia tidak akan merendahkan dan menghinakanmu sedikitpun. Demi Allah! Karena engkau selalu menyambung silaturrahim,jujur dalam berkata, menunaikan amanah, suka menerima tamu, tabah dalam derita, dan suka menolong orang yang dilanda musibah…”
Itulah untaian kalimat menentramkan jiwa dari bibir Ibunda Khadijah saat sang suami tercinta Rasulullah gelisah karena wahyu susulan tak juga turun. Selimut Khadijah, menghangatkan tubuh Rasul yang sedang menggigil.
“Sebagian di antara tanda-tanda kemahabesaran Allah adalah, Dia ciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cendrung dan merasa tentram kepadanya. Dan Ia jadikan di antara kalian mawaddah wa rahmah…(QS. Ar-Ruum: 21)
Dengan penuh pemgertian dan perhatian yang luar biasa, Khadijah mendampingi suaminya untuk mencari jawaban atas perkara yang begitu menggelisahkannya pasca turunnya wahyu pertama. Cinta Khadijah pada sang suami tercinta Bukan Cinta Biasa.
Istri cerdik yang shalehah
Peneyejuk hati
Penawar duka
Penajam pikiran
Di rumah ia istri di jalan ia kawan
Di waktu kita buntu ia penunjuk jalan
(The Zikr: Istri Shaleha)
Ah…Suami mana yang tidak menginginkan istri shalehah, perhiasan dunia.
.......Cintanya Ummu Usamah
Lain lagi yang dilakukan Ummu Usamah, berprilaku luar biasa untuk meraih cinta suaminya dan membahagiakan suaminya. Ia tidak menemui suaminya di waktu Dhuha dengan pakaian di wkatu Shubuh, dan menemui suaminya di waktu ashar dengan pakaian di waktu Dzuhur.
Apabila suaminya keluar di pagi hari, maka di waktu sore ia mempersiapkan diri dengan pakaian seindah mungkin dan berhias sebagaimana lanyaknya orang mulia yang berwibawa, untuk menyambut kepulangannya. Tak Cuma itu, ia memberikan semangat pasa suaminya saat keluar, dan bersiap-siap menyambut saat pulang dengan hal-hal indah layanknya dua pengantin yang sangat serasi di hari-hari pertama pernikahannya. Padahal usia mereka diwaktu itu sudah di atas 60 tahun?. Maka cintanya itu, Bukan Cinta Biasa.
Saya kira cukup ya, dan masih banyak lagi kisah-kisah yang sama, yang Cinta mereka, Bukan Cinta Biasa.
Bundaku, Ukhtifillah cintamu sekarang bukan lagi cinta biasa!
Ciri-ciri wanita ahli syurga:
- Ridho dengan suami yang di jodohkan Allah
- Menjadi istri yang setia pada suaminya dikala senang maupun susah
- Selalu memohon maaf pada suami
- Senantiasa taat pada perintah suami selama tidak bertentangan dengan syariat
- Senantiasa mendahulukan suami dalam segala keadaan
- Senantiasa menghibur suami
- Menyenangkan ketika dipandang suami
- Melembutkan pandangan dan tunduk di hadapan suami
- Tidak pernah menolak apabila di sentuh suami kapanpun ia perlu
- Tidak berkhianat pada harta, perkara, dsb. Tatkala suami tidak ada
- Selalu hormat pada suami dan ibu/bapaknya
- Selalu mendoakan keselamatan&kesejahteraannya
- Selalau bersih & bersolek untuk membahagiakan hati suami bila di pandang
- Tidak pernah menunjukkan wajah yang murap & berlaku kasar pada suami
- Menyambut pulangnya suami dengan senyuman dan mencium tangannya
- Tidak pernah keluar rumah tanpa izin dari suami.

Untuk lebih jelasnya ukhti bisa baca di Buku Agenda Muslimah. Saudariku berpakaianlah dengan pakaian taqwa, berhiaslah dengan hiasan akhlak, supaya kau cantik luar dalam, dunia akhirat. Insyaallah
Dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan Abu Daud; mengatakan wanita yang shalehah itu adalah:
- Apabila engkau pandang, menyenangkan hati,
- Apabila engkau perintah (yang baik), ia tunduk dan taat,
- Apabila engkau tinggalkan, ia memelihara diri dan kehormatannya serta menjaga anak dan harta kekayaanmu.
Dihadits lain Rasul bersabda;
“Sepeninggalku nanti tidak ada fitnah yang paling berbahaya, kecuali bujuk rayu wanita terhadap kaum lelaki. (HR. Bukhari-Muslim).
Sudah dulu ya….Silahkan cari referensi lainnya.
-----Cinta Suami Pada Istri-----
Seorang suami harus tahu betul peran dan tanggung jawabnya. Harus tahu hak dan kewajibannya. Harus tahu perannya sebagai suami. Harus bisa menganyomi, menjadi pemimpin dalam rumah tangganya, menjadi imam buat istri dan anak-anaknya.
Jika sahabat benar-benar cinta pada istri, bukan cinta biasa-biasa, maka sahabat tidak akan meracuni istri sahabat dengan rezeki yang haram.
Boleh jadi sahabat dirindukan, dinantikan kedatangan dan kehadirannya.
Jalinlah komunikasi dua arah, suami-istri harus terjalin komunikasi yang sehat. Jangan sampai terjadi misc komunikasi atau komunikasinya suami-istri mandek.
Apa jadinya kalau suami istri dalam berkomunikasi sebagai mana sering di cerikan ust. Aa Gym dalam ceramahnya;
Alkisah, Juha sudah menikahi seorang gadis. Akan tetapi, rupanya ilmu rumah tanganya belum cukup sehingga sering terjadi pertengkaran dengan istrinya. Suatu malam, Juha dan istrinya berselisih paham lagi sehingga kedua pasangan muda ini pasang gengsi, tidak mau memulai minta maaf, tidak mau menyapa. Sedang makan, diam saja, bertemu di ruang tamu, diam juga, nonton TV pun diam. Akibatnya apa, rumah bagaikan kuburan. Sesak, sepi bagaikan tak berpenghuni.
Sebelum tidur, Juha binggung karena besok harus bangun lebih pagi tuk pergi ke kantor. Akan tetapi, dia gengsi untuk meminta istrinya membangunkan pagi harinya, “ah aku punya akal. Aku akan menulis surat buat istriku, “gumam Juha. Lalu joha mengambil kertas dan pena menulis buat istrinya.
Begini isinya;
“Istriku, tolong bangunkan abang pukul 05.30”. Kemudian lalu Juha menyimpan kertas itu di kasur yang sering di pakai istrinya. Pagi harinya Juhe kaget….terbangun karena cahaya matahari masuk dan tepat mengenai mukanya. Dia arahkan kepalanya kearah jarum jam, dia lihat jarum jam menunjukkan pukul 07:00.
Aduuuh! Aku kesiangan, sial istriku, dia sudah bener-bener tidak nurut padaku, awas kamu!”.
Ternyata ketika bangkit dari tempat tidur, Juhe menemukan secarik kertas di tempat tidurnya. Ketika dia baca ternyata jawaban dari istrinya. “Abang….abang…! Bangun…bangun! Sudah jam 05.30 nih.
Apa jadi ya, bisa berabeh dan berantakan tu, kalau komunikasi gak lancar.
Jadikan dirimu dirindukan kehadirannya disisi istrimu, bukan karena melimpahnya hartamu, bukan karena tingginya jabatanmu, bukan karena darah birumu, bukan karena tampannya wajahmu, bukan karena mulianya keturunanmu. Itu semua tidak salah, tapi satu hal yang membuat kau mulia disisinya, karena mulianya akhlak dan perangaimu.
Pada hakekatnya, setuju apa tidak manusia senang di puji dan diperhatikan. Laki-laki cendrung suka memuji sedangkan wanita senang di puji. Ya begitulah fitrahnya berpasang-pasangan.
Wahai para suami, saudaraku cintailah istrimu, bidadari duniamu. Kita renungkan kata berikut ini;
“ Wanita SEJUTA pesona, karunia dari Sang Maha Pencipta
…….
Namun, wanita tidak diciptakan dari tulang kepala, karenanya ia tercipta bukan tuk disanjung dan dipuja……wanita pun tidak dicipta dari tulang jemari, sehingga ia tercipta bukan untuk disuruh dan didoktrinisasi, Bukan pula dari tulang kaki, maka hidupnya bukan untuk diinjak dan diintimidasi. Wanita tercipta dari tulang rusuk sebelah kiri, dekat kehati untuk dilindungi dan meneguhkan perjuangan jihad suami”
(Dari buku Abang kita, Hendi Kurnia, “Wanita 1000 Pesona”, Abang mungkin lupa sama aku, tapi kita dulu sering ketemu dan berjabat tangan).
Saudaraku, bangunlah cinta itu bersama bidadari duniamu, hingga cinta terajut dan kekal hingga ke syurga-Nya, seperti lantunan Nasyid dari Edcoustic ini,
Di matamu tersimpan cinta suci
Terbangun dalam pernikahan dari beda dunia
Meski kau terbiasa hidup tanpa peri
Namun kau ikhlas hidup bersahaja…namun bahagia
Duhai pendampingku
Akhlakmu permata bagiku
Buat aku makin cinta
Tetapkan selalu janji awal kita bersatu…bahagia sampai
Ke syurga…
Ya Allah cinta kalian bukan cinta biasa, bukan biasa-biasa, sungguh mulia dan luar biasa.
Panduan suami idaman sang istri sesuai syariat Islami, lelaki shaleh ahli syurga:
- Khusu dalam sholat
- Menjauhkan faraj kecuali pada istri
- Ahli shaum dan menunaikan zakat
- Senantiasa menundukkan pandangan
- Bersih aqidah, sehat rohani
- Benar dalam ibadah
- Jiwanya senantiasa bersungguh-sungguh
- Mampu berusaha mencari nafkah
- Bermanfaat bagi orang lain
- Senantiasa siap menolong
- Selalu yakin dalam setiap tindakannya
- Berfikir positif dan membangunnya
- Rendah hati
- Selalu menghindari perkara yang samar-samar
- Pemaaf dan lapang dada
- Bersikap keras dan tegas terhadap kekafiran
- Efisiensi dalam memanfaatkan waktu
- Istiqomah dalam kebenaran.
-----Memberi Lebih maka dapat Lebih-----
Mulailah dari yang sederhana. Saling tersenyum agar rukun. Senyum pada pak polisi yang mengatur arus lalu lintas di pagi hari pun membahagiakan hati. Sebelum bahagia itu sampai pada pak polisi, terlebih dulu menghiasi hati kita. Dasyat bukan. Ya itulah cinta…Kalau ingin bahagia jangan menunggu di bahagiakan orang lain, tapi memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka kita kan mendapatkan kebahagiaan yang lebih.
Seperti contoh salam berikut ini. Kalau kita mengucapkan salam separoh, maka kita mendapatkan separoh. Contoh, “Assalamu alaikum”. Maka akan di jawab, “waalikum salam”. Tapi kalau kita mengucapkannya lebih atau sempurna, maka akan mendapatkan lebih atau sempurna. “Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Maka akan di jawab, ”waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh”. Betul pa betul seperti itu coba suatu saat buktikan di depan teman-temanmu.

-----Cinta atau Nafsu Ya…?-----
Wahai Saudariku, adik-adikku (purti), jangan perlihatkan perhiasanmu kecuali yang biasa tampak (bukan aurat), jangan kau biarkan auratmu terlihat. Sadarkah kau saudariku, berapa banyak kaum lelaki, beribu-ribu bahkan lebih bermaksiat setelah melihat auratmu…astagfirullah.
Jangan kau biarkan tubuhmu yang suci disentuh oleh tangan jahil yang tak bertanggung jawab.
-----Pesan Buat Saudariku Tercinta-----
Mohon maaf tulisan ini saya tulis bukan bermaksud memojokkan posisi wanita, tapi mencoba mengangkat sebuah fakta, karena cinta penulis bukan cinta biasa semoga jadi makna. Cinta kita bukan cinta biasa, bukan hanya memenuhi nafsu belaka, tapi cinta penuh makna, berujung pada Syurga-Nya. Saya mencoba, untuk belajar menghayati hadits ini.
“Selalu wasiatkan kebaikan kepada wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok dari jalinan tulang rusuk ialah tulang rusuk bagian atas. Jika kalian paksa diri untuk meluruskan, ia akan patah. Tetapi jika kalian mendiamkannya, ia akan tetap bengkok. Karena itu, wasiatkanlah kebaikan kepada para wanita.” (HR Al-Bukhari, dari Abu Hurairah).
Wanita
Cinta, kau manis bagaikan gula
Kau indah nan sempurna
Kau syurgaku
Dan kau hidup matiku
Kekasih, kau rinduku
Kau sayangku, kau kucinta
Kau ku manja
Dan kau belahan jiwaku
Syair-syair nada penumbuh suasana syahwati seperti inilah yang kerap kali melambungkan lamunan generasi muslim. Betul gak ya…? jangan-jangan saya salah!. Yang kemudian mengkristal menjadi ruh dari bagian gaya hidupnya. Hingga karenanya, telinga bagaikan tuli, dan lidah terasa pahit bila sehari tak menyenandungkan lagu yang dihaturkan tokoh idolanya…betul gak?. Coba sekarang lihat file musik di Hp-mu, atau di Computer dan leptopmu. Betulkan?. Trus kalau iya, gimana dong?.
Eepss, tenang dulu…teruskan bacanya…!
Begitulah jenis musik-musik sekarang ini. Bercerita tentang cinta pertama, putus cinta, selingkuh, dan seabrek lainnya. Binar di dua bola matamu, rona memerah dipipimu, senyum kecil dibibirmu, dan ratusan pujian serupa hingga sang kekasih tampak begitu sempurna. Apalagi ditunjang dengan penampilan sang kekasih yang jauh dari tuntunan beragama sudah begitu komplek. Hingga tak jarang daya tariknya menyeret onggokan cinta birahi si abang yang mabuk kepayang.
Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah yang indah itu, berubah fungi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin. Norma-norma yang berlaku dalam tata kehidupan tidak menjadi pegangan. Puncak ekploitasi itu terlihat dengan hadirnya segudang pendatang baru yang kian menantang.
Kehancuran moral bangsa ini tercermin dari sekian banyak wanita yang berantrian panjang berebut kursi popularitas, hingga siap melepaskan seluruh auratnya. Tentunya dengan modal cukup paten. Wajah bisa dijual, karena cantik dan bentuk tubuh yang menawan. Hingga semakin terdengar ringkik kekufuran itu.
Saudariku, Sungguh semua ini merupakan bukti adanya profil wanita-wanita yang mau mengakui kondisi diri mereka. Di ekploitasi habis-habisan. Coba kita lihat di iklan TV. Iklan permen seolah-olah permen itu tidak manis kalau bukan dimakan oleh wanita dengan memamerkan bibir. Ada iklan Oli, ada iklan motor, dan sebagainya yang kadang gak nyambung sama sekali tu…! Sekujur tubuhnya yang merupakan aset berharga didayagunakan sedemikian rupa sehingga menjadi alat untuk bisa menguasai pria. Karena secara sosiologis dan fisiologis telah menjadi hukum alam, wanita yang berpenampilan dengan mempertontonkan perhiasannyalah sebagai faktor utama yang menumbuhkan daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya…!.iya juga ya. Aduh maaf gak enak meneruskannya.
Itulah sebabnya, peristiwa tentang seorang pria yang bertekuk lutut di bawah kerlingan wanita, bukan sekedar menggejala. Tapi telah memasyarakat dan membudaya. Dengan senjata kewanitaannya mereka panggang hati laki-laki dan mereka peroleh dengan mudah segala apa yang menjadi keinginannya.
Tidak salah Islam menggambarkan wanita sebagai tiang negara. Jika tiangnya kokoh maka kokohlah suatu negara. Tapi kalau tiangnya lemah, rusak maka roboh dan hancurlah suatu negara. Kata-kata manis mereka mampu mengubah keadaan dunia seratus delapan puluh derajat (180 derajat).
Padahal Allah telah memberikan pelajaran bagi kaum hawa, agar berbicara tegas, yang timbul dari jiwa yang jujur dan tahu akan harga diri.
“Maka janganlah kamu berkata lemah-lembut, sehingga timbul keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzab: 32).
Namun sayang pelanggaran terhadap firman Allah dilakukan terang-terangan. Suara yang lembut syahdu berdesah, saat yang tepat untuk mengeluarkan air mata dengan mimik wajah memelas, meluluhkan hati para pria. Bahkan mereka hafal benar kapan mereka harus bermanja-manja, menunjukkan kegemulaian diri, untuk menggugah naluri dan perasaan lawan jenisnya.
Senyum manis dan lirikan mata menggoda., kadang-kadang digunakan untuk menarik perhatian pria dan yang memang sangat mengagumi keindahannya. Pandangan yang sayu dan belaian tangan yang lembut mampu menyungkurkan kedudukan pria yang bersetatus pemimpin sekalipun.
Coba kita buka kembali fakta sejarah yang telah membuktikan; bahwa wanita berpengaruh besar dalam kehidupan seorang laki-laki; kita buka kisah-kisah tragis berikut ini, oke siap?.
Kisah pembunuhan pertama, Habil dan Qabil karena ada kedengkian Qabil kepada Habil adiknya.
Kisah Siti Nurbaya.
Di tanah Arab ada kisah Laila Majnun. Seorang anak Bani Amir yaitu Qois di daerah Arabia Utara mengalami kegoncangan jiwa dan akhirnya gila, karena Laila yang ia cintai dinikahi orang lain.
Khalil Gibran- yang menderita hingga akhir hanyatnya karena cintanya terhadap Selma al-Karimi direnggut oleh penguasa lain.
Di India dikenal kisah Ramayana antara Rama dan Damasuka memperebutkan Dewi Shinta.
Dari daratan Eropa, ada Romeo dan Juliet yang rela bunuh diri bersama-sama, karena cinta mereka dihalangi (tidak mendapat restu).
Julius Caesar yang gagah perkasa takluk di bawah tekanan cinta Cleopatra.
Napoleon Bonaparte, yang dijuluki singanya eropa, rela mengorbankan popularitasnya demi cintanya pada Margaret Yosepian.
Di Amerika, Senator Garry Hart dari partai Demokrat terpental dari pencalonan president karena kasus skandalnya dengan Dona Rice.
Dari negri tetangga kita Malaysia, runtuhnya perdana mentri dari UMNO dikarenakan cinta fairnya dengan seorang Geisa, pelacur papan atas Jepang.
Dan kisah-kisah lainnya, yang itu cukup jadi pelajaran bagi kita, betapa besarnya pengaruh wanita dalam kehidupan dunia ini, sampai-sampai Rasul bersabda, “Tidak ada fitnah terbesar yang akan menimpa ummatku sepeninggalku nanti, kecuali fitnah wanita pada laki-laki”.
(tapi wanita yang bagaimana dulu).
Oke…sekarang tarik nafas dulu…lalu lepaskan pelan-pelan.

-----Nikmatnya Jadi Wanita----
Kalau kita berbicara seputar wanita. Tak kan pernah habis kata-kata ini, tak kan kering tinta ini untuk dituliskan, karena begitu banyak hal keunikan dan kemuliaan yang dimilikinya.
Saudariku, ukhtifillah mohon maaf bukan maksud untuk menggurui…smoga ini jadi manfaat…
Mensyukuri nikmat jadi perempuan/wanita adalah menjaga sikap feminim perempuan untuk meraih sebanyak mungkin pahala. Berbeda dengan pengusung feminisme yang lebih berusaha menonjolkan superioritas perempuan dari kaum laki-laki, dengan beragam tuntutan persamaan hak yang melanggar kodrat.
Perempuan tercipta dengan kodrat alam bersifat lembut, indah, sabar, pengasih, penyayang, dan sederetan sifat mulia lainnya yang menghiasinya hingga ia dinamakan perempuan. Bukan berarti kaum lelaki bersifat sebaliknya. Atau tidak memiliki sifat tersebut. Hanya saja, terkadang sifat-sifat itu lebih diwujudkan oleh perempuan dalam tindak tanduknya keseharian.
Bersyukurlah saudariku, yang merasa perempuan- sebab telah “dihadiahkan” amanah berupa sifat-sifat yang demikian agung oleh Yang Maha Lembut (Al-latif) dan Yang Maha Indah, Yang Maha Penyabar (Ash-Shaburu), selain disyukuri dalam bentuk ibadah, ungkapan syukur itu akan lebih baik bila sifat-sifat ‘dipelihara’ dan dijadikan sebagai sumber mengaktualisasikan diri yang di- harapkan bermuara ke samudra ridha dan cinta Allah SWT.
Jangan biarkan tersirat sedikit jua di benak sahabat sifat lembut sebagai seorang perempuan adalah senjata ampuh untuk melumpuhkan laki-laki yang bukan hak kita. Karena itu bukanlah sebuah ketangguhan. Akan tetapi, jadikan kelembutan menjadi pemikat saudari-saudari yang lain yang terbelok dari jalan yang lurus, kembali ke jalan yang penuh cahaya, Islam. Juga jadikanlah kelembutan sebagai senjata dalam mendidik generasi. Anak yang dididik dengan kelembutan lebih mudah berkreasi daripada anak didik yang sering mendengar ucapan kasar, tekanan, maupun paksaan.
Keindahan. Setiap perempuan itu indah. Dan, manusia mana yang tidak ingin keindahan. Sehingga, seorang perempuan itu berusaha mempertahankan keindahannya sampai akhir hanyat. Tapi sayangnya, untuk menjaga bahkan menonjolkan keindahannya, perempuan sering melanggar aturan Allah SWT dan kodratnya sebagai perempuan. Tak jarang untuk tampil indah, perempuan sering melanggar aturan Yang Maha Indah. Padahal Allah SWT tidak melihat keindahan seorang dari penampilan fisik, tetapi dari keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Perempuan harus indah jasadnya dan juga indah bathinnya.
Saudariku…ketahuilah kecantikan bathin itu dapat menutupi kecantikan lahiriyah. Namun kecantikan lahiriyah tidak dapat menutupi kekurangan kecantikan bathiniyah.
Nah…apa hubungannya pengaktualisasikan diri untuk mencapai ridha Allah dengan keindahan yang dimiliki seorang perempuan?. Hitunglah berapa banyak waktu yang tersita dihadapan kaca dalam sehari. Lalu bandingkan berapa lama waktu yang diluangkan untuk sehabis sholat, pada sepertiga malam ketika manusia-manusia terlelap di bawah kehangatan selimut untuk meratap, menangisi dosa, dan mengharap ampunan-Nya. Semoga kita tidak termasuk orang yang merugi hanya karena terlalu sering melalaikan waktu dihadapan kaca. Smoga tidak ya…!
Saudariku, perempuan memang harus sabar menuntut ilmu yang bernanfaat dunia akhirat. Sabar menapaki jalan yang pasti tidak lepas dari ujian dan cobaan. Biarkan keluh kesah itu kelur dari mulut saja. Itu wajar. Tapi jangan berlebihan. Sabar mencari jati diri, Sabar menjaga aurat, menahan pandangan dan kemaluan hingga tiba waktu yang hak. Sabar berusaha, sabar berdoa.
Allah Maha Pengasih lagi Penyayang memberikan rasa pengasih dan penyayang yang merupakan cerminan sifat-Nya ke dalam dada manusia, termasuk perempuan. Mungkin sepertiliunan dari keluasan kasih sayang-Nya. Dan, itulah yang membedakan kita dengan kebesaran-Nya.
Keturunan Adam lestari karena rasa pengasih dan penyayang yang tumbh diantara insan itu sendiri. Karena Siti Hajar mengasihi dan menyayangi Ismail, ia menjadi perempuan kreatif, tidak hanya diam ketika melihat Ismail menangis, tapi ia berusaha menemukan cara mendapatkan air dengan berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwah dan mengulanginya sampai tujuh kali untuk mendapatkan sumber air buat putranya. Meski tidak menemukannya, tapi Allah menggantikannya dengan jalan yang lain melalui hentakan kaki Ismail. Ia mampu bersosialisasi dengan lingkungan yang semula tandus berubah subur, yang semula sepi menjadi ramai, yang semula hidup susah menjadi sejahtera.
Rasa pengasih dan penyayang yang ada pada perempuan membuat ia sabar menahan sakit dan kepayahan ketika mengandung. Lalu, melahirkannya dengan mempertaruhkan nyawa. Tak hanya itu, seorang perempuan memiliki sangat lembut untuk mengasuh anak dengan tangannya sendiri.
Akhirnya, semua kembali kepada, perempauan saudariku. Apakah masih ingin menafikan sifat-sifat kodrati perempuan yag selama ini merasa terbebani. Atau, mensyukurinya dengan menjadikannya bagian ‘sumber’ ibadah. Nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan. Menjaga feminitas keperempuanan, bukan berarti mengagungkan feminisme. Karena Islam memandang, dalam sikap feminim perempuan, terdapat banyak ladang amal, disamping tentunya jejaring dosa yang siap menyergap jika salah menggunakan feminitasnya. Jadikanlah kecintaan kita kepada kodrat bukan hanya sekedar cinta, bukan cinta biasa. Smoga…
Penutup pada bagian ini penulis sajikan bonus buat ukhtifillah
***Keistimewaan Muslimah yang Dilupakan Para Feminis ***
Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah ini.
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak Ada pada lelaki.
Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk “MEMERDEKAKAN WANITA”.

Pernahkah Kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?

1. Benda yang Mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.
2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?
3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.
4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia meninggal dunia karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.
5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung- jawabkan terhadap! 4 wanita, yaitu: Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki,yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu: shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.
7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggung-jawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita

Ingat firman-Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai Kita ikut / tunduk kepada cara-cara / peraturan buatan mereka. (emansipasi Ala western)

Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan Kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala Hukumnya/peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan/hukum buatan manusia.

Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) Berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu.

Adalah sabda Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah Yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki2 berlaku kaidah yang berbeda).

Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu….amiin!!

-----Cinta Sahabat-----
Tiga sahabatku telah mendahului,
Buat Evi, Adikku (anggota remaja masjid Nurul-Huda Muara-Kiawai), kini kau telah tenang dalam pangkuan-Nya.
Seorang adik kelas di almamaterku. Kami dikumpulkan dalam sebuah organisasi Remaja Masjid. Ya…dia seorang gadis muda yang memasuki usia remaja (SLTA), berkulit putih, berparaskan cantik nan lembut. Kini kau telah tiada, kita tak akan lagi jumpa.
(Beliau meninggal, menurut info dari keluarganya, ada orang yang tidak senang terhadap keluarganya, tapi ketidaksenangan itu di lampiaskan pada dirinya yang tidak tau apa-apa. Akhirnya dia meninggal dunia dengan mengeluarkan darah yang sangat banyak). Adikku, aku yakin kau t’lah syahid dijalan-Nya.
Ahmad Fikri, Rekanku (sahabat satu asrama selama tiga tahun, ASRAMA MAN UNGGUL LUBUK SIKAPING). Mahasiswa IAIN Padang Jur. Matematika semester 3.
Sahabat kini engkau tlah tiada, hanya doa yang bisa kami panjatkan teruntuk–mu. Semoga engkau tenang bersama-Nya. Mendapatkan cinta Sang Maha Kuasa.
(Informasi yang saya dapatkan dari teman-teman. Beliau keracunan makanan hingga tubuhnya kurus, dan akhirnya beliau menemui Sang Pencipta di usianya yang masih muda).
Smoga engkau wisuda di syorga-Nya.
Ijun, begitu kami memaggilnya (masih sahabat satu asrama selama tiga tahun, ASRAMA MAN UNGGUL LUBUK SIKAPING).
Sahabat yang satu ini penuh misteri. Kalem tapi mengahanyutkan. Tubuhnya yang kecil, kadang membuat teman-teman yang lain kesal karena tingkahnya. Kini engkau telah tiada sahabat, canda dan tawamu tak akan ada lagi. Hanya doa yang dapat kami panjatkan untumu, semoga engkau menemui sang kekasihmuYang Maha Mulia, Allah SWT.
(Info yang saya dapatkan dari teman-teman. Beliau kecelakaan sewaktu mengendarai motor, meninggal dunia dengan tragis, ketabrak Bis sepulang dari berjualan buah).
Semoga persahabatan kita berbuah surga kawan.
Ku lantunkan sebuah lirik nasyid tuk semua sahabat yang pernah mengisi kehidupanku dimanapun kini kita berada;
***SELAMAT TINGGAL SAHABATKU***
Slamat tinggal sahabatku
Ku kan pergi berjuang
Menegakkan cahaya Islam
Jauh di negeri seberang
Selamat tinggal sahabatku
Ikhlaskanlah diriku
Iringkan doa restumu
Allah bersama selalu
Ku berjanji dalam hati
Untuk segera kembali
Menjayakan negeri ini
Dengan ridho Ilahi
Kalaupun tak lagi jumpa
Usahlah kau berduka
Semoga tunai cita-cita
Raih gelar syuhada…
(Izzatul Islam, selamat tinggal sahabat)
Sahabat dimanapun kini kalian berada, mohon maaf atas kekhilafan dan kajahilanku. Terimakasih atas persahabatan kita. Smoga kita bertemu dan berhimpun dalam reuni akbar di syurga-Nya nanti.Amiin.
Ku sampaikan ungkapan ini untukmu pribadi-pribadi luar biasa kawan dan sahabat-sahabatku yang pernah hadir dan mengisi kehidupanku;
Suatu episode dalam perjalanan hidup kita kawan…
Ada sejarah yang terukir bersama
Ada pertemuan ada pula perpisahan
Ada bahagia setelah duka
Ada tangis setelah tawa
Ada harapan setelah kesulitan
Kawan…dan kini kutemukan cinta disana
Saat ku pandang sorot matamu kawan
Kulihat mimpi kita sama
Mengenggam dunia dengan tangan
Dan hujamkan akhirat dalam hati
Saat kulihat sikapmu kawan
Tak ada bedanya dengan diriku
Karena mungkin kita dicipta untuk saling mengisi
Dan menguatkan
Pernah ku ingat…
Kita berselisih paham
Tapi cinta membuatnya indah
Tapi komitmen membuatnya berkah
Kawan…
Aku bukan sahabat terbaik bagimu
Namun kau adalah sahabat terbaik bagiku
Kau luruskan tingkah pongahku
Kau gais tanganku saat ku tergelincir
Kau beri aku senyum saat raga ku lelah
Kau motivasi diriku tuk raih mimpi
Kau ingatkan aku dikala lupa
Kau tegur aku hendak mendua
Kau hibur aku dikala duka
Senyummu hadiah terindah untukku
Nasehatmu peneguh iman bagiku
Kehadiranmu ruh bagi jiwaku…….
Teruslah berjuang kawan, hingga lelah itu lelah mengejarmu, hingga capek itu capek mengiringimu, hingga rasa bosan itu bosan bersamamu…Akhirnya sampai suatu saat nanti kita temukan jawabannya; kenapa dunia itu pahit?, Karena syurga itu MANIS…! CINTA SAHABAT BUKAN CINTA BIASA!.



-----Hidup Bersama Cinta-----
Dengan cinta kita di cipta
Dengan cinta kita dilahirkan
Dengan cinta kita di asuh dan dibesarkankan
Dengan cinta kita hidup
Dengan cinta alam di cipta
Dengan cinta kita bertahan
Dalam cinta kita bersatu
Dalam cinta kita bertemu
Cinta adalah energi yang mengubah pengecut menjadi pemberani, yang menjadikan pemalas menjadi rajin.
Jika hidup adalah matahari, maka cintalah teriknya
Jika hidup adalah angin, maka cintalah badainya
Jika hidup adalah sungai, maka cintalah arusnya
Cinta bukanlah benda, namun ia dapat dirasa
Cinta ibarat perapian, kita hanya dapat menari ceria disekelilingnya.
Hakikat cinta bukanlah menerima, namun memberi
Hakekat cinta bukanlah memiliki, namun berkorban.
(di sadur dari “Serial Cinta”, buah karya M. Anis Matta)
Karena cintalah, Kholid bin Walid mengatakan “Berjaga semalaman dalam medan jihad lebih aku sukai dibandingkan malam pertama dengan istriku”.
Karena cintalah, Hanzholah bergegas kemedan perang pertempuran, hingga akhirnya ia menemui syahid dan bergelar syuhada. Padahal dia baru selesai bertempur dengan istrinya pada malam pengantinnya. Syahid lebih ia cintai dari pada pelukan sang istri. Begitu juga istrinya, dengan ikhlas melepaskan kepergian sang suami, disaat kehangatan itu baru dimulai. Subhanallah, begitu mulianya engkau para pecinta sejati.
Karena cintalah saudara kita di Palestina sana tetap bertahan dan tersenyum menghadapi tank-tank dan hujaman peluru zionis Israel laknatullah ‘alaihi. Karena cinta pula pejuang Taliban mampu mengusir pasukan Rusia dengan kondisi memalukan, dan dengan cinta kini mereka terus bertahan mengahadapi gempuran pasukan sekutu.
Karena cinta juga saudara-saudara kita di Pattani (Thailand selatan), Papua, Maluku, dan seantero belahan bumi lainnya, mereka bisa bertahan karena cintanya pada hakekat cinta yang sesungguhnya.
-----Cinta Allah (Dia hadir di setiap waktu)-----
Dalam QS. At-Taubah [9] ayat 24, Allah berfirman;
“Katakanlah:’ Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiaannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu sukai, lebih kamu cintai dan Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah [9]: 24).
Ayat di atas menjelaskan tentang kewajiban seorang hamba mencintai Allah dan Rasul-Nya. Harus kita sadari bahwa keindahan cinta sejati dan hakiki bukanlah kepada harta benda atau seseorang, tetapi cinta hakiki adalah ketika kita mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hadist Qudsi, dari Abi Hurairah berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda; “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan merayu malaikat Jibril dan berfirman; “Wahai Jibril sesunggunya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia, maka malaikat Jibrilpun mencintainya, kemudian malaikat Jibril berseru kepada penghuni langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia, maka penghuni langit pun mencintainya, lalu dijadikan untuknya penerimaan baik atau simpati di bumi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah…kalau Allah sudah jatuh cinta kepada seorang hamba, maka seluruh penghuni langitpun akan mencintainya. Siapa sih…kawan yang tidak mau menjadi kekasih Allah…(tuk lebih jelasnya silahkan baca buku “Agar menjadi pribadi yang di cintai Allah”. Rahmat Hidayatullah).
Sahabat…coba pula kita lirik sejenak, saya yakin bahwa sahabat pernah melihat tanyangan di TV tentang berita saudara-saudara kita yang di timpa musibah (Tsunami, gempa dimana-mana, longsor, kebakaran, angin, badai). Coba ingat-ingat kembali, di tengah-tengah hiruk pikuknya manusia yang sedang kepanikan, berlarian, berhamburan, yang kadang tak tentu arah. Pernah gak kita mendengar suara dari sekian banyak pekikan dan histeris manusia, sayup-sayup atau secara lantang terdengar kata-kata ini, “Subhanallah ya Allah, Allah hu akbar-…. Allahu Akbar, Yaa…Allah, innalillah. Saya yakin sahabat pernah dengar.
Atau seorang suami yang sudah kehabisan akal tuk menulasi persalinan istrinya dirumah sakit, gak tau lagi mau kemana, segala cara sudah dicoba, semua suadara sudah tidak menerima. Dengan rasa perih dia menjerit dalam hatinya, “Ya….Allah….!”
Atau bagi anda yang sudah baca sebuah buku, yang diberi judul Laa Tahzan, di tulis oleh Dr. ‘Aidh ibn ‘Abdullah Al-Qarni. Telah menjadi buku terlaris di timur tengah dan best seller di beberapa negara dengan terjemahannya. Kita akan belajar setetes ilmu dari lautan hikmah beliau yang begitu dalam. Di antaranya melalui beberapa kutipan berikut:
Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang. Maka para awak kapal pun dengan panik berseru, “Ya Allah!”
Ketika orang yang berjalan di tengah gurun pasir tersesat, kendaraan tak tahu lagi jalan yang benar, dan kafilah sudah bingung menentukan arah lajunya, maka mereka menyeru, “Ya Allah!”
Ketika musibah menimpa, bencana dan tragedi melanda, maka orang-orang pun berseru, “Ya Allah!”
Ketika pintu-pintu permohonan telah tertutup dan sekat-sekat permintaan telah dipasangkan, maka merekapun berteriak, “Ya Allah!”
Allah: Asma terbagus, tulisan terindah, ungkapan yang paling jujur, dan kata yang paling berharga.
Allah: pemilik semua kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan, kemulian, kemampuan dan hikmah. Pemilik semua kelembutan, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta, dan kebaikan.
“…Dan Dia bersama kalian di manapun kalian berada…” (QS. Al-Hadid: 4).
Saudaraku, sahabat itulah cinta Allah kepada kita. Dia hadir dalam setiap relung-relung kehidupan kita. Mari kita hadirkan Allah setiap gerak dan nafas kehidupan kita. Tentu bukan harus menunggu musibah melanda kita baru terucap, “Ya…Allah”. Bersegeralah menjemput cintanya Allah sang pemberi cinta.
-----Cinta Rasul: Mahaguru Cinta Sepanjang Masa-----
Kepada semesta ia membawa Risalah Al-Quran, Kalamullah yang dinuzulkan berangsur sejak dari bukit cahaya, Jabal Nur. Di malam qadar yang mengungguli seribu bulan, menggemakan iqra’ menjadi tonggak peradaban, menyemai cinta, adil, setara, taat, merdeka, hak asasi dan seterusnya.
Di balik selimut ia ditegur Surah Al-Mudattsir untuk berdiri dan memberi peringatan. Menjadi koreksi atas kerahiban yang memadamkan ghairah hidup dalam pengaburan makna keshalihan suci serta peniupan atas nama Tuhan oleh orang cerdik. Ia ajarkan kemuliaan perempuan yang begitu besar karena pengorbanan mereka sejak hamil sampai membesarkan generasi menjadi mitra penentram kehidupan laki-laki dari galau dan gelisahnya, madrasah utama sebelum bangunan-bangunan tak bernyawa menjadi starata lanjut pendidikan buah hati.
Cinta yang engkau berikan kepada ummatmu ya Rasulullah BUKAN CINTA BIASA!.
Umar pernah menangis menyaksikan beliau tidur beralaskan tikar kulit kasar yang dijalin rerumputan, alas yang membuat punggungnya berbekas bilur. Masih ingatkah kita suatu hari saat ia membawa sepuluh ribu orang memasuki Makkah, kota yang dicintainya, kota yang penduduknya pernah mengusir dan menyakitinya. Punggungnya terbungkuk, jenggutnya menyentuh punuk untanya, Ia pula tak mabuk kemenangan. Ia beristigfar. Lalu, tampaklah wajah-wajah itu, wajah yang dulu pernah menimpakan kotoran, batu, dan isi perut unta. Wajah yang bengis, yang mengatainya gila, penyair pendusta, dan penyihir liar. Saat wajah-wajah itu tertunduk lesu, terbungkam kalah di hadapannya, di depan Ka’bah. apa yang akan dilakukannya?.
Ya…Rasulullah indah nian pribadi dan akhlakmu. Coba kira-kira apa… yang bakal di lakukan Rasul, disaat dia bisa berbuat sesukanya, di saat dia bisa membalas kepada orang yang menyakitinya, mengatainya, melemparinya dan sebagainya.
“Wahai Quraisy, apa yang selaiknya aku lakukan terhadap kalian?”. Tanya Rasalullah. Suara tegas namun tetap teduh dan menyejukkan hati. Suara itu membuat wajah-wajah tertekuk itu di binari harapan, manusia paling jujur, paling mulia di tengah mereka. Lalu dengan kompak, serempak lisan mereka menjawab, “Engkau adalah saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia.
“Pergilah…!, katanya dengan nada yang sangat empatik, “kalian semua bebas!”. Sebuah jawaban yang melegakan semua kaum Quraisyi. Pribadi agung itu seolah mengikuti jejak saudaranya, Yusuf berabad lalu. Saat ia mengucapkan perkataan melegakakn pada sudara-saudaranya yang telah memasukkannya kedalam kegelapan sumur.
“…Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni. Dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92).
Duhai kekasih ilahi, kekasih hati imani
Hadirlah engkau disini
Walau sekedar dalam mimpi
Kutahu engkau bimbingkan
Ummatmu yang kau tinggalkan
Terjerambab dalam ujian
Ridhakan seruan syaithan
(Suara Persaudaraan: Rindu Rasul)
Ya…Rasulullah, cintamu tak sekedar cinta…bukan cinta biasa-biasa…
Muhammad Indah Nian Pribadimu,,,tak cukup di ungkapkan dengan kata, tak kan pernah habis kata-kata tuk menulis tentangmu;
Muhammad…
Ku memang belum pernah melihatmu
Namun ceritamu abadi dalam sejarah
Merasuk dalam setiap jiwa yang ikhlas
Aku ingat…
Kau kan yang pertama kali menjenguk kafir quraisy yang meludahimu…
Kau pula yang setiap hari menyuapi yahudi buta yang
Slalu mencaci maki dan mengatai-ngataimu
Kau juga kan yang menyulam sendiri bajumu yang lusuh itu
Kau pula yang menjahit sandalmu yang tak layak itu
Kau juga yang rela tidur di atas yang kasar
Kau juga yang rela lapar agar anak yatim itu kenyang
Yaaa.., Deras air mataku mengalir,
saat mendengar penduduk Thaif yang kau seru itu,
bukan terseyum menyambutmu. Bahkan mencaci maki hingga melemparimu.
Pelipismu Muhammad…pelipismu berdarah…gigimu tanggal…dari kakimu yang mulia mengalir darah suci.
Hingga Jibril pun turun dan meminta izin untuk mengangkat bukit dan meluluhlantakkan penduduk thaif yang tak tahu diri itu.
Namun apa permintaanmu…Muhammad, apa yang kau ucapkan?...subhanallah! dari lisanmu yang suci hanya ku dengar lantunan do’a “Ya Allah ampuni mereka, jadikan anak keturunan Thaif sebagai penduduk yang mengagungkan nama-Mu”.
Dengan kemulian perangaimu, kau tlah melahirkan generasi-generasi berkelas bersamamu…
Ada Abu Bakar yang shiddiq, hingga amalnya mengalahkan seluruh keimanan manusia
Ada Umar yang berani, hingga syaitan lari terbirit-birit melihatnya
Ada Usman ibnu Affan, dengan kelembutan dan kedermawannya
Ada Ali yang ceria dengan ilmunya, hingga dikenal sebagai gudang ilmu
Ada Mushab ibnu Umair yang tampan, yang rela berpakaian compang-camping demi memenangkan Tuhannya
Ada Abdurrahman bin Auf, saudagar kaya yang menopang agama dengan hartanya
Hingga…
Saat agama ini tlah sempurna
Entah kenapa waktu itu pun tiba
Enkaupun mulai sakit-sakitan
Tanda-tanda perpisahan pun semakin jelas
Kata-katamu menegaskan itu
Tapi kami belum percaya
Sampai kau kumpulkan kami di suatu hari
Dan menanyakan perihal hutang dan kesalahanmu
Kami hanya berurai air mata mendengar lantunan katamu yang tulus
Mengenang perjuanganmu menegakkan agama-Nya
Ukaisyah…
Dia yang membuat kami semua geram
Karena ingin memukulmu tampa mengenakan baju
Umar pun bangkit dan bergetak giginya “pukul aku jika kau mau, jangan pukul kekasihku
Ali pun mengacungkan pedangnya “Ukaisyah, akulah yang selalu mendampingi nabi, cambuk aja aku!”
Hasan dan Husein pun ambil bagian berloncatan kedepan “kami cucu nabi, pukul saja kami”
Namun kau…Muhammad hanya tersenyum dan menenangkan mereka hingga kami bermandi air mata melihat tubuhmu yang suci dibuka.
Dan
Cambuk itu siap memukul tubuhmu yang suci
Ukaisyah pun tak kuasa dan melepaskan cambuk itu lalu memeluk tubuhmu,
Lalu Ukaisyah berucap, ya Rasulullah aku tidak bermaksud tuk mengkishosmu, tapi aku ingin kulitku bisa bersentuhan dengan kulitmu
“Muhammad kuingin kulit ini terus bersetuhan dengan kulitmu hingga masuk syurga”
Allahu Akbar…wahai kawan nikmat mana lagi yang kita dustakan…?. eeps! Kita lanjutkan…
Hari-hari setelah hari itu
Tubuhmu melemah
Ragamu payah…
Hingga hari itu…detik itu…
Saat kau didatangi malaikat yang akan memisahkan kau dengan kami, kau berkata
“Kemana Jibril? Apakah dia tidak mau melihatku lagi”
Lalu Jibril datang dan kau bertanya,
“Apa hakku di hadapan Allah duhai Jibril”
Jibril menjawab, “Syurga telah dibukakan semuanya untukmu, seluruh malaikat telah siap menyambut kedatanganmu”.
“Bukan itu Jibril, bagaiamana dengan ummatku?”
Jibril menjawab, “Aku dengar Allah berfirman, haram setiap manusia masuk syurga kecuali jika ummat Muhammad telah masuk ke dalamnya”. Kau pun lega mendengarnya.
Lalu…kau pun semakin payah
racun yang termakan olehmu
Yang di suguhkan wanita yahudi itu
Turut memperparah sakitmu
Lirih kau berucap, “Sakit…sakit sekali sakratul maut itu duhai Izrail, timpakan saja semuanya kepadaku, jangan pada ummatku”…
(Ya…Allah Manusia mana yang memilik kecintaan seperti ini, melebihi dari apa yang kita pahami).
Di Detik-detik penghabisanmu…
Di atas pangkuan bunda Aisyah
Di samping kakanda Fatimah
Dua kata terakhir dari mulutmu yang suci…
“Ummati…Ummati…”
“Ummatku….Ummatku…”
Lalu kau pandangkan wajahmu kearah langit-langit rumah dan kedua bibirmu bergerak-gerak, sambil megucapkan, “Bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari pada nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Ya Allah, ampunilah dosaku dan rahmatilah aku. Pertemukan aku dengan Kekasihmu Yang Maha Tinggi ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi”. (Di ulang tiga kali oleh Rasul).
Lalu tanganmu Muhammad mulai melemah dan matamu sayu
“Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un”.
Ya engkau telah berpulang kepada Kekasih Yang Maha Tinggi.
(Waktu dhuha, Senin 12 Rabi’ ul Awwal 11 H, dengan usia 63 tahun lebih empat hari adajuga yang mengatakan 62 tahun 9 bulan digenapkan jadi 63 tahun)
Allahumma shalli ‘ala Muhammad ya rabbi shalli alaihi wa sallam Ya Habbullah, ya Rasulullah, Ya nabi ya allah.
Ku rindu padamu ya Rasul, Ku ingin berjumpa denganmu.
-----Pesan Cinta Untukmu-----
Wahai hati yang berputus asa
Waktu tak kembali memanggilmu
Ia berlalu dan terus berlalu
Tanpa memaling muka padamu,
Dia bagai pedang tajam
Yang siap memenggal batang lehermu
Dan kau tertebas melukai dirimu.
Bila kau tak sanggup berdiri
Habislah hidupmu.
Wahai hati yang menyesal,
Waktu telah merubah segalanya
Penyesalan hanya membawamu tenggelam
Di samudra terdalam
Hingga kau tidak mampu
bernafas lebih panjang
bila kau tak sanggup menepi
hilanglah wibawamu dan tamatlah riwayatmu.
Wahai hati yang gundah gulana
Bukalah mata hatimu dan lapangkanlah pikiranmu
Sebelum mereka menghantarmu
Ke liang lahat yang pengap dan gelap
Sungguh harapanmu masih tersisa,
Sungguh pintu taubat masih terbuka.
Nikmatilah buah iman dan taqwa
Agar mewangi kehidupanmu disana.
Mendekatlah kepada Rabb-Mu
Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Penyayang
(Goresan pena Buya Asma)

-----Ketika Cinta Berbuah Syurga-----
Di tanah Kurdistan, ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki putra; seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas, dan pemberani. Saat-saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah, menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran. Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Si kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada orang yang memutuskannya.
Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya. Tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan bahwa ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang dirasakan anaknya. Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya. “Said, Anakku, sudah saatnya kau mencari teman sejati yang setia dalam suka dam duka. Seorang teman baik, yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.
Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
“Apakah maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran.
“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tetapi karenakemurniaan cintamu karena Allah. Dengan dasar itu, kau pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan; karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuatan dasyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.
“Bagaimana mencari teman sejati itu ayah?” tanya Said.
Sang raja menjawab, “kamu harus menguji orang yang hendak kau jadikan teman. Ada sebauh cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok, untuk menjadi teman saat makan pagi di sini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dan perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah kemudian apa yang mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga butir telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya. Lihatlah kemudian apa yang mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syukur, jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.
Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempratikkan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula, dia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu persatu. Sebagian besar dari mereka marah-marah karena hidangannya tidak keluar-keluar. Bahkan ada yang pulang tanpa pamit dengan hati yang kesal, ada yang memukul meja, ada yang melontarkan kata-kata yang tidak terpuji; memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.
Di antara teman anak raja itu, ada yang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat, sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang lebih sabar sabar dibandingkan anak-anak sebelumnya. Dia menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah dirasa cukup. Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus.
Melihat itu, Adil berkata keras, “Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!.
Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meninggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tangannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapa dada dan tidak cocok untuk jadi teman sejatinya.
Hari berikutnya dia mengundang anak seorang saudagar terkaya. Tentu saja, anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi dari anak raja. Malam harinya snegaja ia tidak makan dan melaparkan perut agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan, makanan anak raja pasti enak dan lezat.
Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia harus menunggu waktu yang lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa piring dengan tiga telur rebus di atasnya.
Ini makanannya, saya kedalam dulu mengambil air minum, “kata Said seraya meletakkan piring itu di atas meja. Lalu, Said masuk kedalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar itu langsung melahap satu per satu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Dia kaget.
“Mana telurnya?” tanya Said pada anak saudagar.
“Telah aku makan”
“Semuanya?”
“Ya, habis aku lapar sekali”.
Melihat hal itu Said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belum makan apa-apa.
Said merasa jengkel kepada anak-anak di sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Mereka tidak pantas dijadikan teman sejatinya. Akhirnya, dia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.
Akhirnya, Said berfikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang,. Sawah, dan kampung-kampung untuk mencari seorang teman yang baik.
Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakain sederhana. Anak itu sedang memanggul kayu bakar. Said mengikutinya diam-diam sampai anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukkan dia sangat miskin. Namun, wajah dan sinar matanya memancarkan tanda kecerdasan dan kebaikan hati. Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat dua rakaat. Said memperhatikannya dari balik rumpun pepohonan.
Selesai sholat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kau tadi sholat apa?.
“Namaku Abdullah. Tadi itu sholat dhuha.”
Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.
Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak seorang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.
Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Kenapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah, semua sama, hanya taqwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku?. Mengapa tidak kita coba beberapa waktu dulu? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.
“Baiklah kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat, hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seia-sekata.”
Said menyepakati syarat yang diajukan oleh anank pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama, dan berburu bersama. Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak tukang kayu itu langsung mengajaknya makan ke gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dai telah di undang makan.
Di dalam gubuk itu, mereka makan seadany. Sepotong roti, garam, dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.
Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tidak didapatkan di dalam istana. Oleh temannya it, dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-bauhan di hutan; antara daun dan buah yang bisa dimakan, yang bisa dijadikan obat, serta yang beracun.
“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu saat tersesat. Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said pamitan kepada sahabat itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.
“Pergilah ke ibu kota, berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui di sana. Dia akan mengantarmu ke rumahku.”kata Said sambil tersenyum.
“Insya Allah aku akan datang,” jawab anak pencari kayu itu.
Pagi harinya, anak pencari kayu itu akhirnya sampai juga ke istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk kesana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.
Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu, Said pun mengu. Lalji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali.Namun, anak pencari kayu bakar itu sudah terbiasa lapar. Bahkab dia pernah makan selama tia hari. Atau terkdang makan daun-daun mentah saja. Selama menunggu, dia tidak memikirkan makanan sama sekali. Dia hanya berfikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak ini, tentu dunia akan tentram.
Selama ini, dia mengar bahwa anak-anak pembesar kerajaan senang berhura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.
Akhirnya tiga butir telur rebuspun dihidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu bakar itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara itu, Said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Kemudian, dengan sengaja Said mengambil telur yang ketiga. Dia mengupasnya dengan cepat, dan melahapnya. Temannya selesai mengelupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebutir telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau…?
Anak miskin itu mengambil pisau yang ada disekitar itu. Lalu, dia membelah telur itu jadi dua; yang satu dipegang dan yang satunya lagi dia berikan pada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.
Lalu Said memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata, “Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”
Sejak itu, berteman dan bershabat dengan Said akrab. Persahabatan mereka melebihi saudara kandung, cinta mereka melahirkan cinta hakiki karena cinta mereka Bukan Cinta Biasa.Saling mencintai dan menghormati karena Allah swt.
Karena kekuatan cinta itu, mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajardan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turky, Syiria, Irak, dan Yaman.
Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuhdewasa. Raja yang adil, ayah Said, meninggal dunia. Akhirnya, Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Mentri yang pertama kali dia pilihadalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.
Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering melakukan sholat tahajut dan membaca al-Quran bersama. Kecerdasan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya. Itulah cinta yang melahirkan surga, bukan karena kekuasaan atau keturunan.
-----Cinta Langit Pada Bumi----
Cintai yang di Bumi maka yang di Langit akan mencintaimu.......(belum selesai)
-----Sepenggal Firdaus-----
Cintalah yang memungkinkan kita mengubah dunia kita jadi sepenggal firdaus. Bumi akan terasa nyaman dihuni kalau kita bisa saling mencintai. Bumi tidak pernah kekurangan sumber kehidupan, kalau kita mau berbagi atas nama cinta. Keserakahanlah yang dunia terasa sempit, rasa dendamlah bumi terasa gersang. Kalau sedekah tidak mengurangi kekayaan, seperti sabda Rasulullah SAW, maka berbagi tidak akan membuat kita kekurangan. Apalagi jatuh miskin.
Serakah mendorong orang jadi pelit dan angkuh. Sebab serakah adalah cara merebut kekayaan, sementara pelit, kikir dan angkuh adalah cara mempertahankannya. Maka kemiskinan pun mengubah orang jadi pendendam. Konflik sosial kita sesungguhnya selalu tercipta di garis batas itu: antara orang kaya yang pelit dan angkuh dengan orang miskin yang apatis dan pendendam. Bukan kesenjangan menciptakan konflik. Tapi serakah dan pelitlah yang membuat orang-orang miskin merasakan pahitnya kesenjangan itu. Maka mereka bereaksi: jarah, hancurkan kekayaan mereka! Mereka tidak menjadi kaya dengan menjarah. Tapi mereka puas. Dendam mereka pun lepas.
Hanya cinta yang dapat merekatkan kita. Sebab haklikat cinta adalah memberi dan berbagi. Bersedekahlah, kata Rasulullah saw. Sebab itu akan menghilangkan rasa pelit, kikir dan dendam.
Puisi hafiz Ibrahim atau Syauqi: “ sebuah rumah tidak pernah sempit untuk dihuni bersama. Tapi hati penghuninyalah yang sempit.”
Kabut benarkah petanda
Akan segera turun hujan
Deras agar semua basah
Yang ada di muka bumi
Puisi Taman Chairul Anwar. Cinta membuat sebuah rumah yang sempit jadi terasa lapang dan nyaman untuk dihuni. Kemiskinan, kepahitan adalah tekanan hidup. Kita bisa menguranginya dengan cinta. Begitulah rumah yang dihiasi dengan cinta akan berubah menjadi sepenggal firdaus di muka bumi.
Taman
Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
Halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita itu bukan halangan.
Karena
Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, aku kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merenggut dari dunia dan nusia
(Chairul Anwar, maret 1943).
----Cinta Sejati-----
Beberapa kisah berikut ini penulis ambil dari kisah cinta pasangan suami-istri yang luar biasa.
Nikahlah mereka dalam keadaan normal dan sehat. Tapi suatu hari sang istri terserang penyakit ginjal. Sakitnya ini membuat sang istri harus cuci darah rutin dalam setiap minggu. Penyakit yang diderita sang istri ini membuat dirinya tidak berdaya bahkan untuk memenuhi kebutuhan sang suami dari istri tak sanggup sang istri penuhi.
Penyakit dan penderitaannya ini berlangsung selama sembilan tahun. Begini cintanya sang suaimi. Suatu