MENGHARGAI KEHIDUPAN
Ibadah ritual (hablum
minallah) belumlah cukup, sehingga harus dibuktikan lagi di tengah-tengah
pergaulan dengan sesama manusia (hablumminannas). Kecintaan kepada Ilahi
dinyatakannya dalam bentuk penuh manfaat yang bersulam kasih kemanfaatan.
Hatinya akan terus-menerus diketuk, sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik
manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Sehingga, tampaklah akhlak
keteladanan dimanapun dia berada. Di jalanan, di perkantoran, di pasar, di
lorong-lorong sempit, bahkan dalam rumah tangga yang telah tegak disiplin untuk
mengahragai, menyayangi, orang dan makhluk lain. Di jalanan dia tidak akan melanggar
rambu-rambu lalu lintas. Sebab pelanggarannya berarti pengkhianatan terhadap
Ilahi dan nilai kemanusiaan yang telah bersepakat menaati peraturan.
Begitu juga para pegawai
yang berdinas di kantoran akan menunujukkan akhlak yang mulia. Jangankan niat
untuk korupsi, jangankan berdalih ini dan itu mnegambil uang rakyat, sekedar
datang terlambat saja jiwanya bergetar karena takut dikategorikan sebagai orang
munafik yang melanggar janji. Begitu juga pedagang yang di pasar, jangankan
untuk riba, menimbun barang, untuk sekedar berbohong tentang harga pokok saja
kaku lidahnya. Ini semua sebagai bentuk nyata dari aplikasi ritual dalam bentuk
akhlak pergaulan dalam masyarakat.
Kita menyaksikan di negara non muslim menemukan
Islam, tetangga dekat kita Singapura justru yang menerapkan amalan Islam
sehingga dikenal dengan negara terbersih di dunia. Begitu juga negara Jepang
yang kita kenal disiplin, pegawainya malu sama istri dan anaknya kalau mereka
pulang sebelum jamnya, mereka juga menerapkan kerja keras bahkan melebihi jam
kerja mereka. Begitu mereka menjaga kehidupan dan melestarikannya.
Dalam bentuk lain kita bisa melakukan amalan yang
mungkin sepele dan tak terpikirkan bagi orang kebanyakan, bahkan sebagian
menganggap hanya buang waktu dan tak memberi manfaat. Amalan itu adalah
menyelamatkan makhluk Allah lainnya yang sedang tak berdaya. Semisalnya seekor
semut yang terjebak dalam genangan air, belalang yang hanyut. Coba sejenak kita
perhatikan bagaimana dia tergapai-gapai menggerakkan seluruh tenaganya untuk
keluar dari jebakan itu.Andaikan Allah beri kita kemmpuan untuk mendengar dn
mengerti bahasa hewan, niscaya kita tak kuasa meendengar pertolongannya. Begitu
juga hewan lain, kupu-kupu, lebah yang kehilangan akal ketika terjebak dalam
ruangan yang berkaca, mereka kehabisan akal untuk jalan keluar. Setiap mereka
mencoba terbang, lagi-lagi menabrak dan terjatuh.
Kalau kita yang sudah terbiasa beramal atas
panggilan jiwa dan hati tentunya tidak akan tega melihat makhluk Allah saw
tersebut terjebak lalu kehabisan tenaga dan mati. Tentunya dengan ringannya
tangan kita, membantu mengelamatkan makhluk tersebut.
Dalam Hadits Rasulullah yang diriwayatkan HR Abu
Daud dan Tirmidzi, “ Orang yang berbelas kasih pasti dikasihi yang Maha
Pengasih. Berbelaskasihlah di bumi, niscaya para penghuni langit akan berbelas
kasih kepadamu sekalian”.
Kita tidak tahu amalan mana yang dapat
mengantarkan kita masuk ke syurga, jangan kita mengecilkan amalan kecil dan
meremehkan amalan remeh. Kita masih ingat kisah seorang wanita yang konon kabarnya ahli ibadah
tapi akhir hidupnya masuk neraka, dikarenakan mengurung seekor kucing, tidak
dirawat, tidak dikasih makan hingga kucing itu mati.
Dikisah lain diceritakan pula seorang wanita pelacur/tunasusila
yang menyelamatkan seekor anjing dari kehausannya, wanita itu melihat seeokor
anjing yang lagi terengah-engah menjulurkan lidahnya karena menahan haus yang
sangat, lalu wanita ini dengan panggilan hatinya melepas slopnya lalu mencari
air dan dikasihkan keanjing tadi.
Begitu besar pengaruhnya menghargai sebuah
kehidupan. Ibadah yang kita miliki belum tentu menjadi tiket ke syurga kalau
kita masih merasa enggan untuk saling berbagi dan membantu sesama makhluk
Tuhan. Dan amalan yang kita anggap kecil dan remeh justru bisa mengantarkan
seseorang masuk syurga.
Begitu juga bagi seorang kepala keluarga betapa
besar pahala yang ia dapat karena telah berusaha keras untuk menghidupi keluarganya.
Tak kalah penting juga pengusaha yang menghidupi puluhan, ratusan bahkan ribuan
karyawannya. Mari kita menghargai kehidupan dengan amalan terbaik kita, dengan
segala kemampuan kita. Jangan meremehkan yang kecil dan jangan mengecilkn yang
remeh. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar