KEDISIPLINAN
Oleh: Kusrin. S.PdI
Kata disiplin tentunya sudah tidak asing
lagi bagi sebagian orang. Bagi yang bergerak dalam dunia pendidikan,
perkantoran, pabrik dan pemerintahan. Kata itu bukanlah suatu yang baru
bagi mereka. Berikut ini saya mencoba untuk membahasnya sedikit dari
sudut dunia pendidikan.
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “-an” yang
merupakan konfiks verbal yang berarti keadaan. Dari beberapa definisi
dan pengertian ilmuan disimpulkan bahwa disiplin merupakan ketaatan atau
kepatuhan, yaitu ketaatan seseorang terhadap tata tertib atau
kaidah-kaidah hidup lainnya. Seseorang dapat disebut disiplin apabila ia
melakukan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur
sesuai dengan waktu dan ketentuan tanpa paksaan dari siapapun.
Definisi-definisi tersebut, menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah
ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan, secara sadar menjalankan
tata tertib dan ketundukan diri demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Disiplin juga memiliki dua aspek terpenting yaitu positif dan negatif.
Pengertian positif mengandung makna mengembangkan karakter, pengendalian
diri, keadaan teratur dan efisien. Sedangkan pengertian negatif
mengandung makna bahwa dalam penerapan disiplin dibutuhkan metode atau
cara, yaitu dengan penggunaan ancaman atau hukuman untuk menjadikan
seseorang mematuhi peraturan dan hukum. Pada aspek kedua ini disiplin
mengandung makna menyekat, mengawal dan menahan, sehingga kekuatan yang
terjadi bukan dilandasi kesadaran akan pentingnya mentaati peraturan,
melainkan karena merasa takut akan hukuman yang diberikan atau ancaman
yang diberikan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dibatasi bahwa
disiplin adalah kadar karakteristik dan jenis keadaan serba teratur,
dimana keadaan teratur itu diharapkan memperoleh kondisi yang membantu
pada pencapaian tujuan. Di dalam proses belajar mengajar yang diharapkan
adalah disiplin yang disertai kesadaran bukan taat dan patuh karena
takut hukuman atau ancaman semata, melainkan kesadaran dan rasa
tanggungjawab serta penguasaan diri.
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, ada faktor yang mempengaruhi anak-anak atau peserta didik. Faktor
tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang bersumber dari dalam diri siswa sendiri, yang disebabkan
oleh implikasi perkembangannya sendiri, yaitu: kebutuhan tak terpuaskan,
kurang cerdas, lemah ingatannya, motivasi yang kurang dari siswa,
kelelahan/kecapean dan kurangnya gairah dalam hidup serta kondisi
kesehatan yang kurang fit. Adapun faktor eksternal adalah yang bersumber
pada pengaruh-pengaruh luar dari dirinya seperti pelajaran yang sulit
dipahami, cara guru mengajar kurang efektif, kurang menarik minat, sikap
guru yang menekan, bahasa guru yang kurang dipahami, cara keluarga
mendidik di rumah dan lingkungan tempat siswa tinggal.
Dari beberapa faktor di atas dapat
mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam melakukan sesuatu khususnya dalam
belajar. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan beberapa
faktornya secara garis besar:
A. Faktor Intern
1. Tujuan dan Motivasi Belajar.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar-mengajar. Kepastian
dari perjalanan proses belajar-mengajar berpangkal dari jelas tidaknya
perumusan tujuan pengajaran. Setiap tindakan dan aktifvtas itu harus
berorientasi pada tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Dengan
berorientasi pada tujuan, dapat diketahui bahwa tujuan dapat berfungsi
sebagai standard untuk mengakhiri usaha, serta mengarahkan usaha yang
dilakukan dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain.
Tujuan yang salah atau tidak jelas bagi pelajar akan menyebabkan tidak
disiplinnya mereka dalam mengikuti dan mengerjakan suatu hal. Dengan
adanya tujuan yang jelas akan memberikan semangat dan motivasi bagi
siswa untuk mengikuti kegiatan yang dilakukannya.
Motivasi di dalam kegiatan belajar
merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk
mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar
dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi
belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses
belajar. Sebaliknya sikap yang kurang memiliki motivasi, umumnya kurang
sungguh-sungguh di dalam belajar dan mengerjakan tugas. Oleh karena
itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena hal ini
memberikan dampak bagi hasil belajar yang diharapkan .Umar Bin Khattab
pernah berkata, “Sungguh saya sangat benci melihat salah seorang
dari kamu sekalian tidak punya tujuan, baik dalam perkara dunia maupun
dalam perkara akhirat.
2. Minat Belajar
Minat secara sederhana adalah
kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh, karena tidak ada
daya tariknya. Minat merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya. Minat terhadap sesuatu yang dipelajari akan mempengaruhi
belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru . Kalau minat
dan kemauan siswa kuat maka kesungguhan dan disiplinnya akan tinggi.
Karenanya, minat berpengaruh terhadap disiplin seseorang, sehingga orang
itu cenderung untuk melaksanakan hal-hal yang diminatinya itu dengan
sungguh-sungguh. Dengan demikian minat dapat mempengaruhi tingkat
kesungguhan dan disiplin siswa dalam mengikuti sebuah kegiatan.
3. Kesiapan Belajar
Kesiapan adalah kesedianan untuk memberi
respons atau bereaksi. Kesedian itu timbul dalam diri sesorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil hasil belajar akan lebih baik.
Kesiapan perlu diperhatikan, karena
jika belajar dengan kesiapan penuh maka akan memperoleh hasil yang
diharapkan. Dengan adanya kesiapan yang dimiliki oleh siswa ketika
diberi tugas maka akan menghasilkan tujuan yang diharapkan.
4. Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun susah
untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemahnya tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini berakibat terhadap jiwa dan
pikiran sulit untuk konsentrasi.
Semua gerak dan kesibukan itu mempunyai
arti bagi manusia. Tetapi pada suatu saat kekuatan untuk berbuat itu
makin lama makin berkurang. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani
maupun rohani), akan memberi pengaruh mengurangi prestasi yang akan
dicapai. Oleh karenanya pihak sekolah dan pengelola asrama juga harus
memperhatikan hal ini.
B. Faktor Eksternal
1. Lingkungan Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima
pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga
lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak didik.
Lingkungan keluarga dapat mempengaruhi
disiplin belajar siswa, karena lingkungan keluarga merupakan tempat
pertama siswa mendapatkan pendidikan. Siswa lahir dan dibesarkan dalam
lingkungan keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi atau komunikasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
Orangtua dan rumah adalah pendidikan
pertama dan utama bagi anak. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Kalau dalam rumah anak dibiasakan dididik dengan hidup yang
teratur maka anak akan terbiasa hidup disiplin dan memiliki akhlak yang
baik dalam kehidupannya. Dalam keluarga anak harus dididik dan
dibiasakan untuk senantiasa bersikap disiplin dalam segala hal sejak
kecil. Dengan cara menanamkan kesadaran pada diri anak tentang
kebenaran, kewajiban, dan juga hak-haknya. Jika sudah tertanam suatu
kesadaran sendiri pada dirinya, maka ia akan melaksanakan segalanya
dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa dan menganggap segalanya
bukan suatu beban. Selanjutnya kesadaran ini akan menumbuhkan sikap
disiplin pada anak dalam hidupnya.
2. Lingkungan Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya
dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal, mempunyai peranan penting dalam
menanamkan disiplin siswa guna mencapai tujuan pendidikan. Sekolah bukan
hanya sekadar menyelenggarakan proses pengajaran saja, tetapi juga
memberikan sumbangan terhadap pembentukan kepribadian siswa. Faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar siswa ini mencakup beberapa
diantaranya, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, jarak sekolah dengan
rumah, dan kepadatan penduduk disekitar sekolah.
Faktor yang tak kalah penting dalam
disiplin sekolah adalah guru. Guru dalam proses belajar mengajar
mempunyai peran sebagai pengajar, pimpinan kelas, pembimbing, pengatur
(seting lingkungan), partisipan, perencanaan, supervisor, motivator,
evaluator dan konselor. Dengan peran tersebut, guru diharapkan dalam
proses belajar mengajar berlangsung secara tertib, teratur dan efektif
dalam mencapai suatu tujuan.
3. Lingkungan Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan
lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam
pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali,
yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan pembiasaan, pembentukan
pengatahuan, sikap, minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang dapat menentukan bagi
pembentukan pribadi siswa, sebab di lingkungan masyarakat siswa
berinteraksi dengan sesamanya sehingga terjalin hubungan yang dapat
mempengaruhi. Masyarakat juga merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap disiplin dan belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut berasal dari
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk
corak kehidupan masyarakat. Lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa,
akan memberi dampak tertentu pada dirinya. Jika lingkungan itu terbiasa
memelihara sikap disiplin, maka diharapkan siswa yang tinggal di
lingkungan itu, akan senantiasa terpengaruh oleh sikap disiplin. Bahwa
dalam belajar kerapkali timbul keadaan yang tidak menjadi tanggungjawab
guru dan siswa, tetapi berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat atau
bersumber pada lingkungan alam. Bahkan ada ungkapan, “untuk mendidik satu orang anak butuh orang sekampung”.
Kalau warga baik maka anak terbawa baik dan sebaliknya kalau warga
tidak baik maka anak juga terbawa tidak baik. Oleh karena itu perlu
mengusahakan memilih lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh
yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dan membentuk
akhlak yang baik.
Usaha-Usaha Menanamkan Disiplin
Disiplin berarti adanya kesediaan untuk
mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan ini bukan
hanya kepatuhan yang didasari adanya tekanan-tekanan dari luar,
melainkan kepatuhan yang didasari adanya kesadaran tentang nilai dan
peraturan-peraturan dan larangan-larangan tersebut. Disiplin harus
ditanamkan dan ditumbuhkan di hati anak-anak, sehingga disiplin itu akan
menjadi disiplin diri sendiri atau selfdiscipline.
Elisabeth B. Hurlock (1978: 84)
mengatakan disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditentukan, ia
harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu:
1. Peraturan sebagai pedoman perilaku
Peraturan adalah pola yang ditetapkan
untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru,
atau teman. Tujuannya adalah membekali anak/siswa dengan pedoman
perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Peraturan ini mempunyai dua fungsi yang sangat membantu anak sebagai makhluk bermoral. Pertama: peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada siswa perilaku yang disetujui/yang boleh dilakukan. Kedua:
peraturan berfungsi membantu mengekang parilaku yang tidak diinginkan.
Sedangkan agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, peraturan
itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh anak.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Dalam menegakkan dan membina disiplin
harus ada hukuman yang ditegakkan terhadap peraturan yang telah
ditentukan. Hukuman mempunyai tiga fungsi dalam perkembangan moral anak.
Pertama: berfungsi menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan yang tidak diinginkan oleh siswa. Kedua:
hukuman berfungsi mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka
dapat belajar bahwa tindakan tertentu salah dan mendapat hukuman. Ketiga: berfungsi untuk motivasi agar siswa menghindari perilaku yang tidak sesuai atau disetujui oleh peraturan yang telah ditentukan.
Adapun dalam penerapan hukuman ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap anak:
- Perbaikan atau hukuman hendaknya bersifat edukatif.
- Hukuman hendaknya sebanding dengan pelanggaran yang dilakukan.
- Perbaikan atau hukuman dilakukan secepat mungkin.
- Hukuman hendaknya menghasilkan perilaku yang bisa diterima.
- Jangan menghukum ketika marah.
- Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak/siswa ketika dihukum.
- Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat siswa yang bersangkutan.
- Jangan menyakiti secara fisik.
- Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang/tidak baik.
3. Penghargaan untuk perilaku yang baik
Pokok ketiga dari disiplin ialah
penggunaan penghargaan. Istilah penghargaan berarti tiap bentuk
penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu
berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau
tepukan dipunggung.
Penghargaan ini mempunyai tiga fungsi dalam mendidik siswa sesuai dengan yang diharapkan. Pertama: penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua: penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Ketiga:
penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui, dan
tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku yang
sama.
4. Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman
atau stabilitas. Konsistensi harus ada dalam penerapan disiplin. Ketika
seorang siswa melakukan kesalahan dan mendapatkan hukuman, maka itu juga
harus dilakukan kepada siswa yang lain dengan hukuman yang sama.
Sebaliknya jika ada siswa menjalankan peraturan diberi penghargaan,
begitu juga pada siswa yang lain dengan penghargaan yang sama.
Di dalam proses belajar mengajar atau
pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan satu masalah yang sangat
penting. Tanpa adanya kesadaran pribadi dalam melaksanakan aturan yang
telah ditetapkan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin dapat mencapai
target maksimal.
Semoga bisa diterapkan di sekolah dan asrama. Wallahu’alam
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar