Selasa, 20 November 2012

KEDISIPLINAN

KEDISIPLINAN
Oleh: Kusrin. S.PdI
Kata disiplin tentunya sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Bagi yang bergerak dalam dunia pendidikan, perkantoran, pabrik dan pemerintahan. Kata itu bukanlah suatu yang baru bagi mereka. Berikut ini saya mencoba untuk membahasnya sedikit dari sudut dunia pendidikan.
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “-an” yang merupakan konfiks verbal yang berarti keadaan. Dari beberapa definisi dan pengertian ilmuan disimpulkan bahwa disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan, yaitu ketaatan seseorang terhadap tata tertib atau kaidah-kaidah hidup lainnya. Seseorang dapat disebut disiplin apabila ia melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan ketentuan tanpa paksaan dari siapapun. Definisi-definisi tersebut, menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan, secara sadar menjalankan tata tertib dan ketundukan diri demi mencapai tujuan yang diharapkan. Disiplin juga memiliki dua aspek terpenting yaitu positif dan negatif. Pengertian positif mengandung makna mengembangkan karakter, pengendalian diri, keadaan teratur dan efisien. Sedangkan pengertian negatif mengandung makna bahwa dalam penerapan disiplin dibutuhkan metode atau cara, yaitu dengan penggunaan ancaman atau hukuman untuk menjadikan seseorang mematuhi peraturan dan hukum. Pada aspek kedua ini disiplin mengandung makna menyekat, mengawal dan menahan, sehingga kekuatan yang terjadi bukan dilandasi kesadaran akan pentingnya mentaati peraturan, melainkan karena merasa takut akan hukuman yang diberikan atau ancaman yang diberikan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dibatasi bahwa disiplin adalah kadar karakteristik dan jenis keadaan serba teratur, dimana keadaan teratur itu diharapkan memperoleh kondisi yang membantu pada pencapaian tujuan. Di dalam proses belajar mengajar yang diharapkan adalah disiplin yang disertai kesadaran bukan taat dan patuh karena takut hukuman atau ancaman semata, melainkan kesadaran dan rasa tanggungjawab serta penguasaan diri.
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, ada faktor yang mempengaruhi anak-anak atau peserta didik. Faktor tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang bersumber dari dalam diri siswa sendiri, yang disebabkan oleh implikasi perkembangannya sendiri, yaitu: kebutuhan tak terpuaskan, kurang cerdas, lemah ingatannya, motivasi yang kurang dari siswa,  kelelahan/kecapean dan kurangnya gairah dalam hidup serta kondisi kesehatan yang kurang fit. Adapun faktor eksternal adalah yang bersumber pada pengaruh-pengaruh luar dari dirinya seperti pelajaran yang sulit dipahami, cara guru mengajar kurang efektif, kurang menarik minat, sikap guru yang menekan, bahasa guru yang kurang dipahami, cara keluarga mendidik di rumah dan lingkungan tempat siswa tinggal.
Dari beberapa faktor di atas dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam melakukan sesuatu khususnya dalam belajar. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan beberapa faktornya secara garis besar: 
A. Faktor Intern
1. Tujuan dan Motivasi Belajar.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar-mengajar  berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Setiap tindakan dan aktifvtas itu harus berorientasi pada tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Dengan berorientasi pada tujuan, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi sebagai standard untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang dilakukan dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Tujuan yang salah atau tidak jelas bagi pelajar akan menyebabkan tidak disiplinnya mereka dalam mengikuti dan mengerjakan suatu hal. Dengan adanya tujuan yang jelas akan memberikan semangat dan motivasi bagi siswa untuk mengikuti kegiatan yang dilakukannya.
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar. Sebaliknya sikap yang kurang memiliki motivasi, umumnya kurang sungguh-sungguh di dalam belajar dan mengerjakan tugas.  Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini memberikan dampak bagi hasil belajar yang diharapkan .Umar Bin Khattab pernah berkata, “Sungguh saya sangat benci melihat salah seorang dari kamu sekalian tidak punya tujuan, baik dalam perkara dunia maupun dalam perkara akhirat.
 2. Minat Belajar                                                                                       
Minat secara sederhana adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tariknya. Minat merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari akan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru . Kalau minat dan kemauan siswa kuat maka kesungguhan dan disiplinnya akan tinggi. Karenanya, minat berpengaruh terhadap disiplin seseorang, sehingga orang itu cenderung untuk melaksanakan hal-hal yang diminatinya itu dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian minat dapat mempengaruhi tingkat kesungguhan dan disiplin siswa dalam mengikuti sebuah kegiatan.
3. Kesiapan Belajar
Kesiapan adalah kesedianan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesedian itu timbul dalam diri sesorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil hasil belajar akan lebih baik.
 Kesiapan perlu diperhatikan, karena jika belajar dengan kesiapan penuh maka akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan adanya kesiapan yang dimiliki oleh siswa ketika diberi tugas maka akan menghasilkan tujuan yang diharapkan.
4. Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun susah untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini berakibat terhadap jiwa dan pikiran sulit untuk konsentrasi.
Semua gerak dan kesibukan itu mempunyai arti bagi manusia. Tetapi pada suatu saat kekuatan untuk berbuat itu makin lama makin berkurang. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani maupun rohani), akan memberi pengaruh mengurangi prestasi yang akan dicapai. Oleh karenanya pihak sekolah dan pengelola asrama juga harus memperhatikan hal ini.
B. Faktor Eksternal
1. Lingkungan Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik.
Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi disiplin belajar siswa, karena lingkungan keluarga merupakan tempat pertama siswa mendapatkan pendidikan. Siswa lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi atau komunikasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Orangtua dan rumah adalah pendidikan pertama dan utama bagi anak. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kalau dalam rumah anak dibiasakan dididik dengan hidup yang teratur maka anak akan terbiasa hidup disiplin dan memiliki akhlak yang baik dalam kehidupannya. Dalam keluarga anak harus dididik dan dibiasakan untuk senantiasa bersikap disiplin dalam segala hal sejak kecil. Dengan cara menanamkan kesadaran pada diri anak tentang kebenaran, kewajiban, dan juga hak-haknya. Jika sudah tertanam suatu kesadaran sendiri pada dirinya, maka ia akan melaksanakan segalanya dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa dan menganggap segalanya bukan suatu beban. Selanjutnya kesadaran ini akan menumbuhkan sikap disiplin pada anak dalam hidupnya.
2. Lingkungan Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal,  mempunyai peranan penting dalam menanamkan disiplin siswa guna mencapai tujuan pendidikan. Sekolah bukan hanya sekadar menyelenggarakan proses pengajaran saja, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap pembentukan kepribadian siswa. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa ini mencakup beberapa diantaranya, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, jarak sekolah dengan rumah, dan kepadatan penduduk disekitar sekolah.
Faktor yang tak kalah penting dalam disiplin sekolah adalah guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peran sebagai pengajar, pimpinan kelas, pembimbing, pengatur (seting lingkungan), partisipan, perencanaan, supervisor, motivator, evaluator dan konselor. Dengan peran tersebut, guru diharapkan dalam proses belajar mengajar berlangsung secara tertib, teratur dan efektif dalam mencapai suatu tujuan.
3. Lingkungan Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan pembiasaan, pembentukan pengatahuan, sikap, minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang dapat menentukan bagi pembentukan pribadi siswa, sebab di lingkungan masyarakat siswa berinteraksi dengan sesamanya sehingga terjalin hubungan yang dapat mempengaruhi.  Masyarakat juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap disiplin dan belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut berasal dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk corak kehidupan masyarakat. Lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa, akan memberi dampak tertentu pada dirinya. Jika lingkungan itu terbiasa memelihara sikap disiplin, maka diharapkan siswa yang tinggal di lingkungan itu, akan senantiasa terpengaruh oleh sikap disiplin. Bahwa dalam belajar kerapkali timbul keadaan yang tidak menjadi tanggungjawab guru dan siswa, tetapi berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam. Bahkan ada ungkapan, “untuk mendidik satu orang anak butuh orang sekampung”. Kalau warga baik maka anak terbawa baik dan sebaliknya kalau warga tidak baik maka anak juga terbawa tidak baik. Oleh karena itu perlu mengusahakan memilih lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dan membentuk akhlak yang baik.
      Usaha-Usaha Menanamkan Disiplin
Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan ini bukan hanya kepatuhan yang didasari adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari adanya kesadaran tentang nilai dan peraturan-peraturan dan larangan-larangan tersebut. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan di hati anak-anak, sehingga disiplin itu akan menjadi disiplin diri sendiri atau selfdiscipline.
Elisabeth B. Hurlock (1978: 84) mengatakan disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan, ia harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
1. Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru, atau teman. Tujuannya adalah membekali anak/siswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Peraturan ini mempunyai dua fungsi yang sangat membantu anak sebagai makhluk bermoral. Pertama: peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada siswa perilaku yang disetujui/yang boleh dilakukan. Kedua: peraturan berfungsi membantu mengekang parilaku yang tidak diinginkan. Sedangkan agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, peraturan itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh anak.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Dalam menegakkan dan membina disiplin harus ada hukuman yang ditegakkan terhadap peraturan yang telah ditentukan. Hukuman mempunyai tiga fungsi dalam perkembangan moral anak. Pertama: berfungsi menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan yang tidak diinginkan oleh siswa. Kedua: hukuman berfungsi mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu salah dan mendapat hukuman. Ketiga: berfungsi untuk motivasi agar siswa menghindari perilaku yang tidak sesuai atau disetujui oleh peraturan yang telah ditentukan.
Adapun dalam penerapan hukuman ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap anak:
  1. Perbaikan atau hukuman hendaknya bersifat edukatif.
  2. Hukuman hendaknya sebanding dengan pelanggaran yang dilakukan.
  3. Perbaikan atau hukuman dilakukan secepat mungkin.
  4. Hukuman hendaknya menghasilkan perilaku yang bisa diterima.
  5. Jangan menghukum ketika marah.
  6. Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak/siswa ketika dihukum.
  7. Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat siswa yang bersangkutan.
  8. Jangan menyakiti secara fisik.
  9. Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang/tidak baik.
3. Penghargaan untuk perilaku yang baik
Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan. Istilah penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau tepukan dipunggung.
Penghargaan ini mempunyai tiga fungsi dalam mendidik siswa sesuai dengan yang diharapkan. Pertama: penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua: penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Ketiga: penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku yang sama.
4. Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus ada dalam penerapan disiplin. Ketika seorang siswa melakukan kesalahan dan mendapatkan hukuman, maka itu juga harus dilakukan kepada siswa yang lain dengan hukuman yang sama. Sebaliknya jika ada siswa menjalankan peraturan diberi penghargaan, begitu juga pada siswa yang lain dengan penghargaan yang sama.
Di dalam proses belajar mengajar atau pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan satu masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran pribadi dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin dapat mencapai target maksimal.
Semoga bisa diterapkan di sekolah dan asrama. Wallahu’alam
Semoga bermanfaat.