Selasa, 28 Agustus 2012

KOREKSI tarbiyah kita

Wahai Ikhwah, koreksi dirimu!
(dari seseorang yang menyadari dan tak malu mengatakan tarbiyahnya masih kurang)

Ada apa dengan diri antum? Lelah rasanya diri ini, ketika menyaksikan banyak sekali kader yang berguguran ditengah perjuangan dakwah, sakit hati ini saat ditengah perjalanan banyak yang memilih mundur.

Dan, yang ironis bagi diriku adalah, ketika ada seorang kader, atau seorang ikhwah yang akhirnya mundur, berguguran dan memilih berhenti ditengah perjalanan dakwah, saat ku tanyakan mengapa ini bisa terjadi, jawabannya biasanya “karena kualitas tarbiyah sang kader yang gugur itu lemah”, atau “memang demikianlah dalam jalan dakwah, pasti akan selalu ada yang berguguran sebab dakwah diemban oleh seseorang yang ruhiyah nya, jasadiyah nya baik dan sungguh-sungguh”, atau “beliau lagi sakit (dalam tanda kutip) mudah-mudahan cepat sembuh” atau jawaban ini “justru saya kecewa kenapa dia memilih mundur, tak dirasakankah bahwa dirinya sangat antum butuhkan dalam dakwah ini.” Atau “dia masih belum bisa memahami manhaj dakwah, dan masih terfokus pada segala hal yang bersifat duniawi” atau “dia terlalu memprioritaskan akademis, padahal dakwah itu lebih penting dari sekadar nilai akademis” Dan berbagai jenis komentar serta jawaban lainnya.

Tapi saat ku renungkan kembali, dari berbagai jawaban tersebut, seakan semuanya mengadili sang kader yang hilang, sang kader yang mundur, sang kader yang berguguran tanpa sempat antum bertanya pada diri ini, mengapa dia memilih menghilang, memilih gugur, memilih untuk mundur?

Jangan-jangan, saat antum berkomentar seperti itu, justru tarbiyah antum yang kurang, ruhiyah antum yang kosong, ukhuwah antum yang luntur, silaturrahim antum yang terputus, hingga antum tak merasakan lebih dalam mengapa ikhwah tersebut memilih mundur?

... mungkin antum terlalu asyik memperhatikan keburukan kader lain sehingga antum lupa untuk bercermin diri, mungkin antum terlalu senang untuk memberikan komentar dan jawaban demikian tanpa sempat mengukur diri dengan komentar yang antum ucapkan.

Lelah, jujur lelah hati ini menyaksikan yang demikian.
Tolonglah, mulai saat ini jangan lagi antum merasa tarbiyah antum lebih baik daripada para kader yang menghilang sehingga antum bisa mengatakan “dia gugur karena tarbiyahnya kurang” atau terlampau pasrah kepada ketentuan Allah bahwa jalan dakwah itu terjal dan berliku sehingga menjadi sunatullah bilamana dalam dakwah ada saja yang gugur, tapi pertanyakanlah “apa yang telah antum lakukan dalam dakwah ini agar jumlah kader yang gugur itu bisa diperkecil, agar dapat menjaga kader itu tidak berguguran?” permasalahan di sini adalah ikhtiar antum, bukan sekadar tawakkal dari antum!

Atau mungkin ukhuwah antum yang sudah luntur sehingga tak mampu mendeteksi jiwa dan perasaan kader yang akhirnya menghilang tersebut, mungkin saja kader itu ingin mendekat kepada antum tapi radar ukhuwah antum rusak sehingga tak mampu meraba isi hati dirinya. Dan malah antum yang mengadili bahwa ukhuwah si kader itulah yang lemah yang sedang luntur.

Atau jika memang si kader yang menghilang itu jiwanya sedang tidak baik, ruhiyahnya sedang rusak, tarbiyahnya sedang hancur, mengapa antum tak berniat untuk ikut memperbaikinya? Tidak mau lagi mengajak dia ke dalam bingkai tarbiyah yang selama ini antum rasakan? Bahkan malah mencampakan dia di tengah jalan?

Andai kata bingkai dakwah ini hanya diperuntukkan buat orang-orang yang baik saja, jujur ini adalah ironis. Karena tidak semua orang itu baik, karena tidak semua orang yang tidak baik itu tidak mau ikut kedalam bingkai tarbiyah antum. Bahkan justru mereka yang tidak baik itulah yang mengharapkan bisa bergabung dengan antum! Mengharapkan uluran tangan antum!

Tapi pendekatan kepada mereka itulah yang berbeda! Dan inilah yang menjadi masalah antum. Selama antum masih menerapkan pendekatan yang sama kepada dua orang yang sifatnya bertolak belakang maka hasilnya tidak akan sama. Inovasilah pendekatan dakwah antum agar mampu diterima oleh semua orang. Antum harus mampu menerima mereka apa adanya dulu dan tidak langsung memaksakan, “antum harus begini, antum harus begitu, antum tidak boleh begini, antum tidak boleh begitu” padahal mereka baru mengenal bingkai ini, sadarilah ini.

Terus terang ironis sekali bila bingkai ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang “baik-baik saja”, padahal bila kenyataannya orang yang “baik-baik saja” tak mampu merangkul orang yang tidak baik itu ke dalam bingkai ini, maka perlulah diragukan diri ini apakah sudah menjadi baik. Sebab bila diri ini baik, diri antum baik, maka akan membawa kebaikan kepada semua orang, tak peduli bagaimanapun sifat dia, bagaimanapun masa lalu dia dan bagaimanapun keseharian dia.

Maka, bila antum masih belum mampu melakukan itu, jelaslah bukan lagi jawaban “tarbiyah dirinya yang masih lemah” akan tetapi justru, “ana menyadari kini, tarbiyah ana yang justru masih belum baik sehingga belum mampu (ingat kata ini, antum mengatakannya dengan kata“belum” bukannya dengan kata “tidak” antum pasti tau perbedaan makna kata itu) untuk mengajak kepada kebaikan”

Koreksi diri antum sehingga tidak lagi muncul komentar atau jawaban seperti yang sebagian telah disampaikan pada awal tulisan ini. Niscaya bingkai ini pada akhirnya akan berkah dan merasuk dalam jiwa semua orang tanpa kecuali.

Dan jujur, bila antum kini mempertanyakan apakah diriku (orang yang mengkritik antum ini) tarbiyahnya sudah lebih baik, dakwahnya sudah mapan, silaturrahimnya tetap jalan, halaqahnya terus berkesinambungan dan sebagainya serba berkualitas?
Saya katakan, TIDAK!!!!

Saya mengkritik antum bukan karena merasa lebih pintar atau lebih baik dari antum, bukan itu!

Justru karena saya menyadari, merasa belum baik, merasa masih tidak sempurna, merasa masih ada yang rusak dalam diri saya, dalam jiwa saya, dan saya masih awam terhadap semua itulah, saya bisa melihat semuanya dari segala sisi dari perangai si kader yang hilang ataupun si antum yang merasa lebih baik itu dari kacamata yang positif.

Dan bila saya terkesan membela si kader yang hilang daripada si antum yang merasa lebih baik, bukan berarti saya subjektif atau berat sebelah. Justru karena saya termasuk seorang yang tidak ingin menghilang dari bingkai ini, yang pernah merasakan akan menghilang dari bingkai ini, termasuk orang yang pernah merasakan akan gugur dalam dakwah ini, termasuk yang merasakan akan mundur dari bingkai ini. Saya mengatakan semuanya sebagai terguran kepada si antum yang merasa lebih baik agar lebih memperhatikan saya, tidak hanya melihat dari kacamata lemahnya tarbiyah saya, hancurnya ukhuwah saya, jeleknya dakwah saya ini, namun mengajak si antum yang merasa lebih baik itu kepada dimensi lain yang juga mempengaruhi mengapa saya akhirnya seperti itu.

Ikhwah, Dakwah itu, tak akan tegak hanya dengan untaian-untaian kalimat dan perbuatan yang menyejukkan hati saja, namun juga dengan kritikan yang mampu mengiris hati!
Agar senantiasa tersadarkan siapa diri ini sebenarnya!

Dan....
Bilamana si kader yang menghilang yang digambarkan dalam tulisan ini adalah saya, atau dirimu yang membaca tulisan ini maka istigfar, Ya Rabb ampuni hamba yang lemah ini.

Dan...
Bilamana si antum yang merasa lebih baik yang digambarkan dalam tulisan ini adalah saya, atau dirimu yang membaca tulisan ini maka istigfar, Ya Rabb ampuni hamba yang lemah ini.

(maaf bila tulisan saya ini terlalu keras bagi antum semua, namun inilah kata hati saya, melihat realitas yang terjadi dalam salah satu bingkai dakwah yang selama ini menjadi tempat saya bernaung. Inilah jeritan hati saya agar antum semua dan diri saya juga tersadarkan betapa berharganya nilai tarbiyah itu tapi acap kali kita (saya dan antum) melupakannya. Saya tidak malu untuk mengatakan tarbiyah saya masih kurang justru saya merasa malu bila mengatakan “alhamdulillah tarbiyah saya masih baik” sebab dengan itu saya merasa ada jalan untuk selalu membenahi diri menjadi lebih baik, terus dan terus untuk memperbaiki diri walaupun di tengah perjalanan kadang melangkah terseok, terjatuh atau mungkin terjungkal tapi terus dan terus berusaha melakukannya.
Wallahu 'alam

Tak sekedar SMS (kata motvasi)


-          Kita diciptakan untuk mengabdi kpda Allah, semakin tulus mengabdi, semakin di urus dan di jamin, “bagisiapa yg bertqwa kpda Allah. Niscaya Dia akan memberi jalan keluar baginya. (QS.65; 2)

-          Barangsiapa yg bermalam dalam keadaan badannya capek krna pekerjaannya, dia bermalam dalam keadaan terampuni dosanya. (fathul bari,4 ; 353)

-          Hai orang2 beriman, janganlah kamu memasuki rumah yg bukan rumahmu sebelum meminta izin & memberi salam kpda penghuninya-(QS. An-Nur; 27)

-          Ketahuilah, maksiat akan membutakan hati, andaipun tidak membutakan hati, minimal ia akan melemahkan pandangan (nurani), ketika hati sudah buta, ia akan sangat sulit mengenali cahaya kebenaran-(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)

-          Ya Allah, ampunilah kesalahan, kebodohan & keterlaluanku dalam segala urusan & ampunilah segala dosa yg Engkau lebih mengetahui daripada aku. (HR. Muslim)

-          Termasuk tanda kepahaman seseorang terhadap agamanya adalah adanya kemauan untuk mengurusi nafkah rumah tangganya. (Abu Darda’)

-          Saat engkau mengingatkan saudaramu sesama Muslim, berikanlah caramu yg terbaik dalam meluruskan kesalahan atau menunjukkan kebenaran”. (Kalid bin Sa’ud)

-          Smoga Allah yg maha Rahman tetap berikan kita kekuatan, serta ketenangan hati. Moga musuh Allah juga tdk sedang bertepuk tangan n merasuki pikiran kita dgn sesuatu yg tidak Allah sukai atas batalnya rencana kita. Allah Maha pemilik jodoh, rezeki, umur. Kita hanya bisa berencana, jika tidak sukses dgn rencana skg berarti Allah belum ridho, ini lah yg terbaik, kita tdk tahu ...ada hikmah yg jg lebh baik yg sedang Allah siapkan untk kita dan masa depan.. moga kita bisa mengembalikan semua pada Allah dan meluruskn niat.

-          Tiada seorang Muslim yg mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata: Dan untuk kamu pula seperti itu. (HR. Muslim).

-          Ya Rabbana, lapangkanlah dadaku & mudahkanlah urusanku & lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku (QS. 20: 25-28).

-          Tatap air, terasa tenang. Teliti batu, ada ketegaran. Cangkul tanah, tahu arti kehidupan. Cermati kupu, siap terhadap perubahan diri. Petik padi, paham akan makna rendah hati. Tatap ke atas, ada niat untuk maju. Longok ke bawah, bersyukur atas semua yg ada. Tengok ke samping, pastikan ada kebersamaan. Balik ke belakang, ingat selalu pengalaman berharga. Periksa ke dalam, periksa ketidak teraturan. Langkah ke depan, prioritsa utama muliakan Allah dalam semua kesuksesan yang akan kita raih..

-          Hidup adalah belajar. Belajar meski tak cukup. Belajar memahami meski tak sehati. Belajar ikhlas meski tak rela. Belajar bersabar meski terbebani. Belajar setia pada-Nya meski tergoda. Belajar dan terus belajar dgn keyakinan setegar karang. Tapi ada kalanya hati seperti gelombang air laut. Pasang surut dan terbawa arus. Maka dari itu tetaplah belajar tuk tetap berada di jalan yg benar. Belajar menjhadi yg lebih baik untuk jadi yg terbaik...Insyaallah kita akan mendapatkan yg Terbaik.

-          Kita akan tahu bahwa tertawa itu nikmat setelah kita tenggelam dalan tangis kesusahan. Kita akan tahu makna kaya setelah berjuang dalam kemiskinan. Kita baru menyadari nikmatnya sehat setelah di uji dengan penyakit yg berkepanjangan. Itulah kenyataan hidup, tak perlu diingkari.

-          Senyum,,ringan tak bersuara tapi pen uh dgn makna. Senyum,,begitu murah tapi tak ternilai dgn rupiah. Senyum tak bertenaga tapi besar motivasinya. Senyum,,suatu hal yg mudah tapi selalu tampak indah. Senyum,,suatu hal yg biasa tapi memberi dampak yg luar biasa. Senyum,,adalah ibadah termudah tapi berpahala setara dgn sedekah. Maka dari itu mudahkanlah senyummu dgn semua orang,,,siapapun dia...tersenyumlah.

-          Dan Allah bersamamu dmanapun kamu berada dan Allah Maha melihat apapun yg kamu kerjakan. “(QS.57:4).

-          Jangan kamu banyak bicara kecuali dzikir. Sesungguhnya byk bicara itu membuat hati menjadi keras & org jauh dari Allah adalah orang yg berhati keras. (HR. Tirmidzi).

-          Sesungguhnya hari Jumat adalah hari yg raya, Allah menjadikannya istimy\ewa bagi kaum muslimin, barangsiapa yg mendatangi hendaklah ia mandi. (HR. Ibnu Majah).

-          Ada yg mengeluh karena merasa jenuh. Lalu ingin gugur dan jatuh, ia berkata LELAH. Ada yg lelah, jiwa raganya penat tapi semangat. Tanyakan dalam hati, apa yg kamu cari.

-          Innalloha idzaa ahabba ‘abdan ibtalaahu”: sesungguhnya Allah jika mencintai hamba-Nya, maka Dia akan mengujinya.”

-           Dan apabila hamba-hambaku bertanya kpdmu ttg Aku, maka (jawablah) bhwasanya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan org yg berdoa apabila ia memohon kpd-Ku. (QS. 2; 186).

-          Diriwayatkan bhw Nabi SAW slalu bertiktikaf pd setiap 10 malam terkhir Ramadhan & pada tah kewafatannya beliau beriktikaf 20 hari. (HR. Bukhari)

-          Kebenaran itu indah, memebelanya tak memerlukan caci maki, angkara murka, nafsu amarah, tegakkan dgn tegas dan santun.

-          Al-Quran adalah karunia tiada banding, bila kita akrab dgnnnya, hati akan tentram, hidup akan jelas, langkah akan mantap, tiap saat penuh berkah.

-          Umrah di bulan Ramadhan menyamai (pahala) haji. Dalam riwayat lain, menyamai (pahala) haji bersamaku. (HR. Bukhari)

-          Dengki adalah susah melihat orang senang, senang melihat orang susah, dia yg dzalim tapi dia juga yg sengsara.

-          Ucapan yg baik adalah sedekah, dan setiap langkah yg diayunkannya menuju sholat berjamaah merupakan sedekah..(HR. Bukhari)

-          Barangsiapa yg rendah hati kpda saudaranya (semuslim) maka Allah akan mengangkat derajatnya (HR. Ath-Thabrani)

-          Siklus kehidupan ini begitu cepat bahkn sangat cepat terjadi, tanpa kita sadari sebelumnya. Tidak terasa usia kita terus beranjak dan hari semakin dekat kematian...

-          Shaum yg sangat penting adalah shuam hati dari tergantung & berharap kpd makhluk. Cukup hanya kpd Allah saja, dijamin tak kecdewa.

-          Berlaku adil diantara 2 orang merupakan sedekah & membantu seseorang mengangkat barang ke atas kendaraannya merupakan sedekah. (HR. Bukhari)

-          Iman paling afdhol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR.Ath-Thobrani)

-          Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2: 147)

-          Tak perlu sibuk mencari cinta manusia, karna yg membolak-balikkan hati adalah Allah, sibuklah hanya mencari cinta-Nya saja. Mudah bagi-Nya untuk menyimpan cinta du hati hamba-hambanya.

-          Banyak berharap dari makhluk pasti mendatangkan gelisah dan kecewa, tapi hati yg berharap hanya kepda Allah akan tenang dan tercukupi.

-          Sesungguhnya Allah itu Maha Pemberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yg mulia, ia membenci akhlak yg buruk. (HR. Baihaqi)

-          Sesungguhnya Allah memiliki hamba2 yg dibebaskan dr neraka setiap siang & malam dalam bulan ramadhan & doa org muslim akan dikabulkan. (HR. Ahmad)

-          Nabi bersabda; Bagi tiap sesuatu terdapat ujian & cobaan, dan ujian serta cabaan terhadap umatku ialah harta-benda (HR. Tirmidzi)

-          Barangsiapa yg tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya. (HR. Bukhari)

-          Harta dan keturunan, kesehatan dan kekuatan, kedudukan dan kekuasaan dapat menjadi sumber kegelisahan, keletihan dan kelelahan jika tidak di sertai rahmat Allah. Jika manusia menginginkan rahmat Allah, maka ia dapat memintanya dgn bertawajuh kepada-Nya, dalam ketaatan, pengharapan, keyakinan dan penyerahan diri.

-          Menyendiri lebh baik daripada berkawan dgn yg buruk, dan kawan bergaul yg shaleh lebh baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yg baik lebh baik daripada berdiam dan berdiam lebh baik daripada berbicara yg buruk. (HR. Al-Hakim).

-          Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia di ampuni oleh Allah (HR. Ahmad)

-          Barangsiapa yg suka melambat-lambatkan pekerjaannnya maka tidak akan d percepat hartanya. (HR. Muslim)

-          Sabar adalah salah satu kekayaan dari kekayaan yg baik. Allah tdk memberikan kecuali kepada hamba-Nya yg mulia di sisi-Nya. (Hasan Al-Bashri, ‘Uddatush Shabirin)..Sabar ada tiga macam; Sabar mengerjakan ketaatan, sabar menahan dirinya dr maksiat & sabar menghadapi musibah.

-          Dan sesungguhnya Tuhanmu benar2 mempunyai karunia yg besar (yg d berikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tdk mensyukuri(nya)-(QS.An-Naml: 73)

-          Tinggalkanlah apa2 yg meragukanmu (berpindahlah) kpda apa yg tidak meragukanmu, karena JUJUR itu adalah ketenangan & dusta itu adalah keraguan-(HR. At-Tirmizdi)

-          Sesungguhnya diantara dosa2 itu, ada yg tdk dapat terhapus dgn puasa, sholat. Tapi hanya bisa terhapus dgn bersusah payah dalam mencari nafkah.

-          Hai orang2 yg beriman, bertaubatlah kpda Allah dgn taubat yg semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalah2anmu & memasukkan kamu ke dalam syurga yg mengalir di bawahnya sungai2.(At-Tahmin; 8)

-          Jika aibmu menggunung di mata manusia dan engkau ingin menutupnya, tutupilah ia dgn kedermawanan, ketahuilah, kedermawananlah yg bisa menutupi segala cacat dan aib ( Muhmmad Idris Asy-Syafi’i).

-          Sesunnguhnya ujian yg Allah berikan jauh lebh kecil dibandingakan nikmat yg dilimpahkan, bila kita sabar akan datang karunia-Nya yg jauh lebh besar.

-          Makanlah kalian, bershadakohlah kalian, berpakaianlah kalian dgn tidak berlebh-lebihan & tidak sombong. (HR. An-Nasa’i).

-          Disaat letihpun para pejuang tetap tersenyum, karena pejuang itu tak akan lelah & putus asa sampai Islam tegak di bumi Allah yg Maha Agug.

-          Kepemurahan dan kedermawanan akan mendekatkan diri pada Allah SWT, kepada sesama manusia, dan kpda surga-Nya, serta akan menjauhkan dari siksa neraka.-(HR. Tirmidzi)

-          Siapa yg menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya sabar. Tidaklah seseorang diberi pemberiaan yg lebih baik & luas daripada kesabaran-(Bukhari-Muslim)

-          Rasulullah saw, pribadi yg tidak mencaci makanan, bila ia suka, memakannya, bila tidak, membiarkannya.

-          Orang yg kerdil itu orang yg hanya mengikuti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan kpda Allah-(HR. Tirmidzi)

-          Dan tinggalkanlah org2 yg menjadikan agama mereka sebgai main2 dan senda gurau, dan mreka telah ditipu oleh kehidupan dunia-(QS. Al-Imran: 70).

-          Kebajkan itu ialah akhlak yg baik dan dosa itu adalah sesuaatu yg merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui oran g lain. (HR. Muslim)

-          Banyak berbuat kebaikan2 amal2 ibadah. Sehingga Allah melihatdan menilai bahwa kita lanyak untuk di ijabah doa kita.

-          Menimbang samo barek, maukua samo panjang, bakato bana, mahukum adia, Tidak ada penghalang dalam hidup ini, tinggi bukik di dakinyo, dalam lurah dituruinyo, kareh di takianyo, lunak disudu, dakek di jalang, jauah di turui,,,bia mati atau buto asa cita2 dapek di capai..baaitu bana kareh pandiriannyo...
-           


Selasa, 07 Agustus 2012

PACARAN MENURUT HUKUM ISLAM

Jun 13, '07 6:51 AM
untuk semuanya


.....
Assallamuallaikum wr wb....
Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri
remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai
keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya
mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan
untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah
pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai
berpacaran.

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah
jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik
pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat,
telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat,
apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang
sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya
diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum
memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di
kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam
mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki
menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan
maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah,
keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan
aurat, menyentuh, mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan
selayaknya suami istri.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran
tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya
merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan.
Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara
pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikkannya. Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-
laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan
Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam
berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal
itu haram.

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak
dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat,
apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah
yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-
laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa
cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau
membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki
instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah
tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang
secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan
batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam
hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Di antara batasan-batasan tersebut ialah:

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina
Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina:
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu
melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada
perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan
dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya
Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas
daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau
ia tahu akan berat siksaannya). "

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya
Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan.
Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan
Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah
berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka
memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan
mereka.....Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka
meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan
mereka..." (QS. An-Nur: 30-31)
Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan,
tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan
jenis penuh dengan gelora nafsu.

5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk
suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah
dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak
wangi yang baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap
langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang
memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti
perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa lagi
masuk surga)
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh.
Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandanga n,
berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau
mungkin silakan berpacaran, tetapi kalau tidak mungkin maka jangan
sekali-kali berpacaran karena azab yang pedih siap menanti Anda.
Wassallamu`allaikumsallam wr wb..

HUKUM PACARAN MENURUT ISLAM (penjelasan mengenai sebab diharamkannya pacaran)

HUKUM PACARAN MENURUT ISLAM (penjelasan mengenai sebab diharamkannya pacaran)

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa Cinta

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja