Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan
oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut
ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Karena itulah, takdir
dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :
1. Takdir Mubram
Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat
dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT
yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau
di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari
manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu ajal seseorang tiba
Usia seseorang
Jenis kelamin seseorang
Warna darah yang merah
Bumi mengelilingi matahari
Bulan mengelilingi bumi
Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari,
di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati
pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari
atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam
sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)
2. Takdir Mu’allaq
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi,
takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran
manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya aakhirnya tentu saja
menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)
Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian,
dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak
boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia
harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus
belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat;
dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin
kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos.
Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup
boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan
lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas,
orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja
kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam
bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah
bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu
takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati
mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang
kita citacitakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar